A.
KAREKTERISTIK
PERKEMBANGAN
1. Masa
Pranatal
Masa Prenatal adalah period
A.
KAREKTERISTIK
PERKEMBANGAN
1. Masa
Pranatal
Masa Prenatal adalah periode
perkembangan pertama dalam jangka kehidupan manusia dan secara biologis, hidup
dimulai pada waktu ini. Periode ini dimulai pada waktu konsepsi, yaitu
pembuahan dari ovum oleh sel sperma, dan berakhir pada waktu kelahiran. Masa di
dalam kandungan (prenatal) atau masa konsepsi ini sangat
penting artinya,karena merupakan awal kehidupan.
Awal kehidupan dalam kandungan, terjadi dalam apa yang
disebut proses reproduksi. Proses reproduksi ini sebenarnya bermula
dan berintikan pada pertemuan dan pembuahan sel telur wanita oleh sperma
laki-laki,yang dalam islam dikenal dengan nama “nutfah”yakni setetes
cairan tertentu. Selanjutnya dari bentuk nutfah berubah menjadi “alaqah” yakni
segumpal darah atau sesuatu yang bergantung pada dinding rahim. Setelah melalui
proses sebagai alaqah kemudian embrio tersebut memasuki tahap
perkembangan berikutnya dalam wujud daging yang bergulung-gulung(mudghoh).Selanjutnya
pada masa ini Alloh meniupkan ruh dan menghidupkan janin tersebut di dalamrahim
ibu. Pada masa ini hubungan janin sangat erat dengan ibunya.
Diakui bahwa
mengetahui segala kejadian pada masa prenatal amat esensial untuk dapat
mengerti sepenuhnya tentang pola perkembangan yang normal dan untuk menyadari
setiap kejadian yang dapat menggangu pola ini. Perkembangan biologis pada
manusia dimulai pada saat konsepsi atau pembuahan, yaitu pada pembuahan telur
oleh spermatosoma. Bila spermatosoma laki-laki memasuki dinding telur (ovum)
wanita, terjadilah konsepsi.
Ciri-ciri
periode pranatal
a.
Pada saat
ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
selanjutnya, duturunkan sekali untuk selamanya.
b.
Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang
perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat
perkembangannya bahkan sampai menggangu pola perkembangan yang akan datang.
c.
Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan
pada saat pembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan mempengaruhinya,
sama halnya dengan sifat bawaan.
d.
Perkembangan
dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode pranatal
dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu.
e.
Periode
prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun
psikologis.
f.
Periode
prenatal merupakan saat dimana orang-orang yang berkepentingan membentuk
sikap-sikap pada diri individu yang baru diciptakan.
periode pertama dan paling penting dari semua periode. Periode ini dimulai pada
saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran (270-280 hari atau 9 bulan). Ciri
penting periode ini, yaitu:
1. Pembawaan lahir. Pembawaan lahir
yang berfungsi sebagai dasar bagi selanjutnya, ditentukan pada masa ini.
2. Pertumbuhan dan perkembangan yang
cepat. Pertumbuhan dan perkembangan yang proporsional lebih cepat terjadi
pada waktu ini daripada waktu lainnya sepanjang hidup.
3. Kondisi dari lingkungan pralahir.
Kondisi tubuh ibu yang baik mempertinggi potensi bawaan sedangkan kondisi yang
buruk dapat menghambat perkembangan atau mengganggu pola perkembangan
selanjutnya.
4. Sikap orang-orang yang berarti.
Sikap orang yang berarti dalam kehidupan anak (khususnya anggota keluarga)
mempunyai pengaruh nyata terhadap anak tersebut selama tahun awal pembentukan
kehidupan. Kalau sikap bersifat emosional, maka dapat mengganggu keseimbangan
ibu (mother’s homeostasis) dan menggangu kondisi tubuh ibu yang sangat penting
bagi perkembangan normal individu yang baru terbentuk.
2. Masa Bayi
Masa bayi
merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan
oranglain, atau masa yang menuntut kesabaran orangtua. Secara psikologis, masa
bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi.
Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan mungkin berubah
secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa diantaranya relatif
menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi pada saat kelahiran dan pada
mudah atau sulitnya penyesuaian antara bayi dan orangtua.
Pada masa
bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini memberikan petunjuk
bahwa bayi menginginkan sesuatu. Hal itu dikarenakan pada masa ini, bayi belum
bisa berbicara, dan tangisan sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia
kehendaki. Namun, jika tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan
gastrointestinal, muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan
perasaan kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian bayi.
Bayi berkembang
pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini,
perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan.
Perkembangan yang pesat dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan
penguatan otot memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa
bayi, bayi yang berkembang lambat akan
mengalami kesulitan pada saat ia
mencapai awal masa kanak-kanak.
Pada
perkembangan fisik, beberapa bayi
memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang
normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu
kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama
periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman
sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.
Masa bayi
adalah masa pembentukan pola-pola psikologis fundamental untuk makan dan buang
air. Meskipun pembentukan kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir
masa bayi. Pada pola makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya
ketidaksukaan bayi terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai
lima bulan. Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan
makanan yang agak keras.
Pola buang
air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari usia enam bulan,
sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara usia 15 sampai 16 bulan.
Dalam hal buang air besar, sesekali bayi mengalami permasalahan ataupun
penyimpangan, khusunya ketika bayi lelah, sakit.
Ciri
penting masa bayi, yaitu:
1. Dasar yang
sesungguhnya
2. Pertumbuhan dan perubahan
berjalan pesat
3. Berkurangnya
ketergantungan
4. Meningkatnya
individualitas
5. Permulaan
sosialisasi
6. Permulaan
berkembangnya penggolongan peran seks
Permulaan kreativitas
Masa kanak-kanak
dimulai setelah masa melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni
kira-kira usia dua tahun samapai saat anak matang secara seksual, kira-kira
tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. Setelah anak
matang secara seksual, maka ia disebut remaja.
Masa Kanak-Kanak Awal
Pada umumnya
orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan saat dimana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
Ciri-ciri Awal Masa Kanak-Kanak
Salah satu
cirri tertentu masa bayi merupakan ciri khas yang membedakan dengan
periode-periode lain dalam rentngan kehidupan, demikian pula halnya dengan ciri
tertentu dari periode awal masa kanak-kanak.
1. Sebutan yang Digunakan Orang Tua
2. Sebutan yang Digunakan Para Pendidik
3. Sebutan yang Digunaka Para Ahli Psikilogi
Tugas Dalam
Perkembangan Awal Masa Kanak-Kanak
Meskipun dasar dari tugas dalam
perkembangan yang diharapkan sudah dikusai anak sebelum mereka masuk sekolah
diletakkan selama masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam
waktu empat tahun, yaitu dalam periode awal masa kanak-kanak yang relative
singkat.
Perkembangan Fisik
Pertumbuhan
selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan masa bayi.
Kebiasaan Fisiologis
Dalam watu masa
kanak-kanak, kebiasaan fisikologis yang dasarnya sudah diletakkan pada masa
bayi menjadi semakin baik.
3. Awal Masa Kanak-kanak
Pada
umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang
dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan
tergantung padaorang lain. Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa
kanak-kanak harus dibagi lagi menjadi dua periode, yakni periode awal yang
berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai
tiba saatnya anak yang matang secara seksual.
Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya
berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak,
sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah
perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering terjadi di awal masa
kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil.
Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu.
Pada
perkembangan fisik, pertumbuhan selama
awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak sebesar seperti pada masa
bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan sebagian
karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan dan tidak
disukai.
Dalam perkembangan berkomunikasi, biasanya anak-anak
mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak
bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih
banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak
terjalin baik.
Di akhir
masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung dari usia enam tahun
sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa
akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai terdorong untuk
memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni dengan memperbaiki ucapan yang
salah serta memperbaiki tata bahasa. Anak dapat berbicara mengenai apa saja,
tetapi pokok pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya
menjadi pengalaman sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri,
biasanya terjadi dalam bentuk bualan. Anak membual tentang segala hal
yang berhubungan dengann diri sendiri seperti kehebatannya dalam keterampilan
dan berprestasi. Dan pada masa ini, biasanya anak lebih suka mengkritik dan
menertawakan orang. Pada saat menyampaikan kritikan, anak lebih sering
mengungkapkan dalam bentuk makian atau
hal lain yang bersifat merendahkan. Karena sebenarnya anak lebih banyak
menonjolkan kelebihan dan kurang berani menunjukkan kelemahan dirinya sendiri.
1. Sebagian besar orang tua menganggap
awal masa kanak-kanak sebagai :
a. Usia yang mengundang masalah
atau usia sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua, umumnya
mengenai perawatan fisik bayi.
b. Usia mainan karena anak menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainan.
c. Sebutan yang digunakan para pendidik
2. Para pendidik menyebut
tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah yang merupakan
masa persiapan anak baik secara fisik maupun mental untuk menghadapi
tugas-tugas pada saat mereka mulai bersekolah.
a. Sebutan yang digunakan para ahli
psikologi
3. Berdasarkan ciri-ciri yang menonjol
dalam pekembangan awal masa kanak-kanak sebutan yang digunakan adalah :
a. Usia kelompok, dimana anak belajar
dasar-dasar perilaku sosial untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk
kelas satu.
b. Usia menjelajah karena anak-anak
ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, perasaannya,
dan bagaimana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
c. Usia kreatif. Anak lebih menunjukan
kreativitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain.
4. Akhir Masa Anak-anak
Label yang digunakan para pendidik
1. Usia
sekolah dasar.
Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting
tertentu.
2. Periode
kritis dalam dorongan berprestasi. Masa dimana anak membentuk untuk mencapai sukses, tidak
sukses atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai
korelasi tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.
Label yang digunakan ahli psikologi
a. Usia
berkelompok.
Masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya
sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan
teman-temannya.
b. Usia
penyesuaian diri.
Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.
5. Masa Puber atau Pra remaja
a. Periode tumpang tindih karena
kedudukan remaja berada di antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
b. Periode yang singkat, berlangsung
sekitar 2-4 tahun. Anak yang mengalami puber selama dua tahun atau kurang
dianggap cepat matang, sedangkan anak yang mengalami puber 3-4 tahun dianggap
lambat matang.
c. Dibagi dalam 3 tahap : tahap
prapuber (bukan lagi seorang anak tetapi juga belum remaja), tahap puber
(kematangan seksual muncul: haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak
laki-laki), dan tahap pascapuber (ciri-ciri seks sekunder misalnya kumis,
jakun, suara yang berat, otot-otot yang kuat pada anak laki-laki ; atau panggul
yang besar, payudara, suara yang lembut pada anak perempuan, sudah berkembang
dan organ-organ seks berfungsi secara matang).
d. Pertumbuhan dan perubahan yang
pesat. Pertumbuhan dan perubahan yang pesat meliputi perubahan dalam tubuh,
perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, sikap terhadap seks dan
lawan jenis. Perubahan ini sering menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu
dan tidak aman, serta menimbulkan perilaku yang kurang baik.
e. Fase negatif, fase dimana individu
mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan
sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Pada fase ini perilaku
remaja mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial
yang berlaku.
6. Masa Remaja
Istilah adolescense
atau remaja berasal dari kata latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia
yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescense
mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik.
Bagi
sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan
tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan
perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama
atau kedua setelah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat dan
lingkungan yang baik semakin lebih menentukan. Tetapi yang bersangkutan sendiri
bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan
dengan kagum, senang atau takut. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
Pada masa
ini, remaja lebih banyak bersikap negatif atau sikap menolak. Biasanya terhadap
segala sesuatu, remaja bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak
setuju. Remaja sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa
sebabnya dan sering melamun tidak menentu dan kadang berputus asa.
Pada masa
remaja terjadi perubahan fisik dan phikis yang selalu mendatangkan konflik pada
diri remaja, sehingga banyak remaja yang gamang melewati masa remajanya.
Orangtua, guru dan masyarakat perlu memahami permasalahan remaja sehingga dapat
membantu mereka menemukan solusi melewati masa remaja dengan sukses.
Permasalahan yang sering dialami
pada perkembangan remaja biasanya mencakup budi pekerti remaja, dimana remaja
terlibat dalam perbuatan/akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:
a.
Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian
besar remaja mengalami kemunduran kepercayaan terhadap Allah, hal ini ditandai
dengan semakin beraninya remaja melanggar larangan Allah secara terang-terangan
seperti tidak shalat, tidak puasa dan lain-lain. Rendahnya keimanan remaja
menjadi penyebab permasalahan akhlak remaja lainnya seperti seks bebas,
merokok, penyalahgunaan narkotika, pencurian dan lain-lain.
b.
Menurunnya Pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian
remaja mengalami penurunan pengalaman agama dibandingkan pada masa anak-anak.
Mereka mungkin sudah terbias atau pernah shalat pada masa anak-anak kemudian
tidak melaksanakan shalat pada masa remaja. Sebagian remaja bahkan marah ketika
diingatkan untuk melaksanakan ibadah dengan alasan malas, bosan dan sebagainya.
c.
Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan
data Badan Narkotika Nasioanl (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narloba di
Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, dimana 70% diantaranya
berusia antara 15-19 tahun.
d.
Seks Bebas
Adikusuma
dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap Seks Bebas di Kota Negara
Bali menemukan 88,33% responden mengatakan
ingin melakukann seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66% menyatakan
cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah hubungan seks. Sebuah survei
yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 Direktur Remaja dan
Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN melaporkan bahwa 63% remaja di Indonesia
usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21%
diantaranya melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa
pergaulan remaja di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
e.
Merokok
Di masa
modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan
yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan
kenikmatan bagi si perokok, walaupun merokok dapat menimbulkan dampak buruk
bagi perokok dan orang-orang yang ada disekitarnya. Beberapa motivasi yang
melatarbelakangi seseorang meroko adalah untuk mendapatkkan pengakuan (anticioatory
beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma permissivek
beliefs/fasilitative).
f.
Bolos Sekolah
Para
remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor kesayangannya, untuk
jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura lainnya.
Akibat yang ditimbulkan dari
berbagai permasalahan dalam perkembangan sikap remaja ialah:[1]
1. Terkena HIV.AIDS
2. Mencuri, menodong, mencopet dan sejenisnya
3. Bunuh diri
4. Berkelahi dengan teman atau antar sekolah
5. Kebut-kebutan
6. Mengguurkan kandungan
7. Berbohong
a. Periode yang penting. Ada beberapa
periode yang dianggap lebih penting daripada beberapa periode lainnya karena
berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang di anggap penting
karena berakibat jangka panjang.
b. Periode peralihan. Dalam setiap
periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran
yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga
bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga
menguntungkan karena memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi
dirinya.
c. Periode perubahan. Perubahan
sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik. Ketika perubahan fisik
terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.
d. Usia bermasalah. Masalah remaja sulit diatasi
baik oleh anak laki-laki maupun perempuan yang disebabkan oleh : pertama,
selama kanak-kanak masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orangtua
atau guru sehingga menjadi remaja yang tidak berpengalaman dalam mengatasi
masalah. Kedua, remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya
sendiri dan menolak bantuan orang lain.
e. Mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa
remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting, kemudian lambat laun
mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman-temannya dalam segala hal.
f. Usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya
anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya
dan cenderung berperilaku merusak membuat orang dewasa yang harus membimbing
dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggungjawab dan bersikap
tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa yang tidak realistik. Remaja melihat
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan
sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
h. Ambang masa dewasa. Remaja mulai
bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, seperti merokok,minum-minuman
keras, menggunakan obat-obatan terlarang ,dan sebagainya.
7. Masa
Dewasa Awal
Masa dewasa ini merupakan periode penyesuaian diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu
diharapkan dapat memainkan peran baru, mengembangkan sikap-sikap baru,
keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru.
Ciri-ciri pada masa dewasa dini adalah :
a. Masa pengaturan. Jika anak laki-laki
dan anak perempuan mencapai usia dewasa berarti sudah saatnya untuk menerima
tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b. Usia reproduktif. Menjadi orang tua
merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Bagi
orang yang telah mempunyai anak pada awal masa dewasa atau bahkan pada
tahun-tahun akhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan
masa reproduksi. Sebaliknya orang yang baru mempunyai anak pada usia tiga
puluhan, maka baginya hanya dasawarsa terakhir dari usia dini yang merupakan
usia reproduksi.
c. Masa bermasalah. Masalah pada masa
dewasa dini yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuaian diri dalam
kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan
d. Ketegangan emosional. Ketegangan
emosi umumnya nampak dalam bentuk keresahan, yaitu kekhawatiran mereka dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah.
e. Keterasingan sosial. Masuknya
seseorang dalam pola kehidupan orang dewasa, membuat hubungan dengan
teman-teman kelompok masa remaja renggang serta berkurangnya keterlibatan dalam
kegiatan kelompok di luar rumah. Hal tersebut menyebabkan seseorang mengalami
keterpencilan sosial atau Erikson menyebutnya sebagai “krisis keterasingan”
f. Masa komitmen. Pada masa ini
seseorang menjadi dewasa mandiri yang dapat menentukan pola hidu baru, memikul
tanggungjawab baru,dan membuat komitmen baru yang nantinya menjadi landasan di
kemudian hari.
g. Masa ketergantungan. Meskipun telah
mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, namun banyak orang muda yang masih
bergantung pada orang tua, lembaga pendidikan , atau pemerintah yang membiayai
pendidikan (beasiswa).
h. Perubahan nilai. Perubahan itu di
sebabkan oleh:
i.
Jika orang muda dewasa ingin diterima sebagai anggota
kelompok orang dewasa mereka harus menerima nilai-nilai kelompok teman sebaya
j.
Kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai
konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku juga dalam penampilan.
k. Penyesuaian diri dengan cara hidup
baru. Pada masa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan
dan peran orang tua.
l.
Masa kreatif. Hal ini disebabkan karena sebagai orang yang
telah dewasa ia tidak terikat lagi oleh peraturan dari orang tua maupun guru,
sehingga mereka bebas berbuat apa saja yang mereka inginkan. Bentuk kreativitas
tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan
keinginan, dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya.
9. Masa
Dewasa Paruh baya
a. Periode yang sangat ditakuti
b. Penyebabnya adalah banyaknya
stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia dewasa madya.
c. Masa transisi
d. Transisi senantiasa berarti penyesuaian
diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru.
e. Masa stres
f. penyesuaian secara radikal terhadap
peran dan pola hidup yang brubah khususnya bila disertai dengan berbagai
perubahan fisik dan psikologis seseorang menimbulkan stres.
a. Usia yang berbahaya
g. Sebutan usia yang berbahaya ini
brasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kemudaan yang
berakhir sebelum memesuki usia lanjut.
a. Usia canggung
h. pria dan wanita berusia madya
bukan muda lagi tetepi bukan juga tua. Mereka merasa bahwa keberadaan mereka
tidak dianggap, oleh karena itu orang yang berusia madya sedapat mungkin
berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain.
a. Masa berprestasi
i.
apabila orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat
untuk berhasil, maka akan mencapai puncaknya pada usia ini.
a. Masa evaluasi
j.
masa mengevaluasi prestasi pada usia madya
berdasasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain khususnya
anggota keluarga dan teman.
a. Usia madya dievaluasi dengan standar
ganda
k. Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan,
1) aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani. 2) standar ganda terlihat
dari cara pria dan wanita menyatakan sikap terhadap usia tua.
a.
Masa sepi
l.
Masa ketika anak-anak tidak lama tinggal bersama orang
tuanya.
a.
Masa jenuh
m.
Hampir semua pria dan wanita mengalami kejenuhan pada masa
akhir 30-an dan 40-an.
10. Masa
Lanjut Usia
a. Periode
kemunduran
Kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap atau dikenal
sebagai “senescence” yaitu masa proses menjadi tua. Istilah keuzuran (senility)
digunakan untuk periode masa lanjut usia apabila kemunduran fisik sudah terjadi
dan terjadi disorganisasi mental.
b. Perbedaan
individual pada efek menua
Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan , sosioekonomi
dan latar belakang pendidikan , serta pola hidup yang berbeda.
c. Usia tua
dinilai dengan kriteria yang berbeda
Orang yang cenderung menilai tua dengan dua kriteria yaitu dalam penampilan dan
kegiatan fisik yaitu apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya.
d.Stereotip
orang lanjut usia
Stereotipe dan kepercayaan tradisional mengenai orang lanjut usia timbul dari
empat sumber utama yaitu 1) cerita rakyat dan dongeng cenderung
melukiskan usia lanjut sebagai usia yang tidak menyenangkan. 2) Orang usia
lanjut sering diberi tanda dan diartikan tidak menyenangkan oleh media masa. 3)
Berbagai humor dan canda menyangkut aspek negatif orang yang berusia lanjut
sebagian besar lebih menekankan sikap ketololan sebagai orang tua daripada
kebijakan. 4) keadaan fisik usia lanjut yang tidak berstamina.
e. Sikap
sosial terhadap usia lanjut
Sikap sosial terhadap usia lanjut yang cenderung menjadi tidak menyenangkan.
Oleh karena itu mereka mengangap bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi
kelompok sosial dan lebih banyak tidak bermanfaaat daripada sikap yang
menyenangkan.
f. Orang
usia lanjut mempunyai status kelompok-minoritas.
Status kelompok minoritas ini terutama terjadi sebagai akibat sikap sosialyang
tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut.
g. Menua
membutuhkan perubahan peran.
Orang usia lanjut diharapkan mengurangi peran aktifnya dalam urusan masyarakat
dan sosial , juga dalam dunia usaha dan profesionalisme. Dan perubahan peran
ini juga hendaknya bukan karena tekanan sosial.
h. Penyesuaian
yang buruk.
Orang usia lanjut cenderung lebih buruk penyesuaian diri dibandingkan orang
yang lebih muda. Hal ini disebabkan semakin hilangnya status karena kegiatan
sosial didominasi oleh orang-orang yang lebih muda.
i.Keinginan
menjadi muda kembali sangat kuat.
Status
kelompok minoritas yang dikenakan pada orang lanjut usia membangkitkan
keinginan untuk tetap muda selama mungkin.
B. ASPEK PERKEMBANGAN INDIVIDU
1. ASPEK FISIK
Perkembangan
Fisik Secara umum, fisik berarti bentuk (postur) atau perawakan. Jadi
Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak
dalam kandungan hingga ia dewasa atau mencapai tingkat kematangan
pertumbuhannya. Proses perubahannnya adalah menjadi panjang (pertumbuhan
vertikal) dan menjadi tebal/lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi
bentuk tubuh.
Pertumbuhan
sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan (fertilisasi) antara sel telur
dengan sel sperma yang kemudian berkembang menjadi embrio. Pertumbuhan fisik
sebelum lahir akan dilanjutkan dengan pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang
akan menyempurnakan struktur dan fungsi dari dimensi fisik peserta didik. Yang
dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001).
Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan
fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak
tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama
pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan
yang mencolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan,
perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain- lain.
Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi
perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak
menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh
makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta
kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Contoh perkembangan fisik yang terjadi pada bayi adalah seperti merangkak,
berdiri, berjalan hingga berlari. Orang tua harus mengetahui perkembangan
anak-anaknya agar selalu tetap terjaga asupan nutrisinya serta lingkungan
keluarga yang mendukung yang membantunya untuk tumbuh dan berkembang.
Hal itu juga akan membantu perkembangan agar
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan usia anak. Perkembangan fisik
yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan
motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Sesuai dengan
perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima
pembelajaran ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik
anak itu secara fungsional.
2. ASPEK KOGNITIF
Perkembangan
Intelektual/Kognitif/Intelegensi Istilah intelek berasal dari perkataan
”itelect” (bahasa inggris) yang berarti : (1).Proses kognitif berfikir, daya
menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan; (2).Kemampuan
mental atau intelegensi. (CP.Chaplin,1981: 252)
Perkembangan
intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain
kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat
terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan
maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognisi peserta didik antara lain:
1.
Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui
pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
2.
Intelegensi
mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.
3.
Kesempatan belajar
yang diperoleh anak.
4.
Tipe pengalaman yang
didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara
tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.
5.
Jenis kelamin karena
pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil
dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin
6.
Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan
menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Perkembangan intelektual / kognitif / intelegensi adalah perubahan kemampuan
mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam
Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas
untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget
menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam
Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya. Dalam Dictionary Of Psychology karya Drever,
dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model
pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan
penalaran”.. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda
secara kualitatif.
Menurut penelitiannya tahap-tahap perkembangan
individu/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar
individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata
(Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat,
memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya
skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang
lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika
ia masih kecil. Piaget mengemukakan empat tahapan kognitif anak yaitu tahap
sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.
3. ASPEK BAHASA
Bahasa
adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat,
bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat
mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai moral atau agama. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan bahasa yaitu : Proses jadi
matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ- organ suara/bicara
sudah berfungsi) untuk berkata-kata. 2. Proses belajar, yang berarti bahwa anak
yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan
jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi
dan kanak-kanak Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William
Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu
kata, masa memberi nama, masa kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk. 1.
Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan Dalam masa pertama ini
seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan dengan
tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain
itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak
begitu sama persis dengan bunyi aslinya.
Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata.
Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti “ibu” dan lainnya. Masa memberi
satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun Dalam masa kedua ini adalah masa
dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui
banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu?
siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai
meningkat. Dulu yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga
kata hingga lebih sempurna. Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d dua setengah
tahun. Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan
lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta
menggunakan awalan dan akhiran pada kata.
Namun tak
jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan
caranya sendiri. Masa kalimat majemuk :
dua tahun enam bulan dan seterusnya. Di tahap ini seorang anak sudah dapat
mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna, baik berupa kalimat
majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih
sempurna.
Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas
manusia yang paling kompleks dan mengagumkan (Semiawan;1989). Meski para ahli
mengungkapkan bahwa bahasa itu kompleks, namun pada umumnya perkembangan pada
individu dengan kecepatan luar biasa
pada awal masa kanak-kanak. Berangkat dari hasil- hasil penelitian para ahli
psikologi perkembangan, perkembangan bahasa adalah kemampuan individu dalam
menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun
waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
Perbandingan antara umur kronologis dengan
kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang
bersangkutan. Pengaruh perkembangan bahasa terhadap keberhasilan belajar salah
satunya adalah dapat berinteraksi dengan orang lain untuk saling bertanya,
saling mengisi pengetahuan melalui dialog atau percakapan antar sesama. Dengan
bahasa individu dapat saling menambah informasi pengetahuan yang belum
diketahui. Perkembangan Sosial Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia
dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan
sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan
orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah
dirasakan sejak anak memasuki usia 6 (enam) bulan. Disaat itu mereka telah
mampu mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan dirinya yaitu ibu atau
anggota keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti senyum, marah,
tidak senang, terkejut, dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999)
menambahkan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar
manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang
sederhana dan terbatas yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan
manusia menjadi semakin kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial
juga berkembang amat kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa
semakin bertambah usia anak, maka semakin kompleks perkembangan sosialnya
karena anak semakin membutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pengaruh
lingkungan atau perkembangan sosial terhadap prestasi belajar:
Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi
anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian
untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak
tersebut.
Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi
bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu
juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah,
menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.
Aktivitas dalam masyarakat juga dapat
berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan
pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa
melupakan tugas belajarnya Perkembangan
kepribadian Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin “persona”, atau
topeng yang dipakai orang untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, tetapi
psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan luar. Jess Feist
&Gregory J. Feist (2009: 86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem
fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak
terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu.
Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur
dan perkembangan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gardon Allport (1951)
dalam Inge Hatugalung (2007: 1) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam individu sebagi system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:
136) kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu
aspek psikis seperti aku, keceerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan,
moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan,indra,
dll. Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara
individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;
4. ASPEK EMOSI
Perkembangan
Emosi Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari
organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya,
dan perubahan perilaku (CP.Chaplin, 1982: 163). Kemampuan untuk bereaksi secara
emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku
emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat.
Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini
tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun
demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan reaksi yang secara
jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang spesifik. Perkembangan
emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan
faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak
yang sedang tumbuh.
Namun sering
kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi
perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak
larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang
sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat
kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Emosi
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini
termasuk pula perilaku belajar. Mengingat hal tersebut, maka guru hendaknya
mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan atau kondusif bagi
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara
lain :
1. Mengembangkan iklim kelas yang
bebas dari ketegangan.
2. Memperlakukan peserta didik
sebagai individu yang mempunyai harga diri.
3. Memberikan nilai secara objektif.
4. Menghargai
hasil karya peserta didik.
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan
anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta
bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh
interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai
dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan
kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi. Pengaruh emosi terhadap
perilaku dan perubahan fisik individu : a. Memperkuat semangat bila merasa
senang atas suatu keberhasilan. b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa
kekecewaan karena suatu kegagalan. c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi
belajar apabila individu dalam keadaan gugup. d. Terganggu penyesuaian sosial
apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5. ASPEK MORAL DAN AGAMA
Perilaku moral dikendalikan oleh
konsep-konsep moral peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari
seluruh anggota kelompok. Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak
sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak
acuhan akan harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standar sosial
atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Menurut Piaget,
perkembangan moral terjadi dalam dua tahap.
Tahap pertama disebut tahap realisme
moral (moralitas oleh pembatasan). Tahap kedua disebut moralitas otonomi
(moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik) Dalam tahap yang pertama
ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar
konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak
otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung
menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting
menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan
hukuman bukan pada nilai moralnya.
Di tahap kedua perkembangan moral anak telah
terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk
memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai
sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan
masalah.
Berikut ini beberapa proses pembentukan
perilaku moral dan sikap anak:
1.
Imitasi Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau
peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di
sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak perempuan dan orang lain
dirumah, demikian pula anak laki-laki suka meniru perilaku ayah, kakak atau
tetangganya yang sering dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya
meniru perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak senang,sikap orang
tua terhadap agama, politik, hobi, dan lain-lain.
2.
Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena
pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang
tersebut. 3. Introvert dan Ekstrovert Introvert adalah kecenderungan seseorang
untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau
keputusan-keputusan yang diambil selalu berasal berdasarkan pada perasaan,
pemikiran, dan pengalaman sendiri. Orang- orang yang berkecenderungan introvert
biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul. Ekstrovert adalah kencederungan
seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat,
sikap dan keputusan-keputusan yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang
lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
Kemandirian Kemandirian adalah kemanpuan
seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk
material maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di kaitkan dengan
kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri
tanpa bantuan orang dewasa.
Ketergantuangan Ketergantungan di tandai
dengan perilaku anak yang bersifat kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai dengan
anak lain yang sebayanya.
Dengan kata lain anak tersebut tidak
memiliki kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya berlainan
dengan anak normal. Bakat Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang
dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai
sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang sering kali
melebihi orang lain.
Karakteristik yang menonjol dalam
perkembangan moral adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang
mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir
abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka
pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada
waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar
hidup mereka (Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral dicirikan dengan
mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang
ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu
mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988).
Melalui pengalaman atau berinteraksi
sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat
moralitas peserta didik sudah lebih matang. Mereka sudah lebih mengenal tentang
nilai-nilai moral atau konsep- konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan,
kesopanan, dan kedisiplinan. Perkembangan Kesadaran Beragama Agama mengandung
dua unsur: keyakinan dan tata cara.
Keduanya terpisah dan berbeda.
Akibatnya, minat terhadap satu unsur tidak dengan sendirinya menjamin minat
terhadap unsur lain. Juga tidak berarti bahwa minat terhadap kedua unsur akan
sama. Seorang mungkin terutama berminat mematuhi aturan agama tetapi
menunjukkan sedikit minat terhadap apa yang sering dianggap sebagai “teologi”
atau doktrin atau ajaran agama. Hal sebaliknya mungkin terjadi pada orang lain.
Demikian pula terhadap anak-anak. Beberapa anak terutama berminat terhadap
kepatuhan kepada agama dan yang lain terhadap ajaran agama. Mana yang lebih
menarik perhatian ditentukan sebagian oleh tekanan yang diberikan pada kedua
unsur tersebut pada masa awal pendidikan agama dan sebagian oleh apa yang
berdasarkan pengalaman, mereka anggap lebih memenuhi kebutuhan mreka. Jadi
minat terhadap agama terutama egosentris.
Saat anak bertambah usia dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan anggota kelompok teman sebaya, teman-teman ini akan mempengaruhi minatnya. Contohnya, seorang anak yang mempunyai teman-teman yang berbincang- bincang mengenai agama,dan mematuhi aturan agama akan mempunyai minat yang lebih besar pada agama dari seorang anak yang temannya tidak, atau hampir tidak, menunjukkan minat pada agama dan mempunyai sikap negatif terhadap semua aturan agama. Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
3. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
4. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
5. Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Adams dan Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya, agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini, serta agama memberikan perlindungan rasa aman. Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang
Awal kehidupan dalam kandungan, terjadi dalam apa yang
disebut proses reproduksi. Proses reproduksi ini sebenarnya bermula
dan berintikan pada pertemuan dan pembuahan sel telur wanita oleh sperma
laki-laki,yang dalam islam dikenal dengan nama “nutfah”yakni setetes
cairan tertentu. Selanjutnya dari bentuk nutfah berubah menjadi “alaqah” yakni
segumpal darah atau sesuatu yang bergantung pada dinding rahim. Setelah melalui
proses sebagai alaqah kemudian embrio tersebut memasuki tahap
perkembangan berikutnya dalam wujud daging yang bergulung-gulung(mudghoh).Selanjutnya
pada masa ini Alloh meniupkan ruh dan menghidupkan janin tersebut di dalamrahim
ibu. Pada masa ini hubungan janin sangat erat dengan ibunya.
Diakui bahwa
mengetahui segala kejadian pada masa prenatal amat esensial untuk dapat
mengerti sepenuhnya tentang pola perkembangan yang normal dan untuk menyadari
setiap kejadian yang dapat menggangu pola ini. Perkembangan biologis pada
manusia dimulai pada saat konsepsi atau pembuahan, yaitu pada pembuahan telur
oleh spermatosoma. Bila spermatosoma laki-laki memasuki dinding telur (ovum)
wanita, terjadilah konsepsi.
Ciri-ciri
periode pranatal
a.
Pada saat
ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
selanjutnya, duturunkan sekali untuk selamanya.
b.
Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang
perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat
perkembangannya bahkan sampai menggangu pola perkembangan yang akan datang.
c.
Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan
pada saat pembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan mempengaruhinya,
sama halnya dengan sifat bawaan.
d.
Perkembangan
dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode pranatal
dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu.
e.
Periode
prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun
psikologis.
f.
Periode
prenatal merupakan saat dimana orang-orang yang berkepentingan membentuk
sikap-sikap pada diri individu yang baru diciptakan.
periode pertama dan paling penting dari semua periode. Periode ini dimulai pada
saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran (270-280 hari atau 9 bulan). Ciri
penting periode ini, yaitu:
1. Pembawaan lahir. Pembawaan lahir
yang berfungsi sebagai dasar bagi selanjutnya, ditentukan pada masa ini.
2. Pertumbuhan dan perkembangan yang
cepat. Pertumbuhan dan perkembangan yang proporsional lebih cepat terjadi
pada waktu ini daripada waktu lainnya sepanjang hidup.
3. Kondisi dari lingkungan pralahir.
Kondisi tubuh ibu yang baik mempertinggi potensi bawaan sedangkan kondisi yang
buruk dapat menghambat perkembangan atau mengganggu pola perkembangan
selanjutnya.
4. Sikap orang-orang yang berarti.
Sikap orang yang berarti dalam kehidupan anak (khususnya anggota keluarga)
mempunyai pengaruh nyata terhadap anak tersebut selama tahun awal pembentukan
kehidupan. Kalau sikap bersifat emosional, maka dapat mengganggu keseimbangan
ibu (mother’s homeostasis) dan menggangu kondisi tubuh ibu yang sangat penting
bagi perkembangan normal individu yang baru terbentuk.
2. Masa Bayi
Masa bayi
merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan
oranglain, atau masa yang menuntut kesabaran orangtua. Secara psikologis, masa
bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi.
Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan mungkin berubah
secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa diantaranya relatif
menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi pada saat kelahiran dan pada
mudah atau sulitnya penyesuaian antara bayi dan orangtua.
Pada masa
bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini memberikan petunjuk
bahwa bayi menginginkan sesuatu. Hal itu dikarenakan pada masa ini, bayi belum
bisa berbicara, dan tangisan sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia
kehendaki. Namun, jika tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan
gastrointestinal, muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan
perasaan kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian bayi.
Bayi berkembang
pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini,
perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan.
Perkembangan yang pesat dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan
penguatan otot memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa
bayi, bayi yang berkembang lambat akan
mengalami kesulitan pada saat ia
mencapai awal masa kanak-kanak.
Pada
perkembangan fisik, beberapa bayi
memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang
normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu
kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama
periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman
sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.
Masa bayi
adalah masa pembentukan pola-pola psikologis fundamental untuk makan dan buang
air. Meskipun pembentukan kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir
masa bayi. Pada pola makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya
ketidaksukaan bayi terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai
lima bulan. Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan
makanan yang agak keras.
Pola buang
air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari usia enam bulan,
sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara usia 15 sampai 16 bulan.
Dalam hal buang air besar, sesekali bayi mengalami permasalahan ataupun
penyimpangan, khusunya ketika bayi lelah, sakit.
Ciri
penting masa bayi, yaitu:
1. Dasar yang
sesungguhnya
2. Pertumbuhan dan perubahan
berjalan pesat
3. Berkurangnya
ketergantungan
4. Meningkatnya
individualitas
5. Permulaan
sosialisasi
6. Permulaan
berkembangnya penggolongan peran seks
Permulaan kreativitas
Masa kanak-kanak
dimulai setelah masa melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni
kira-kira usia dua tahun samapai saat anak matang secara seksual, kira-kira
tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. Setelah anak
matang secara seksual, maka ia disebut remaja.
Masa Kanak-Kanak Awal
Pada umumnya
orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan saat dimana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
Ciri-ciri Awal Masa Kanak-Kanak
Salah satu
cirri tertentu masa bayi merupakan ciri khas yang membedakan dengan
periode-periode lain dalam rentngan kehidupan, demikian pula halnya dengan ciri
tertentu dari periode awal masa kanak-kanak.
1. Sebutan yang Digunakan Orang Tua
2. Sebutan yang Digunakan Para Pendidik
3. Sebutan yang Digunaka Para Ahli Psikilogi
Tugas Dalam
Perkembangan Awal Masa Kanak-Kanak
Meskipun dasar dari tugas dalam
perkembangan yang diharapkan sudah dikusai anak sebelum mereka masuk sekolah
diletakkan selama masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam
waktu empat tahun, yaitu dalam periode awal masa kanak-kanak yang relative
singkat.
Perkembangan Fisik
Pertumbuhan
selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan masa bayi.
Kebiasaan Fisiologis
Dalam watu masa
kanak-kanak, kebiasaan fisikologis yang dasarnya sudah diletakkan pada masa
bayi menjadi semakin baik.
3. Awal Masa Kanak-kanak
Pada
umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang
dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan
tergantung padaorang lain. Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa
kanak-kanak harus dibagi lagi menjadi dua periode, yakni periode awal yang
berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai
tiba saatnya anak yang matang secara seksual.
Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya
berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak,
sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah
perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering terjadi di awal masa
kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil.
Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu.
Pada
perkembangan fisik, pertumbuhan selama
awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak sebesar seperti pada masa
bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan sebagian
karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan dan tidak
disukai.
Dalam perkembangan berkomunikasi, biasanya anak-anak
mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak
bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih
banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak
terjalin baik.
Di akhir
masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung dari usia enam tahun
sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa
akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai terdorong untuk
memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni dengan memperbaiki ucapan yang
salah serta memperbaiki tata bahasa. Anak dapat berbicara mengenai apa saja,
tetapi pokok pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya
menjadi pengalaman sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri,
biasanya terjadi dalam bentuk bualan. Anak membual tentang segala hal
yang berhubungan dengann diri sendiri seperti kehebatannya dalam keterampilan
dan berprestasi. Dan pada masa ini, biasanya anak lebih suka mengkritik dan
menertawakan orang. Pada saat menyampaikan kritikan, anak lebih sering
mengungkapkan dalam bentuk makian atau
hal lain yang bersifat merendahkan. Karena sebenarnya anak lebih banyak
menonjolkan kelebihan dan kurang berani menunjukkan kelemahan dirinya sendiri.
1. Sebagian besar orang tua menganggap
awal masa kanak-kanak sebagai :
a. Usia yang mengundang masalah
atau usia sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua, umumnya
mengenai perawatan fisik bayi.
b. Usia mainan karena anak menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainan.
c. Sebutan yang digunakan para pendidik
2. Para pendidik menyebut
tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah yang merupakan
masa persiapan anak baik secara fisik maupun mental untuk menghadapi
tugas-tugas pada saat mereka mulai bersekolah.
a. Sebutan yang digunakan para ahli
psikologi
3. Berdasarkan ciri-ciri yang menonjol
dalam pekembangan awal masa kanak-kanak sebutan yang digunakan adalah :
a. Usia kelompok, dimana anak belajar
dasar-dasar perilaku sosial untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk
kelas satu.
b. Usia menjelajah karena anak-anak
ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, perasaannya,
dan bagaimana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
c. Usia kreatif. Anak lebih menunjukan
kreativitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain.
4. Akhir Masa Anak-anak
Label yang digunakan para pendidik
1. Usia
sekolah dasar.
Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting
tertentu.
2. Periode
kritis dalam dorongan berprestasi. Masa dimana anak membentuk untuk mencapai sukses, tidak
sukses atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai
korelasi tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.
Label yang digunakan ahli psikologi
a. Usia
berkelompok.
Masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya
sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan
teman-temannya.
b. Usia
penyesuaian diri.
Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.
5. Masa Puber atau Pra remaja
a. Periode tumpang tindih karena
kedudukan remaja berada di antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
b. Periode yang singkat, berlangsung
sekitar 2-4 tahun. Anak yang mengalami puber selama dua tahun atau kurang
dianggap cepat matang, sedangkan anak yang mengalami puber 3-4 tahun dianggap
lambat matang.
c. Dibagi dalam 3 tahap : tahap
prapuber (bukan lagi seorang anak tetapi juga belum remaja), tahap puber
(kematangan seksual muncul: haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak
laki-laki), dan tahap pascapuber (ciri-ciri seks sekunder misalnya kumis,
jakun, suara yang berat, otot-otot yang kuat pada anak laki-laki ; atau panggul
yang besar, payudara, suara yang lembut pada anak perempuan, sudah berkembang
dan organ-organ seks berfungsi secara matang).
d. Pertumbuhan dan perubahan yang
pesat. Pertumbuhan dan perubahan yang pesat meliputi perubahan dalam tubuh,
perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, sikap terhadap seks dan
lawan jenis. Perubahan ini sering menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu
dan tidak aman, serta menimbulkan perilaku yang kurang baik.
e. Fase negatif, fase dimana individu
mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan
sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Pada fase ini perilaku
remaja mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial
yang berlaku.
6. Masa Remaja
Istilah adolescense
atau remaja berasal dari kata latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia
yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescense
mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik.
Bagi
sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan
tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan
perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama
atau kedua setelah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat dan
lingkungan yang baik semakin lebih menentukan. Tetapi yang bersangkutan sendiri
bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan
dengan kagum, senang atau takut. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
Pada masa
ini, remaja lebih banyak bersikap negatif atau sikap menolak. Biasanya terhadap
segala sesuatu, remaja bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak
setuju. Remaja sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa
sebabnya dan sering melamun tidak menentu dan kadang berputus asa.
Pada masa
remaja terjadi perubahan fisik dan phikis yang selalu mendatangkan konflik pada
diri remaja, sehingga banyak remaja yang gamang melewati masa remajanya.
Orangtua, guru dan masyarakat perlu memahami permasalahan remaja sehingga dapat
membantu mereka menemukan solusi melewati masa remaja dengan sukses.
Permasalahan yang sering dialami
pada perkembangan remaja biasanya mencakup budi pekerti remaja, dimana remaja
terlibat dalam perbuatan/akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:
a.
Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian
besar remaja mengalami kemunduran kepercayaan terhadap Allah, hal ini ditandai
dengan semakin beraninya remaja melanggar larangan Allah secara terang-terangan
seperti tidak shalat, tidak puasa dan lain-lain. Rendahnya keimanan remaja
menjadi penyebab permasalahan akhlak remaja lainnya seperti seks bebas,
merokok, penyalahgunaan narkotika, pencurian dan lain-lain.
b.
Menurunnya Pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian
remaja mengalami penurunan pengalaman agama dibandingkan pada masa anak-anak.
Mereka mungkin sudah terbias atau pernah shalat pada masa anak-anak kemudian
tidak melaksanakan shalat pada masa remaja. Sebagian remaja bahkan marah ketika
diingatkan untuk melaksanakan ibadah dengan alasan malas, bosan dan sebagainya.
c.
Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan
data Badan Narkotika Nasioanl (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narloba di
Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, dimana 70% diantaranya
berusia antara 15-19 tahun.
d.
Seks Bebas
Adikusuma
dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap Seks Bebas di Kota Negara
Bali menemukan 88,33% responden mengatakan
ingin melakukann seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66% menyatakan
cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah hubungan seks. Sebuah survei
yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 Direktur Remaja dan
Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN melaporkan bahwa 63% remaja di Indonesia
usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21%
diantaranya melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa
pergaulan remaja di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
e.
Merokok
Di masa
modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan
yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan
kenikmatan bagi si perokok, walaupun merokok dapat menimbulkan dampak buruk
bagi perokok dan orang-orang yang ada disekitarnya. Beberapa motivasi yang
melatarbelakangi seseorang meroko adalah untuk mendapatkkan pengakuan (anticioatory
beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma permissivek
beliefs/fasilitative).
f.
Bolos Sekolah
Para
remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor kesayangannya, untuk
jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura lainnya.
Akibat yang ditimbulkan dari
berbagai permasalahan dalam perkembangan sikap remaja ialah:[1]
1. Terkena HIV.AIDS
2. Mencuri, menodong, mencopet dan sejenisnya
3. Bunuh diri
4. Berkelahi dengan teman atau antar sekolah
5. Kebut-kebutan
6. Mengguurkan kandungan
7. Berbohong
a. Periode yang penting. Ada beberapa
periode yang dianggap lebih penting daripada beberapa periode lainnya karena
berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang di anggap penting
karena berakibat jangka panjang.
b. Periode peralihan. Dalam setiap
periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran
yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga
bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga
menguntungkan karena memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi
dirinya.
c. Periode perubahan. Perubahan
sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik. Ketika perubahan fisik
terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.
d. Usia bermasalah. Masalah remaja sulit diatasi
baik oleh anak laki-laki maupun perempuan yang disebabkan oleh : pertama,
selama kanak-kanak masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orangtua
atau guru sehingga menjadi remaja yang tidak berpengalaman dalam mengatasi
masalah. Kedua, remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya
sendiri dan menolak bantuan orang lain.
e. Mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa
remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting, kemudian lambat laun
mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman-temannya dalam segala hal.
f. Usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya
anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya
dan cenderung berperilaku merusak membuat orang dewasa yang harus membimbing
dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggungjawab dan bersikap
tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa yang tidak realistik. Remaja melihat
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan
sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
h. Ambang masa dewasa. Remaja mulai
bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, seperti merokok,minum-minuman
keras, menggunakan obat-obatan terlarang ,dan sebagainya.
7. Masa
Dewasa Awal
Masa dewasa ini merupakan periode penyesuaian diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu
diharapkan dapat memainkan peran baru, mengembangkan sikap-sikap baru,
keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru.
Ciri-ciri pada masa dewasa dini adalah :
a. Masa pengaturan. Jika anak laki-laki
dan anak perempuan mencapai usia dewasa berarti sudah saatnya untuk menerima
tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b. Usia reproduktif. Menjadi orang tua
merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Bagi
orang yang telah mempunyai anak pada awal masa dewasa atau bahkan pada
tahun-tahun akhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan
masa reproduksi. Sebaliknya orang yang baru mempunyai anak pada usia tiga
puluhan, maka baginya hanya dasawarsa terakhir dari usia dini yang merupakan
usia reproduksi.
c. Masa bermasalah. Masalah pada masa
dewasa dini yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuaian diri dalam
kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan
d. Ketegangan emosional. Ketegangan
emosi umumnya nampak dalam bentuk keresahan, yaitu kekhawatiran mereka dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah.
e. Keterasingan sosial. Masuknya
seseorang dalam pola kehidupan orang dewasa, membuat hubungan dengan
teman-teman kelompok masa remaja renggang serta berkurangnya keterlibatan dalam
kegiatan kelompok di luar rumah. Hal tersebut menyebabkan seseorang mengalami
keterpencilan sosial atau Erikson menyebutnya sebagai “krisis keterasingan”
f. Masa komitmen. Pada masa ini
seseorang menjadi dewasa mandiri yang dapat menentukan pola hidu baru, memikul
tanggungjawab baru,dan membuat komitmen baru yang nantinya menjadi landasan di
kemudian hari.
g. Masa ketergantungan. Meskipun telah
mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, namun banyak orang muda yang masih
bergantung pada orang tua, lembaga pendidikan , atau pemerintah yang membiayai
pendidikan (beasiswa).
h. Perubahan nilai. Perubahan itu di
sebabkan oleh:
i.
Jika orang muda dewasa ingin diterima sebagai anggota
kelompok orang dewasa mereka harus menerima nilai-nilai kelompok teman sebaya
j.
Kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai
konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku juga dalam penampilan.
k. Penyesuaian diri dengan cara hidup
baru. Pada masa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan
dan peran orang tua.
l.
Masa kreatif. Hal ini disebabkan karena sebagai orang yang
telah dewasa ia tidak terikat lagi oleh peraturan dari orang tua maupun guru,
sehingga mereka bebas berbuat apa saja yang mereka inginkan. Bentuk kreativitas
tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan
keinginan, dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya.
9. Masa
Dewasa Paruh baya
a. Periode yang sangat ditakuti
b. Penyebabnya adalah banyaknya
stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia dewasa madya.
c. Masa transisi
d. Transisi senantiasa berarti penyesuaian
diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru.
e. Masa stres
f. penyesuaian secara radikal terhadap
peran dan pola hidup yang brubah khususnya bila disertai dengan berbagai
perubahan fisik dan psikologis seseorang menimbulkan stres.
a. Usia yang berbahaya
g. Sebutan usia yang berbahaya ini
brasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kemudaan yang
berakhir sebelum memesuki usia lanjut.
a. Usia canggung
h. pria dan wanita berusia madya
bukan muda lagi tetepi bukan juga tua. Mereka merasa bahwa keberadaan mereka
tidak dianggap, oleh karena itu orang yang berusia madya sedapat mungkin
berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain.
a. Masa berprestasi
i.
apabila orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat
untuk berhasil, maka akan mencapai puncaknya pada usia ini.
a. Masa evaluasi
j.
masa mengevaluasi prestasi pada usia madya
berdasasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain khususnya
anggota keluarga dan teman.
a. Usia madya dievaluasi dengan standar
ganda
k. Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan,
1) aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani. 2) standar ganda terlihat
dari cara pria dan wanita menyatakan sikap terhadap usia tua.
a.
Masa sepi
l.
Masa ketika anak-anak tidak lama tinggal bersama orang
tuanya.
a.
Masa jenuh
m.
Hampir semua pria dan wanita mengalami kejenuhan pada masa
akhir 30-an dan 40-an.
10. Masa
Lanjut Usia
a. Periode
kemunduran
Kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap atau dikenal
sebagai “senescence” yaitu masa proses menjadi tua. Istilah keuzuran (senility)
digunakan untuk periode masa lanjut usia apabila kemunduran fisik sudah terjadi
dan terjadi disorganisasi mental.
b. Perbedaan
individual pada efek menua
Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan , sosioekonomi
dan latar belakang pendidikan , serta pola hidup yang berbeda.
c. Usia tua
dinilai dengan kriteria yang berbeda
Orang yang cenderung menilai tua dengan dua kriteria yaitu dalam penampilan dan
kegiatan fisik yaitu apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya.
d.Stereotip
orang lanjut usia
Stereotipe dan kepercayaan tradisional mengenai orang lanjut usia timbul dari
empat sumber utama yaitu 1) cerita rakyat dan dongeng cenderung
melukiskan usia lanjut sebagai usia yang tidak menyenangkan. 2) Orang usia
lanjut sering diberi tanda dan diartikan tidak menyenangkan oleh media masa. 3)
Berbagai humor dan canda menyangkut aspek negatif orang yang berusia lanjut
sebagian besar lebih menekankan sikap ketololan sebagai orang tua daripada
kebijakan. 4) keadaan fisik usia lanjut yang tidak berstamina.
e. Sikap
sosial terhadap usia lanjut
Sikap sosial terhadap usia lanjut yang cenderung menjadi tidak menyenangkan.
Oleh karena itu mereka mengangap bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi
kelompok sosial dan lebih banyak tidak bermanfaaat daripada sikap yang
menyenangkan.
f. Orang
usia lanjut mempunyai status kelompok-minoritas.
Status kelompok minoritas ini terutama terjadi sebagai akibat sikap sosialyang
tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut.
g. Menua
membutuhkan perubahan peran.
Orang usia lanjut diharapkan mengurangi peran aktifnya dalam urusan masyarakat
dan sosial , juga dalam dunia usaha dan profesionalisme. Dan perubahan peran
ini juga hendaknya bukan karena tekanan sosial.
h. Penyesuaian
yang buruk.
Orang usia lanjut cenderung lebih buruk penyesuaian diri dibandingkan orang
yang lebih muda. Hal ini disebabkan semakin hilangnya status karena kegiatan
sosial didominasi oleh orang-orang yang lebih muda.
i.Keinginan
menjadi muda kembali sangat kuat.
Status
kelompok minoritas yang dikenakan pada orang lanjut usia membangkitkan
keinginan untuk tetap muda selama mungkin.
B. ASPEK PERKEMBANGAN INDIVIDU
1. ASPEK FISIK
Perkembangan
Fisik Secara umum, fisik berarti bentuk (postur) atau perawakan. Jadi
Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak
dalam kandungan hingga ia dewasa atau mencapai tingkat kematangan
pertumbuhannya. Proses perubahannnya adalah menjadi panjang (pertumbuhan
vertikal) dan menjadi tebal/lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi
bentuk tubuh.
Pertumbuhan
sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan (fertilisasi) antara sel telur
dengan sel sperma yang kemudian berkembang menjadi embrio. Pertumbuhan fisik
sebelum lahir akan dilanjutkan dengan pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang
akan menyempurnakan struktur dan fungsi dari dimensi fisik peserta didik. Yang
dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001).
Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan
fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak
tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama
pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan
yang mencolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan,
perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain- lain.
Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi
perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak
menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh
makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta
kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Contoh perkembangan fisik yang terjadi pada bayi adalah seperti merangkak,
berdiri, berjalan hingga berlari. Orang tua harus mengetahui perkembangan
anak-anaknya agar selalu tetap terjaga asupan nutrisinya serta lingkungan
keluarga yang mendukung yang membantunya untuk tumbuh dan berkembang.
Hal itu juga akan membantu perkembangan agar
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan usia anak. Perkembangan fisik
yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan
motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Sesuai dengan
perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima
pembelajaran ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik
anak itu secara fungsional.
2. ASPEK KOGNITIF
Perkembangan
Intelektual/Kognitif/Intelegensi Istilah intelek berasal dari perkataan
”itelect” (bahasa inggris) yang berarti : (1).Proses kognitif berfikir, daya
menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan; (2).Kemampuan
mental atau intelegensi. (CP.Chaplin,1981: 252)
Perkembangan
intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain
kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat
terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan
maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognisi peserta didik antara lain:
1.
Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui
pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
2.
Intelegensi
mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.
3.
Kesempatan belajar
yang diperoleh anak.
4.
Tipe pengalaman yang
didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara
tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.
5.
Jenis kelamin karena
pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil
dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin
6.
Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan
menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Perkembangan intelektual / kognitif / intelegensi adalah perubahan kemampuan
mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam
Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas
untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget
menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam
Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya. Dalam Dictionary Of Psychology karya Drever,
dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model
pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan
penalaran”.. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda
secara kualitatif.
Menurut penelitiannya tahap-tahap perkembangan
individu/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar
individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata
(Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat,
memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya
skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang
lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika
ia masih kecil. Piaget mengemukakan empat tahapan kognitif anak yaitu tahap
sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.
3. ASPEK BAHASA
Bahasa
adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat,
bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat
mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai moral atau agama. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan bahasa yaitu : Proses jadi
matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ- organ suara/bicara
sudah berfungsi) untuk berkata-kata. 2. Proses belajar, yang berarti bahwa anak
yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan
jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi
dan kanak-kanak Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William
Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu
kata, masa memberi nama, masa kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk. 1.
Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan Dalam masa pertama ini
seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan dengan
tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain
itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak
begitu sama persis dengan bunyi aslinya.
Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata.
Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti “ibu” dan lainnya. Masa memberi
satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun Dalam masa kedua ini adalah masa
dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui
banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu?
siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai
meningkat. Dulu yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga
kata hingga lebih sempurna. Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d dua setengah
tahun. Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan
lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta
menggunakan awalan dan akhiran pada kata.
Namun tak
jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan
caranya sendiri. Masa kalimat majemuk :
dua tahun enam bulan dan seterusnya. Di tahap ini seorang anak sudah dapat
mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna, baik berupa kalimat
majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih
sempurna.
Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas
manusia yang paling kompleks dan mengagumkan (Semiawan;1989). Meski para ahli
mengungkapkan bahwa bahasa itu kompleks, namun pada umumnya perkembangan pada
individu dengan kecepatan luar biasa
pada awal masa kanak-kanak. Berangkat dari hasil- hasil penelitian para ahli
psikologi perkembangan, perkembangan bahasa adalah kemampuan individu dalam
menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun
waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
Perbandingan antara umur kronologis dengan
kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang
bersangkutan. Pengaruh perkembangan bahasa terhadap keberhasilan belajar salah
satunya adalah dapat berinteraksi dengan orang lain untuk saling bertanya,
saling mengisi pengetahuan melalui dialog atau percakapan antar sesama. Dengan
bahasa individu dapat saling menambah informasi pengetahuan yang belum
diketahui. Perkembangan Sosial Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia
dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan
sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan
orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah
dirasakan sejak anak memasuki usia 6 (enam) bulan. Disaat itu mereka telah
mampu mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan dirinya yaitu ibu atau
anggota keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti senyum, marah,
tidak senang, terkejut, dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999)
menambahkan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar
manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang
sederhana dan terbatas yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan
manusia menjadi semakin kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial
juga berkembang amat kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa
semakin bertambah usia anak, maka semakin kompleks perkembangan sosialnya
karena anak semakin membutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pengaruh
lingkungan atau perkembangan sosial terhadap prestasi belajar:
Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi
anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian
untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak
tersebut.
Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi
bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu
juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah,
menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.
Aktivitas dalam masyarakat juga dapat
berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan
pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa
melupakan tugas belajarnya Perkembangan
kepribadian Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin “persona”, atau
topeng yang dipakai orang untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, tetapi
psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan luar. Jess Feist
&Gregory J. Feist (2009: 86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem
fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak
terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu.
Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur
dan perkembangan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gardon Allport (1951)
dalam Inge Hatugalung (2007: 1) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam individu sebagi system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:
136) kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu
aspek psikis seperti aku, keceerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan,
moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan,indra,
dll. Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara
individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;
4. ASPEK EMOSI
Perkembangan
Emosi Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari
organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya,
dan perubahan perilaku (CP.Chaplin, 1982: 163). Kemampuan untuk bereaksi secara
emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku
emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat.
Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini
tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun
demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan reaksi yang secara
jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang spesifik. Perkembangan
emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan
faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak
yang sedang tumbuh.
Namun sering
kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi
perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak
larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang
sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat
kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Emosi
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini
termasuk pula perilaku belajar. Mengingat hal tersebut, maka guru hendaknya
mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan atau kondusif bagi
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara
lain :
1. Mengembangkan iklim kelas yang
bebas dari ketegangan.
2. Memperlakukan peserta didik
sebagai individu yang mempunyai harga diri.
3. Memberikan nilai secara objektif.
4. Menghargai
hasil karya peserta didik.
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan
anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta
bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh
interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai
dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan
kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi. Pengaruh emosi terhadap
perilaku dan perubahan fisik individu : a. Memperkuat semangat bila merasa
senang atas suatu keberhasilan. b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa
kekecewaan karena suatu kegagalan. c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi
belajar apabila individu dalam keadaan gugup. d. Terganggu penyesuaian sosial
apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5. ASPEK MORAL DAN AGAMA
Perilaku moral dikendalikan oleh
konsep-konsep moral peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari
seluruh anggota kelompok. Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak
sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak
acuhan akan harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standar sosial
atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Menurut Piaget,
perkembangan moral terjadi dalam dua tahap.
Tahap pertama disebut tahap realisme
moral (moralitas oleh pembatasan). Tahap kedua disebut moralitas otonomi
(moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik) Dalam tahap yang pertama
ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar
konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak
otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung
menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting
menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan
hukuman bukan pada nilai moralnya.
Di tahap kedua perkembangan moral anak telah
terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk
memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai
sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan
masalah.
Berikut ini beberapa proses pembentukan
perilaku moral dan sikap anak:
1.
Imitasi Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau
peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di
sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak perempuan dan orang lain
dirumah, demikian pula anak laki-laki suka meniru perilaku ayah, kakak atau
tetangganya yang sering dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya
meniru perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak senang,sikap orang
tua terhadap agama, politik, hobi, dan lain-lain.
2.
Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena
pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang
tersebut. 3. Introvert dan Ekstrovert Introvert adalah kecenderungan seseorang
untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau
keputusan-keputusan yang diambil selalu berasal berdasarkan pada perasaan,
pemikiran, dan pengalaman sendiri. Orang- orang yang berkecenderungan introvert
biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul. Ekstrovert adalah kencederungan
seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat,
sikap dan keputusan-keputusan yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang
lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
Kemandirian Kemandirian adalah kemanpuan
seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk
material maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di kaitkan dengan
kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri
tanpa bantuan orang dewasa.
Ketergantuangan Ketergantungan di tandai
dengan perilaku anak yang bersifat kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai dengan
anak lain yang sebayanya.
Dengan kata lain anak tersebut tidak
memiliki kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya berlainan
dengan anak normal. Bakat Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang
dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai
sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang sering kali
melebihi orang lain.
Karakteristik yang menonjol dalam
perkembangan moral adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang
mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir
abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka
pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada
waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar
hidup mereka (Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral dicirikan dengan
mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang
ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu
mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988).
Melalui pengalaman atau berinteraksi
sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat
moralitas peserta didik sudah lebih matang. Mereka sudah lebih mengenal tentang
nilai-nilai moral atau konsep- konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan,
kesopanan, dan kedisiplinan. Perkembangan Kesadaran Beragama Agama mengandung
dua unsur: keyakinan dan tata cara.
Keduanya terpisah dan berbeda.
Akibatnya, minat terhadap satu unsur tidak dengan sendirinya menjamin minat
terhadap unsur lain. Juga tidak berarti bahwa minat terhadap kedua unsur akan
sama. Seorang mungkin terutama berminat mematuhi aturan agama tetapi
menunjukkan sedikit minat terhadap apa yang sering dianggap sebagai “teologi”
atau doktrin atau ajaran agama. Hal sebaliknya mungkin terjadi pada orang lain.
Demikian pula terhadap anak-anak. Beberapa anak terutama berminat terhadap
kepatuhan kepada agama dan yang lain terhadap ajaran agama. Mana yang lebih
menarik perhatian ditentukan sebagian oleh tekanan yang diberikan pada kedua
unsur tersebut pada masa awal pendidikan agama dan sebagian oleh apa yang
berdasarkan pengalaman, mereka anggap lebih memenuhi kebutuhan mreka. Jadi
minat terhadap agama terutama egosentris.
Saat anak bertambah usia dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan anggota kelompok teman sebaya, teman-teman ini akan mempengaruhi minatnya. Contohnya, seorang anak yang mempunyai teman-teman yang berbincang- bincang mengenai agama,dan mematuhi aturan agama akan mempunyai minat yang lebih besar pada agama dari seorang anak yang temannya tidak, atau hampir tidak, menunjukkan minat pada agama dan mempunyai sikap negatif terhadap semua aturan agama. Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
3. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
4. Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
5. Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Adams dan Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya, agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini, serta agama memberikan perlindungan rasa aman. Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang
A.
KAREKTERISTIK
PERKEMBANGAN
1. Masa
Pranatal
Masa Prenatal adalah periode
perkembangan pertama dalam jangka kehidupan manusia dan secara biologis, hidup
dimulai pada waktu ini. Periode ini dimulai pada waktu konsepsi, yaitu
pembuahan dari ovum oleh sel sperma, dan berakhir pada waktu kelahiran. Masa di
dalam kandungan (prenatal) atau masa konsepsi ini sangat
penting artinya,karena merupakan awal kehidupan.
Awal kehidupan dalam kandungan, terjadi dalam apa yang
disebut proses reproduksi. Proses reproduksi ini sebenarnya bermula
dan berintikan pada pertemuan dan pembuahan sel telur wanita oleh sperma
laki-laki,yang dalam islam dikenal dengan nama “nutfah”yakni setetes
cairan tertentu. Selanjutnya dari bentuk nutfah berubah menjadi “alaqah” yakni
segumpal darah atau sesuatu yang bergantung pada dinding rahim. Setelah melalui
proses sebagai alaqah kemudian embrio tersebut memasuki tahap
perkembangan berikutnya dalam wujud daging yang bergulung-gulung(mudghoh).Selanjutnya
pada masa ini Alloh meniupkan ruh dan menghidupkan janin tersebut di dalamrahim
ibu. Pada masa ini hubungan janin sangat erat dengan ibunya.
Diakui bahwa
mengetahui segala kejadian pada masa prenatal amat esensial untuk dapat
mengerti sepenuhnya tentang pola perkembangan yang normal dan untuk menyadari
setiap kejadian yang dapat menggangu pola ini. Perkembangan biologis pada
manusia dimulai pada saat konsepsi atau pembuahan, yaitu pada pembuahan telur
oleh spermatosoma. Bila spermatosoma laki-laki memasuki dinding telur (ovum)
wanita, terjadilah konsepsi.
Ciri-ciri
periode pranatal
a.
Pada saat
ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
selanjutnya, duturunkan sekali untuk selamanya.
b.
Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang
perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat
perkembangannya bahkan sampai menggangu pola perkembangan yang akan datang.
c.
Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan
pada saat pembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan mempengaruhinya,
sama halnya dengan sifat bawaan.
d.
Perkembangan
dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode pranatal
dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu.
e.
Periode
prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun
psikologis.
f.
Periode
prenatal merupakan saat dimana orang-orang yang berkepentingan membentuk
sikap-sikap pada diri individu yang baru diciptakan.
periode pertama dan paling penting dari semua periode. Periode ini dimulai pada
saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran (270-280 hari atau 9 bulan). Ciri
penting periode ini, yaitu:
1. Pembawaan lahir. Pembawaan lahir
yang berfungsi sebagai dasar bagi selanjutnya, ditentukan pada masa ini.
2. Pertumbuhan dan perkembangan yang
cepat. Pertumbuhan dan perkembangan yang proporsional lebih cepat terjadi
pada waktu ini daripada waktu lainnya sepanjang hidup.
3. Kondisi dari lingkungan pralahir.
Kondisi tubuh ibu yang baik mempertinggi potensi bawaan sedangkan kondisi yang
buruk dapat menghambat perkembangan atau mengganggu pola perkembangan
selanjutnya.
4. Sikap orang-orang yang berarti.
Sikap orang yang berarti dalam kehidupan anak (khususnya anggota keluarga)
mempunyai pengaruh nyata terhadap anak tersebut selama tahun awal pembentukan
kehidupan. Kalau sikap bersifat emosional, maka dapat mengganggu keseimbangan
ibu (mother’s homeostasis) dan menggangu kondisi tubuh ibu yang sangat penting
bagi perkembangan normal individu yang baru terbentuk.
2. Masa Bayi
Masa bayi
merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan
oranglain, atau masa yang menuntut kesabaran orangtua. Secara psikologis, masa
bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi.
Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan mungkin berubah
secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa diantaranya relatif
menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi pada saat kelahiran dan pada
mudah atau sulitnya penyesuaian antara bayi dan orangtua.
Pada masa
bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini memberikan petunjuk
bahwa bayi menginginkan sesuatu. Hal itu dikarenakan pada masa ini, bayi belum
bisa berbicara, dan tangisan sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia
kehendaki. Namun, jika tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan
gastrointestinal, muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan
perasaan kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian bayi.
Bayi berkembang
pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini,
perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan.
Perkembangan yang pesat dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan
penguatan otot memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa
bayi, bayi yang berkembang lambat akan
mengalami kesulitan pada saat ia
mencapai awal masa kanak-kanak.
Pada
perkembangan fisik, beberapa bayi
memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang
normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu
kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama
periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman
sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.
Masa bayi
adalah masa pembentukan pola-pola psikologis fundamental untuk makan dan buang
air. Meskipun pembentukan kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir
masa bayi. Pada pola makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya
ketidaksukaan bayi terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai
lima bulan. Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan
makanan yang agak keras.
Pola buang
air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari usia enam bulan,
sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara usia 15 sampai 16 bulan.
Dalam hal buang air besar, sesekali bayi mengalami permasalahan ataupun
penyimpangan, khusunya ketika bayi lelah, sakit.
Ciri
penting masa bayi, yaitu:
1. Dasar yang
sesungguhnya
2. Pertumbuhan dan perubahan
berjalan pesat
3. Berkurangnya
ketergantungan
4. Meningkatnya
individualitas
5. Permulaan
sosialisasi
6. Permulaan
berkembangnya penggolongan peran seks
Permulaan kreativitas
Masa kanak-kanak
dimulai setelah masa melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni
kira-kira usia dua tahun samapai saat anak matang secara seksual, kira-kira
tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. Setelah anak
matang secara seksual, maka ia disebut remaja.
Masa Kanak-Kanak Awal
Pada umumnya
orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan saat dimana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
Ciri-ciri Awal Masa Kanak-Kanak
Salah satu
cirri tertentu masa bayi merupakan ciri khas yang membedakan dengan
periode-periode lain dalam rentngan kehidupan, demikian pula halnya dengan ciri
tertentu dari periode awal masa kanak-kanak.
1. Sebutan yang Digunakan Orang Tua
2. Sebutan yang Digunakan Para Pendidik
3. Sebutan yang Digunaka Para Ahli Psikilogi
Tugas Dalam
Perkembangan Awal Masa Kanak-Kanak
Meskipun dasar dari tugas dalam
perkembangan yang diharapkan sudah dikusai anak sebelum mereka masuk sekolah
diletakkan selama masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam
waktu empat tahun, yaitu dalam periode awal masa kanak-kanak yang relative
singkat.
Perkembangan Fisik
Pertumbuhan
selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan masa bayi.
Kebiasaan Fisiologis
Dalam watu masa
kanak-kanak, kebiasaan fisikologis yang dasarnya sudah diletakkan pada masa
bayi menjadi semakin baik.
3. Awal Masa Kanak-kanak
Pada
umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang
dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan
tergantung padaorang lain. Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa
kanak-kanak harus dibagi lagi menjadi dua periode, yakni periode awal yang
berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai
tiba saatnya anak yang matang secara seksual.
Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya
berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak,
sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah
perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering terjadi di awal masa
kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil.
Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu.
Pada
perkembangan fisik, pertumbuhan selama
awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak sebesar seperti pada masa
bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan sebagian
karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan dan tidak
disukai.
Dalam perkembangan berkomunikasi, biasanya anak-anak
mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak
bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih
banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak
terjalin baik.
Di akhir
masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung dari usia enam tahun
sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa
akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai terdorong untuk
memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni dengan memperbaiki ucapan yang
salah serta memperbaiki tata bahasa. Anak dapat berbicara mengenai apa saja,
tetapi pokok pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya
menjadi pengalaman sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri,
biasanya terjadi dalam bentuk bualan. Anak membual tentang segala hal
yang berhubungan dengann diri sendiri seperti kehebatannya dalam keterampilan
dan berprestasi. Dan pada masa ini, biasanya anak lebih suka mengkritik dan
menertawakan orang. Pada saat menyampaikan kritikan, anak lebih sering
mengungkapkan dalam bentuk makian atau
hal lain yang bersifat merendahkan. Karena sebenarnya anak lebih banyak
menonjolkan kelebihan dan kurang berani menunjukkan kelemahan dirinya sendiri.
1. Sebagian besar orang tua menganggap
awal masa kanak-kanak sebagai :
a. Usia yang mengundang masalah
atau usia sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua, umumnya
mengenai perawatan fisik bayi.
b. Usia mainan karena anak menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainan.
c. Sebutan yang digunakan para pendidik
2. Para pendidik menyebut
tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah yang merupakan
masa persiapan anak baik secara fisik maupun mental untuk menghadapi
tugas-tugas pada saat mereka mulai bersekolah.
a. Sebutan yang digunakan para ahli
psikologi
3. Berdasarkan ciri-ciri yang menonjol
dalam pekembangan awal masa kanak-kanak sebutan yang digunakan adalah :
a. Usia kelompok, dimana anak belajar
dasar-dasar perilaku sosial untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk
kelas satu.
b. Usia menjelajah karena anak-anak
ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, perasaannya,
dan bagaimana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
c. Usia kreatif. Anak lebih menunjukan
kreativitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain.
4. Akhir Masa Anak-anak
Label yang digunakan para pendidik
1. Usia
sekolah dasar.
Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting
tertentu.
2. Periode
kritis dalam dorongan berprestasi. Masa dimana anak membentuk untuk mencapai sukses, tidak
sukses atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai
korelasi tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.
Label yang digunakan ahli psikologi
a. Usia
berkelompok.
Masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya
sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan
teman-temannya.
b. Usia
penyesuaian diri.
Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.
5. Masa Puber atau Pra remaja
a. Periode tumpang tindih karena
kedudukan remaja berada di antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
b. Periode yang singkat, berlangsung
sekitar 2-4 tahun. Anak yang mengalami puber selama dua tahun atau kurang
dianggap cepat matang, sedangkan anak yang mengalami puber 3-4 tahun dianggap
lambat matang.
c. Dibagi dalam 3 tahap : tahap
prapuber (bukan lagi seorang anak tetapi juga belum remaja), tahap puber
(kematangan seksual muncul: haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak
laki-laki), dan tahap pascapuber (ciri-ciri seks sekunder misalnya kumis,
jakun, suara yang berat, otot-otot yang kuat pada anak laki-laki ; atau panggul
yang besar, payudara, suara yang lembut pada anak perempuan, sudah berkembang
dan organ-organ seks berfungsi secara matang).
d. Pertumbuhan dan perubahan yang
pesat. Pertumbuhan dan perubahan yang pesat meliputi perubahan dalam tubuh,
perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, sikap terhadap seks dan
lawan jenis. Perubahan ini sering menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu
dan tidak aman, serta menimbulkan perilaku yang kurang baik.
e. Fase negatif, fase dimana individu
mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan
sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Pada fase ini perilaku
remaja mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial
yang berlaku.
6. Masa Remaja
Istilah adolescense
atau remaja berasal dari kata latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia
yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescense
mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional,
sosial dan fisik.
Bagi
sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan
tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan
perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama
atau kedua setelah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat dan
lingkungan yang baik semakin lebih menentukan. Tetapi yang bersangkutan sendiri
bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan
dengan kagum, senang atau takut. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
Pada masa
ini, remaja lebih banyak bersikap negatif atau sikap menolak. Biasanya terhadap
segala sesuatu, remaja bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak
setuju. Remaja sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa
sebabnya dan sering melamun tidak menentu dan kadang berputus asa.
Pada masa
remaja terjadi perubahan fisik dan phikis yang selalu mendatangkan konflik pada
diri remaja, sehingga banyak remaja yang gamang melewati masa remajanya.
Orangtua, guru dan masyarakat perlu memahami permasalahan remaja sehingga dapat
membantu mereka menemukan solusi melewati masa remaja dengan sukses.
Permasalahan yang sering dialami
pada perkembangan remaja biasanya mencakup budi pekerti remaja, dimana remaja
terlibat dalam perbuatan/akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:
a.
Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian
besar remaja mengalami kemunduran kepercayaan terhadap Allah, hal ini ditandai
dengan semakin beraninya remaja melanggar larangan Allah secara terang-terangan
seperti tidak shalat, tidak puasa dan lain-lain. Rendahnya keimanan remaja
menjadi penyebab permasalahan akhlak remaja lainnya seperti seks bebas,
merokok, penyalahgunaan narkotika, pencurian dan lain-lain.
b.
Menurunnya Pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian
remaja mengalami penurunan pengalaman agama dibandingkan pada masa anak-anak.
Mereka mungkin sudah terbias atau pernah shalat pada masa anak-anak kemudian
tidak melaksanakan shalat pada masa remaja. Sebagian remaja bahkan marah ketika
diingatkan untuk melaksanakan ibadah dengan alasan malas, bosan dan sebagainya.
c.
Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan
data Badan Narkotika Nasioanl (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narloba di
Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, dimana 70% diantaranya
berusia antara 15-19 tahun.
d.
Seks Bebas
Adikusuma
dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap Seks Bebas di Kota Negara
Bali menemukan 88,33% responden mengatakan
ingin melakukann seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66% menyatakan
cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah hubungan seks. Sebuah survei
yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 Direktur Remaja dan
Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN melaporkan bahwa 63% remaja di Indonesia
usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21%
diantaranya melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa
pergaulan remaja di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
e.
Merokok
Di masa
modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan
yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan
kenikmatan bagi si perokok, walaupun merokok dapat menimbulkan dampak buruk
bagi perokok dan orang-orang yang ada disekitarnya. Beberapa motivasi yang
melatarbelakangi seseorang meroko adalah untuk mendapatkkan pengakuan (anticioatory
beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma permissivek
beliefs/fasilitative).
f.
Bolos Sekolah
Para
remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor kesayangannya, untuk
jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura lainnya.
Akibat yang ditimbulkan dari
berbagai permasalahan dalam perkembangan sikap remaja ialah:[1]
1. Terkena HIV.AIDS
2. Mencuri, menodong, mencopet dan sejenisnya
3. Bunuh diri
4. Berkelahi dengan teman atau antar sekolah
5. Kebut-kebutan
6. Mengguurkan kandungan
7. Berbohong
a. Periode yang penting. Ada beberapa
periode yang dianggap lebih penting daripada beberapa periode lainnya karena
berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang di anggap penting
karena berakibat jangka panjang.
b. Periode peralihan. Dalam setiap
periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran
yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga
bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga
menguntungkan karena memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi
dirinya.
c. Periode perubahan. Perubahan
sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik. Ketika perubahan fisik
terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.
d. Usia bermasalah. Masalah remaja sulit diatasi
baik oleh anak laki-laki maupun perempuan yang disebabkan oleh : pertama,
selama kanak-kanak masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orangtua
atau guru sehingga menjadi remaja yang tidak berpengalaman dalam mengatasi
masalah. Kedua, remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya
sendiri dan menolak bantuan orang lain.
e. Mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa
remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting, kemudian lambat laun
mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama
dengan teman-temannya dalam segala hal.
f. Usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya
anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya
dan cenderung berperilaku merusak membuat orang dewasa yang harus membimbing
dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggungjawab dan bersikap
tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa yang tidak realistik. Remaja melihat
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan
sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
h. Ambang masa dewasa. Remaja mulai
bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, seperti merokok,minum-minuman
keras, menggunakan obat-obatan terlarang ,dan sebagainya.
7. Masa
Dewasa Awal
Masa dewasa ini merupakan periode penyesuaian diri
terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu
diharapkan dapat memainkan peran baru, mengembangkan sikap-sikap baru,
keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru.
Ciri-ciri pada masa dewasa dini adalah :
a. Masa pengaturan. Jika anak laki-laki
dan anak perempuan mencapai usia dewasa berarti sudah saatnya untuk menerima
tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b. Usia reproduktif. Menjadi orang tua
merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Bagi
orang yang telah mempunyai anak pada awal masa dewasa atau bahkan pada
tahun-tahun akhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan
masa reproduksi. Sebaliknya orang yang baru mempunyai anak pada usia tiga
puluhan, maka baginya hanya dasawarsa terakhir dari usia dini yang merupakan
usia reproduksi.
c. Masa bermasalah. Masalah pada masa
dewasa dini yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuaian diri dalam
kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan
d. Ketegangan emosional. Ketegangan
emosi umumnya nampak dalam bentuk keresahan, yaitu kekhawatiran mereka dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah.
e. Keterasingan sosial. Masuknya
seseorang dalam pola kehidupan orang dewasa, membuat hubungan dengan
teman-teman kelompok masa remaja renggang serta berkurangnya keterlibatan dalam
kegiatan kelompok di luar rumah. Hal tersebut menyebabkan seseorang mengalami
keterpencilan sosial atau Erikson menyebutnya sebagai “krisis keterasingan”
f. Masa komitmen. Pada masa ini
seseorang menjadi dewasa mandiri yang dapat menentukan pola hidu baru, memikul
tanggungjawab baru,dan membuat komitmen baru yang nantinya menjadi landasan di
kemudian hari.
g. Masa ketergantungan. Meskipun telah
mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, namun banyak orang muda yang masih
bergantung pada orang tua, lembaga pendidikan , atau pemerintah yang membiayai
pendidikan (beasiswa).
h. Perubahan nilai. Perubahan itu di
sebabkan oleh:
i.
Jika orang muda dewasa ingin diterima sebagai anggota
kelompok orang dewasa mereka harus menerima nilai-nilai kelompok teman sebaya
j.
Kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai
konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku juga dalam penampilan.
k. Penyesuaian diri dengan cara hidup
baru. Pada masa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan
dan peran orang tua.
l.
Masa kreatif. Hal ini disebabkan karena sebagai orang yang
telah dewasa ia tidak terikat lagi oleh peraturan dari orang tua maupun guru,
sehingga mereka bebas berbuat apa saja yang mereka inginkan. Bentuk kreativitas
tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan
keinginan, dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya.
9. Masa
Dewasa Paruh baya
a. Periode yang sangat ditakuti
b. Penyebabnya adalah banyaknya
stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia dewasa madya.
c. Masa transisi
d. Transisi senantiasa berarti penyesuaian
diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru.
e. Masa stres
f. penyesuaian secara radikal terhadap
peran dan pola hidup yang brubah khususnya bila disertai dengan berbagai
perubahan fisik dan psikologis seseorang menimbulkan stres.
a. Usia yang berbahaya
g. Sebutan usia yang berbahaya ini
brasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kemudaan yang
berakhir sebelum memesuki usia lanjut.
a. Usia canggung
h. pria dan wanita berusia madya
bukan muda lagi tetepi bukan juga tua. Mereka merasa bahwa keberadaan mereka
tidak dianggap, oleh karena itu orang yang berusia madya sedapat mungkin
berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain.
a. Masa berprestasi
i.
apabila orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat
untuk berhasil, maka akan mencapai puncaknya pada usia ini.
a. Masa evaluasi
j.
masa mengevaluasi prestasi pada usia madya
berdasasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain khususnya
anggota keluarga dan teman.
a. Usia madya dievaluasi dengan standar
ganda
k. Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan,
1) aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani. 2) standar ganda terlihat
dari cara pria dan wanita menyatakan sikap terhadap usia tua.
a.
Masa sepi
l.
Masa ketika anak-anak tidak lama tinggal bersama orang
tuanya.
a.
Masa jenuh
m.
Hampir semua pria dan wanita mengalami kejenuhan pada masa
akhir 30-an dan 40-an.
10. Masa
Lanjut Usia
a. Periode
kemunduran
Kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap atau dikenal
sebagai “senescence” yaitu masa proses menjadi tua. Istilah keuzuran (senility)
digunakan untuk periode masa lanjut usia apabila kemunduran fisik sudah terjadi
dan terjadi disorganisasi mental.
b. Perbedaan
individual pada efek menua
Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan , sosioekonomi
dan latar belakang pendidikan , serta pola hidup yang berbeda.
c. Usia tua
dinilai dengan kriteria yang berbeda
Orang yang cenderung menilai tua dengan dua kriteria yaitu dalam penampilan dan
kegiatan fisik yaitu apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya.
d.Stereotip
orang lanjut usia
Stereotipe dan kepercayaan tradisional mengenai orang lanjut usia timbul dari
empat sumber utama yaitu 1) cerita rakyat dan dongeng cenderung
melukiskan usia lanjut sebagai usia yang tidak menyenangkan. 2) Orang usia
lanjut sering diberi tanda dan diartikan tidak menyenangkan oleh media masa. 3)
Berbagai humor dan canda menyangkut aspek negatif orang yang berusia lanjut
sebagian besar lebih menekankan sikap ketololan sebagai orang tua daripada
kebijakan. 4) keadaan fisik usia lanjut yang tidak berstamina.
e. Sikap
sosial terhadap usia lanjut
Sikap sosial terhadap usia lanjut yang cenderung menjadi tidak menyenangkan.
Oleh karena itu mereka mengangap bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi
kelompok sosial dan lebih banyak tidak bermanfaaat daripada sikap yang
menyenangkan.
f. Orang
usia lanjut mempunyai status kelompok-minoritas.
Status kelompok minoritas ini terutama terjadi sebagai akibat sikap sosialyang
tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut.
g. Menua
membutuhkan perubahan peran.
Orang usia lanjut diharapkan mengurangi peran aktifnya dalam urusan masyarakat
dan sosial , juga dalam dunia usaha dan profesionalisme. Dan perubahan peran
ini juga hendaknya bukan karena tekanan sosial.
h. Penyesuaian
yang buruk.
Orang usia lanjut cenderung lebih buruk penyesuaian diri dibandingkan orang
yang lebih muda. Hal ini disebabkan semakin hilangnya status karena kegiatan
sosial didominasi oleh orang-orang yang lebih muda.
i.Keinginan
menjadi muda kembali sangat kuat.
Status
kelompok minoritas yang dikenakan pada orang lanjut usia membangkitkan
keinginan untuk tetap muda selama mungkin.
B. ASPEK PERKEMBANGAN INDIVIDU
1. ASPEK FISIK
Perkembangan
Fisik Secara umum, fisik berarti bentuk (postur) atau perawakan. Jadi
Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak
dalam kandungan hingga ia dewasa atau mencapai tingkat kematangan
pertumbuhannya. Proses perubahannnya adalah menjadi panjang (pertumbuhan
vertikal) dan menjadi tebal/lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi
bentuk tubuh.
Pertumbuhan
sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan (fertilisasi) antara sel telur
dengan sel sperma yang kemudian berkembang menjadi embrio. Pertumbuhan fisik
sebelum lahir akan dilanjutkan dengan pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang
akan menyempurnakan struktur dan fungsi dari dimensi fisik peserta didik. Yang
dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001).
Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi
reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna
meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan
fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak
tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama
pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan
yang mencolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan,
perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain- lain.
Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi
perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak
menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh
makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta
kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
Contoh perkembangan fisik yang terjadi pada bayi adalah seperti merangkak,
berdiri, berjalan hingga berlari. Orang tua harus mengetahui perkembangan
anak-anaknya agar selalu tetap terjaga asupan nutrisinya serta lingkungan
keluarga yang mendukung yang membantunya untuk tumbuh dan berkembang.
Hal itu juga akan membantu perkembangan agar
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan usia anak. Perkembangan fisik
yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan
motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Sesuai dengan
perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima
pembelajaran ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik
anak itu secara fungsional.
2. ASPEK KOGNITIF
Perkembangan
Intelektual/Kognitif/Intelegensi Istilah intelek berasal dari perkataan
”itelect” (bahasa inggris) yang berarti : (1).Proses kognitif berfikir, daya
menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan; (2).Kemampuan
mental atau intelegensi. (CP.Chaplin,1981: 252)
Perkembangan
intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain
kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat
terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan
maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognisi peserta didik antara lain:
1.
Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui
pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
2.
Intelegensi
mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.
3.
Kesempatan belajar
yang diperoleh anak.
4.
Tipe pengalaman yang
didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara
tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.
5.
Jenis kelamin karena
pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil
dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin
6.
Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan
menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Perkembangan intelektual / kognitif / intelegensi adalah perubahan kemampuan
mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam
Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas
untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget
menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam
Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya. Dalam Dictionary Of Psychology karya Drever,
dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model
pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan
penalaran”.. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang
dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda
secara kualitatif.
Menurut penelitiannya tahap-tahap perkembangan
individu/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar
individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata
(Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat,
memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya
skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang
lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika
ia masih kecil. Piaget mengemukakan empat tahapan kognitif anak yaitu tahap
sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.
3. ASPEK BAHASA
Bahasa
adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk
tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat,
bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat
mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai moral atau agama. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan bahasa yaitu : Proses jadi
matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ- organ suara/bicara
sudah berfungsi) untuk berkata-kata. 2. Proses belajar, yang berarti bahwa anak
yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan
jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi
dan kanak-kanak Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William
Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu
kata, masa memberi nama, masa kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk. 1.
Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan Dalam masa pertama ini
seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan dengan
tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain
itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak
begitu sama persis dengan bunyi aslinya.
Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata.
Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti “ibu” dan lainnya. Masa memberi
satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun Dalam masa kedua ini adalah masa
dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui
banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu?
siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai
meningkat. Dulu yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga
kata hingga lebih sempurna. Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d dua setengah
tahun. Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan
lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta
menggunakan awalan dan akhiran pada kata.
Namun tak
jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan
caranya sendiri. Masa kalimat majemuk :
dua tahun enam bulan dan seterusnya. Di tahap ini seorang anak sudah dapat
mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna, baik berupa kalimat
majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih
sempurna.
Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas
manusia yang paling kompleks dan mengagumkan (Semiawan;1989). Meski para ahli
mengungkapkan bahwa bahasa itu kompleks, namun pada umumnya perkembangan pada
individu dengan kecepatan luar biasa
pada awal masa kanak-kanak. Berangkat dari hasil- hasil penelitian para ahli
psikologi perkembangan, perkembangan bahasa adalah kemampuan individu dalam
menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun
waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
Perbandingan antara umur kronologis dengan
kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang
bersangkutan. Pengaruh perkembangan bahasa terhadap keberhasilan belajar salah
satunya adalah dapat berinteraksi dengan orang lain untuk saling bertanya,
saling mengisi pengetahuan melalui dialog atau percakapan antar sesama. Dengan
bahasa individu dapat saling menambah informasi pengetahuan yang belum
diketahui. Perkembangan Sosial Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa
perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi
satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia
dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan
sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan
orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah
dirasakan sejak anak memasuki usia 6 (enam) bulan. Disaat itu mereka telah
mampu mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan dirinya yaitu ibu atau
anggota keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti senyum, marah,
tidak senang, terkejut, dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999)
menambahkan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar
manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang
sederhana dan terbatas yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan
manusia menjadi semakin kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial
juga berkembang amat kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa
semakin bertambah usia anak, maka semakin kompleks perkembangan sosialnya
karena anak semakin membutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pengaruh
lingkungan atau perkembangan sosial terhadap prestasi belajar:
Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi
anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian
untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak
tersebut.
Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi
bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu
juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah,
menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.
Aktivitas dalam masyarakat juga dapat
berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan
pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa
melupakan tugas belajarnya Perkembangan
kepribadian Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin “persona”, atau
topeng yang dipakai orang untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, tetapi
psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan luar. Jess Feist
&Gregory J. Feist (2009: 86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem
fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak
terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu.
Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur
dan perkembangan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gardon Allport (1951)
dalam Inge Hatugalung (2007: 1) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam individu sebagi system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003:
136) kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu
aspek psikis seperti aku, keceerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan,
moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan,indra,
dll. Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara
individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;
4. ASPEK EMOSI
Perkembangan
Emosi Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari
organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya,
dan perubahan perilaku (CP.Chaplin, 1982: 163). Kemampuan untuk bereaksi secara
emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku
emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat.
Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini
tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun
demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan reaksi yang secara
jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang spesifik. Perkembangan
emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan
faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak
yang sedang tumbuh.
Namun sering
kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi
perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak
larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang
sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat
kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Emosi
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini
termasuk pula perilaku belajar. Mengingat hal tersebut, maka guru hendaknya
mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan atau kondusif bagi
terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara
lain :
1. Mengembangkan iklim kelas yang
bebas dari ketegangan.
2. Memperlakukan peserta didik
sebagai individu yang mempunyai harga diri.
3. Memberikan nilai secara objektif.
4. Menghargai
hasil karya peserta didik.
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan
anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta
bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh
interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai
dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan
kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi. Pengaruh emosi terhadap
perilaku dan perubahan fisik individu : a. Memperkuat semangat bila merasa
senang atas suatu keberhasilan. b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa
kekecewaan karena suatu kegagalan. c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi
belajar apabila individu dalam keadaan gugup. d. Terganggu penyesuaian sosial
apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.
5. ASPEK MORAL DAN AGAMA
Perilaku moral dikendalikan oleh
konsep-konsep moral peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi
anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari
seluruh anggota kelompok. Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak
sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak
acuhan akan harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standar sosial
atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Menurut Piaget,
perkembangan moral terjadi dalam dua tahap.
Tahap pertama disebut tahap realisme
moral (moralitas oleh pembatasan). Tahap kedua disebut moralitas otonomi
(moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik) Dalam tahap yang pertama
ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar
konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak
otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung
menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting
menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan
hukuman bukan pada nilai moralnya.
Di tahap kedua perkembangan moral anak telah
terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk
memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai
sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan
masalah.
Berikut ini beberapa proses pembentukan
perilaku moral dan sikap anak:
1.
Imitasi Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau
peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di
sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak perempuan dan orang lain
dirumah, demikian pula anak laki-laki suka meniru perilaku ayah, kakak atau
tetangganya yang sering dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya
meniru perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak senang,sikap orang
tua terhadap agama, politik, hobi, dan lain-lain.
2.
Internalisasi
Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena
pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang
tersebut. 3. Introvert dan Ekstrovert Introvert adalah kecenderungan seseorang
untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau
keputusan-keputusan yang diambil selalu berasal berdasarkan pada perasaan,
pemikiran, dan pengalaman sendiri. Orang- orang yang berkecenderungan introvert
biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul. Ekstrovert adalah kencederungan
seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat,
sikap dan keputusan-keputusan yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang
lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
Kemandirian Kemandirian adalah kemanpuan
seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk
material maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di kaitkan dengan
kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri
tanpa bantuan orang dewasa.
Ketergantuangan Ketergantungan di tandai
dengan perilaku anak yang bersifat kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai dengan
anak lain yang sebayanya.
Dengan kata lain anak tersebut tidak
memiliki kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya berlainan
dengan anak normal. Bakat Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang
dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai
sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang sering kali
melebihi orang lain.
Karakteristik yang menonjol dalam
perkembangan moral adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang
mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir
abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka
pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada
waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar
hidup mereka (Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral dicirikan dengan
mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang
ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu
mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988).
Melalui pengalaman atau berinteraksi
sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat
moralitas peserta didik sudah lebih matang. Mereka sudah lebih mengenal tentang
nilai-nilai moral atau konsep- konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan,
kesopanan, dan kedisiplinan. Perkembangan Kesadaran Beragama Agama mengandung
dua unsur: keyakinan dan tata cara.
Keduanya terpisah dan berbeda.
Akibatnya, minat terhadap satu unsur tidak dengan sendirinya menjamin minat
terhadap unsur lain. Juga tidak berarti bahwa minat terhadap kedua unsur akan
sama. Seorang mungkin terutama berminat mematuhi aturan agama tetapi
menunjukkan sedikit minat terhadap apa yang sering dianggap sebagai “teologi”
atau doktrin atau ajaran agama. Hal sebaliknya mungkin terjadi pada orang lain.
Demikian pula terhadap anak-anak. Beberapa anak terutama berminat terhadap
kepatuhan kepada agama dan yang lain terhadap ajaran agama. Mana yang lebih
menarik perhatian ditentukan sebagian oleh tekanan yang diberikan pada kedua
unsur tersebut pada masa awal pendidikan agama dan sebagian oleh apa yang
berdasarkan pengalaman, mereka anggap lebih memenuhi kebutuhan mreka. Jadi
minat terhadap agama terutama egosentris.
Harrah's Resort Casino - Mapyro
BalasHapusFind Harrah's 태백 출장마사지 Resort Casino, Las Vegas, NV, 이천 출장마사지 United States, ratings, photos, prices, 화성 출장안마 expert advice, traveler reviews and 제주도 출장샵 tips, and more information from 속초 출장마사지