Senin, 19 Maret 2018

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN)



A.    KAREKTERISTIK PERKEMBANGAN

1.   Masa Pranatal
Masa Prenatal adalah period
A.    KAREKTERISTIK PERKEMBANGAN

1.   Masa Pranatal
Masa Prenatal adalah periode perkembangan pertama dalam jangka kehidupan manusia dan secara biologis, hidup dimulai pada waktu ini. Periode ini dimulai pada waktu konsepsi, yaitu pembuahan dari ovum oleh sel sperma, dan berakhir pada waktu kelahiran. Masa di dalam kandungan (prenatal) atau masa konsepsi ini sangat penting artinya,karena merupakan awal kehidupan.
Awal kehidupan dalam kandungan, terjadi dalam apa yang disebut proses reproduksi. Proses reproduksi ini sebenarnya bermula dan berintikan pada pertemuan dan pembuahan sel telur wanita oleh sperma laki-laki,yang dalam islam dikenal dengan nama “nutfah”yakni setetes cairan tertentu. Selanjutnya dari bentuk nutfah berubah menjadi “alaqah” yakni segumpal darah atau sesuatu yang bergantung pada dinding rahim. Setelah melalui proses sebagai alaqah kemudian embrio tersebut memasuki tahap perkembangan berikutnya dalam wujud daging yang bergulung-gulung(mudghoh).Selanjutnya pada masa ini Alloh meniupkan ruh dan menghidupkan janin tersebut di dalamrahim ibu. Pada masa ini hubungan janin sangat erat dengan ibunya.
Diakui bahwa mengetahui segala kejadian pada masa prenatal amat esensial untuk dapat mengerti sepenuhnya tentang pola perkembangan yang normal dan untuk menyadari setiap kejadian yang dapat menggangu pola ini. Perkembangan biologis pada manusia dimulai pada saat konsepsi atau pembuahan, yaitu pada pembuahan telur oleh spermatosoma. Bila spermatosoma laki-laki memasuki dinding telur (ovum) wanita, terjadilah konsepsi.
Ciri-ciri periode pranatal
a.       Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya, duturunkan sekali untuk selamanya.
b.      Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya bahkan sampai menggangu pola perkembangan yang akan datang.
c.       Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan mempengaruhinya, sama halnya dengan sifat bawaan.
d.      Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode pranatal dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu.
e.       Periode prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun psikologis.
f.       Periode prenatal merupakan saat dimana orang-orang yang berkepentingan membentuk sikap-sikap pada diri individu yang baru diciptakan.

periode pertama dan paling penting dari semua periode. Periode ini dimulai pada saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran (270-280 hari atau 9 bulan). Ciri penting periode ini, yaitu:
1.      Pembawaan lahir. Pembawaan lahir yang berfungsi sebagai dasar bagi selanjutnya, ditentukan pada masa ini.
2.      Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pertumbuhan dan perkembangan yang  proporsional lebih cepat terjadi pada waktu ini daripada waktu lainnya sepanjang hidup.
3.      Kondisi dari lingkungan pralahir. Kondisi tubuh ibu yang baik mempertinggi potensi bawaan sedangkan kondisi yang buruk dapat menghambat perkembangan atau mengganggu pola perkembangan selanjutnya.
4.      Sikap orang-orang yang berarti. Sikap orang yang berarti dalam kehidupan anak (khususnya anggota keluarga) mempunyai pengaruh nyata terhadap anak tersebut selama tahun awal pembentukan kehidupan. Kalau sikap bersifat emosional, maka dapat mengganggu keseimbangan ibu (mother’s homeostasis) dan menggangu kondisi tubuh ibu yang sangat penting bagi perkembangan normal individu yang baru terbentuk.
2. Masa Bayi
Masa bayi merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan oranglain, atau masa yang menuntut kesabaran orangtua. Secara psikologis, masa bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi. Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan mungkin berubah secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa diantaranya relatif menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi pada saat kelahiran dan pada mudah atau sulitnya penyesuaian antara bayi dan orangtua.
Pada masa bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini memberikan petunjuk bahwa bayi menginginkan sesuatu. Hal itu dikarenakan pada masa ini, bayi belum bisa berbicara, dan tangisan sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia kehendaki. Namun, jika tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan gastrointestinal, muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan perasaan kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian bayi.
Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Perkembangan yang pesat dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan penguatan otot memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi,  bayi yang berkembang lambat akan mengalami kesulitan  pada saat ia mencapai awal masa kanak-kanak.
Pada perkembangan fisik, beberapa  bayi memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup  umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.
Masa bayi adalah masa pembentukan pola-pola psikologis fundamental untuk makan dan buang air. Meskipun pembentukan kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir masa bayi. Pada pola makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya ketidaksukaan bayi terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai lima bulan. Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan makanan yang agak keras.
Pola buang air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara usia 15 sampai 16 bulan. Dalam hal buang air besar, sesekali bayi mengalami permasalahan ataupun penyimpangan, khusunya ketika bayi lelah, sakit.
Ciri penting masa bayi, yaitu:
1. Dasar yang sesungguhnya
2. Pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat
3. Berkurangnya ketergantungan
4. Meningkatnya individualitas
5. Permulaan sosialisasi
6. Permulaan berkembangnya penggolongan peran seks
Permulaan kreativitas
Masa kanak-kanak dimulai setelah masa melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun samapai saat anak matang secara seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. Setelah anak matang secara seksual, maka ia disebut remaja.
Masa Kanak-Kanak Awal
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan saat dimana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
 Ciri-ciri Awal Masa Kanak-Kanak
Salah satu cirri tertentu masa bayi merupakan ciri khas yang membedakan dengan periode-periode lain dalam rentngan kehidupan, demikian pula halnya dengan ciri tertentu dari periode awal masa kanak-kanak.
1.   Sebutan yang Digunakan Orang Tua
2.   Sebutan yang Digunakan Para Pendidik
3.   Sebutan yang Digunaka Para Ahli Psikilogi
Tugas Dalam Perkembangan Awal Masa Kanak-Kanak
Meskipun dasar dari tugas dalam perkembangan yang diharapkan sudah dikusai anak sebelum mereka masuk sekolah diletakkan selama masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaitu dalam periode awal masa kanak-kanak yang relative singkat.
  Perkembangan Fisik
Pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi.
 Kebiasaan Fisiologis
Dalam watu masa kanak-kanak, kebiasaan fisikologis yang dasarnya sudah diletakkan pada masa bayi menjadi semakin baik.

3. Awal Masa Kanak-kanak
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung padaorang lain. Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi menjadi dua periode, yakni periode awal yang berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya anak yang matang secara seksual.
   Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering terjadi di awal masa kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil. Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan  dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu.
Pada perkembangan fisik,  pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak sebesar seperti pada masa bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan sebagian karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan dan tidak disukai.
 Dalam perkembangan berkomunikasi, biasanya anak-anak mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak terjalin baik.
Di akhir masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung dari usia enam tahun sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai terdorong untuk memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni dengan memperbaiki ucapan yang salah serta memperbaiki tata bahasa. Anak dapat berbicara mengenai apa saja, tetapi pokok pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya menjadi pengalaman sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri, biasanya terjadi dalam bentuk bualan. Anak membual tentang segala hal yang berhubungan dengann diri sendiri seperti kehebatannya dalam keterampilan dan berprestasi. Dan pada masa ini, biasanya anak lebih suka mengkritik dan menertawakan orang. Pada saat menyampaikan kritikan, anak lebih sering mengungkapkan dalam bentuk  makian atau hal lain yang bersifat merendahkan. Karena sebenarnya anak lebih banyak menonjolkan kelebihan dan kurang berani menunjukkan kelemahan dirinya sendiri.
1. Sebagian besar orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai :
a.    Usia yang mengundang  masalah atau usia sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua, umumnya mengenai perawatan fisik bayi.
b.   Usia mainan karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainan.
c.    Sebutan yang digunakan para pendidik
2. Para pendidik  menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah yang merupakan masa persiapan anak baik secara fisik maupun mental untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai bersekolah.
a.    Sebutan yang digunakan para ahli psikologi
3. Berdasarkan ciri-ciri yang menonjol dalam pekembangan awal masa kanak-kanak sebutan yang digunakan adalah :
a.    Usia kelompok, dimana anak belajar dasar-dasar perilaku sosial untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu.
b.   Usia menjelajah karena anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, perasaannya, dan bagaimana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
c.    Usia kreatif. Anak lebih menunjukan kreativitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain.
4.  Akhir Masa Anak-anak
Label yang digunakan para pendidik
1.      Usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu.
2.      Periode kritis dalam dorongan berprestasi. Masa dimana anak membentuk untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.
Label yang digunakan ahli psikologi
a.    Usia berkelompok. Masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya.
b.   Usia penyesuaian diri. Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.


5. Masa Puber atau Pra remaja
a.    Periode tumpang tindih karena kedudukan remaja berada di antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
b.   Periode yang singkat, berlangsung sekitar 2-4 tahun. Anak yang mengalami puber selama dua tahun atau kurang dianggap cepat matang, sedangkan anak yang mengalami puber 3-4 tahun dianggap lambat matang.
c.    Dibagi dalam 3 tahap : tahap prapuber (bukan lagi seorang anak tetapi juga belum remaja), tahap puber (kematangan seksual muncul: haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki), dan tahap pascapuber (ciri-ciri seks sekunder misalnya kumis, jakun, suara yang berat, otot-otot yang kuat pada anak laki-laki ; atau panggul yang besar, payudara, suara yang lembut pada anak perempuan, sudah berkembang dan organ-organ seks berfungsi secara matang).
d.   Pertumbuhan dan perubahan yang pesat. Pertumbuhan dan perubahan yang pesat meliputi perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, sikap terhadap seks dan lawan jenis. Perubahan ini sering menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman, serta menimbulkan perilaku yang kurang baik.
e.    Fase negatif, fase dimana individu mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Pada fase ini perilaku remaja mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku.
6. Masa Remaja
Istilah adolescense atau remaja berasal dari kata latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescense mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan. Tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang atau takut. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
Pada masa ini, remaja lebih banyak bersikap negatif atau sikap menolak. Biasanya terhadap segala sesuatu, remaja bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju. Remaja sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya dan sering melamun tidak menentu dan kadang berputus asa.
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan phikis yang selalu mendatangkan konflik pada diri remaja, sehingga banyak remaja yang gamang melewati masa remajanya. Orangtua, guru dan masyarakat perlu memahami permasalahan remaja sehingga dapat membantu mereka menemukan solusi melewati masa remaja dengan sukses.
       Permasalahan yang sering dialami pada perkembangan remaja biasanya mencakup budi pekerti remaja, dimana remaja terlibat dalam perbuatan/akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:
a.       Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian besar remaja mengalami kemunduran kepercayaan terhadap Allah, hal ini ditandai dengan semakin beraninya remaja melanggar larangan Allah secara terang-terangan seperti tidak shalat, tidak puasa dan lain-lain. Rendahnya keimanan remaja menjadi penyebab permasalahan akhlak remaja lainnya seperti seks bebas, merokok, penyalahgunaan narkotika, pencurian dan lain-lain.
b.      Menurunnya Pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian remaja mengalami penurunan pengalaman agama dibandingkan pada masa anak-anak. Mereka mungkin sudah terbias atau pernah shalat pada masa anak-anak kemudian tidak melaksanakan shalat pada masa remaja. Sebagian remaja bahkan marah ketika diingatkan untuk melaksanakan ibadah dengan alasan malas, bosan dan sebagainya.
c.       Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasioanl (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narloba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, dimana 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun.
d.      Seks Bebas
Adikusuma dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap Seks Bebas di Kota Negara Bali menemukan 88,33% responden mengatakan  ingin melakukann seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66% menyatakan cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah hubungan seks. Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN melaporkan bahwa 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21% diantaranya melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa pergaulan remaja di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
e.       Merokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan  yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, walaupun merokok dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok dan orang-orang yang ada disekitarnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang meroko adalah untuk mendapatkkan pengakuan (anticioatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma permissivek beliefs/fasilitative).
f.       Bolos Sekolah
Para remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor kesayangannya, untuk jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura lainnya.
Akibat yang ditimbulkan dari berbagai permasalahan dalam perkembangan sikap remaja ialah:[1]
1. Terkena HIV.AIDS
2. Mencuri, menodong, mencopet dan sejenisnya
3. Bunuh diri
4. Berkelahi dengan teman atau antar sekolah
5. Kebut-kebutan
6. Mengguurkan kandungan
7. Berbohong

a.    Periode yang penting. Ada beberapa periode yang dianggap lebih penting daripada beberapa periode lainnya karena berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang di anggap penting karena berakibat jangka panjang.
b.   Periode peralihan. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
c.      Periode perubahan. Perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.
d.    Usia bermasalah. Masalah remaja sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan yang disebabkan oleh : pertama, selama kanak-kanak  masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orangtua atau guru sehingga menjadi remaja yang tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang lain.
e.     Mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting, kemudian lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal.
f.     Usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g.    Masa yang tidak realistik. Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
h.   Ambang masa dewasa. Remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, seperti merokok,minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang ,dan sebagainya.
7.     Masa Dewasa Awal
Masa dewasa ini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu diharapkan dapat memainkan peran baru, mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru.
Ciri-ciri pada masa dewasa dini adalah :
a.       Masa pengaturan. Jika anak laki-laki dan anak perempuan mencapai usia dewasa berarti sudah saatnya untuk menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b.      Usia reproduktif. Menjadi orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Bagi orang yang telah mempunyai anak pada awal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun akhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan masa reproduksi. Sebaliknya orang yang baru mempunyai anak pada usia tiga puluhan, maka baginya hanya dasawarsa terakhir dari usia dini yang merupakan usia reproduksi.
c.       Masa bermasalah. Masalah pada masa dewasa dini yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuaian diri dalam kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan
d.      Ketegangan emosional. Ketegangan emosi umumnya nampak dalam bentuk keresahan, yaitu kekhawatiran mereka dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah.
e.       Keterasingan sosial. Masuknya seseorang dalam pola kehidupan orang dewasa, membuat hubungan dengan teman-teman kelompok masa remaja renggang serta berkurangnya keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah. Hal tersebut menyebabkan seseorang mengalami keterpencilan sosial atau Erikson menyebutnya sebagai “krisis keterasingan”
f.       Masa komitmen. Pada masa ini seseorang menjadi dewasa mandiri yang dapat menentukan pola hidu baru, memikul tanggungjawab baru,dan membuat komitmen baru yang nantinya menjadi landasan di kemudian hari.
g.      Masa ketergantungan. Meskipun telah mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, namun banyak orang muda yang masih bergantung pada orang tua, lembaga pendidikan , atau pemerintah yang membiayai pendidikan (beasiswa).
h.      Perubahan nilai. Perubahan itu di sebabkan oleh:
i.        Jika orang muda dewasa ingin diterima sebagai anggota kelompok orang dewasa mereka harus menerima nilai-nilai kelompok teman sebaya
j.        Kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku juga dalam penampilan.
k.      Penyesuaian diri dengan cara hidup baru. Pada masa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan dan peran orang tua.
l.        Masa kreatif. Hal ini disebabkan karena sebagai orang yang telah dewasa ia tidak terikat lagi oleh peraturan dari orang tua maupun guru, sehingga mereka bebas berbuat apa saja yang mereka inginkan. Bentuk kreativitas tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan, dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya.




9. Masa Dewasa Paruh baya
a.       Periode yang sangat ditakuti
b.      Penyebabnya adalah banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia dewasa madya.
c.       Masa  transisi
d.      Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru.
e.       Masa stres
f.       penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang brubah khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik dan psikologis seseorang menimbulkan stres.
a.       Usia yang berbahaya
g.      Sebutan usia yang berbahaya ini brasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kemudaan yang berakhir  sebelum memesuki usia lanjut.
a.       Usia canggung
h.      pria dan wanita  berusia madya bukan muda lagi tetepi bukan juga tua. Mereka merasa bahwa keberadaan mereka tidak dianggap, oleh karena itu orang yang berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain.
a.       Masa berprestasi
i.        apabila orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat untuk berhasil, maka akan mencapai puncaknya pada usia ini.
a.       Masa evaluasi
j.        masa mengevaluasi prestasi pada usia madya  berdasasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain khususnya anggota keluarga dan teman.
a.       Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
k.      Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan, 1) aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani. 2) standar ganda terlihat dari cara pria dan wanita menyatakan sikap terhadap usia tua.
a.       Masa sepi
l.        Masa ketika anak-anak tidak lama tinggal bersama orang tuanya.
a.       Masa jenuh
m.    Hampir semua pria dan wanita mengalami kejenuhan pada masa akhir 30-an dan 40-an.



10.  Masa Lanjut Usia
a. Periode kemunduran
           Kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap atau dikenal sebagai “senescence” yaitu masa proses menjadi tua. Istilah keuzuran (senility) digunakan untuk periode masa lanjut usia apabila kemunduran fisik sudah terjadi dan terjadi disorganisasi mental.
b. Perbedaan individual  pada efek menua
           Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan , sosioekonomi dan latar belakang pendidikan , serta pola hidup yang berbeda.
c. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
           Orang yang cenderung menilai tua dengan dua kriteria yaitu dalam penampilan dan kegiatan fisik yaitu apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya.
d.Stereotip orang lanjut usia
           Stereotipe dan kepercayaan tradisional mengenai orang lanjut usia timbul dari empat sumber utama yaitu  1) cerita rakyat dan dongeng cenderung melukiskan usia lanjut sebagai usia yang tidak menyenangkan. 2) Orang usia lanjut sering diberi tanda dan diartikan tidak menyenangkan oleh media masa. 3) Berbagai humor dan canda menyangkut aspek negatif orang yang berusia lanjut sebagian besar lebih menekankan sikap ketololan sebagai orang tua daripada kebijakan. 4) keadaan fisik usia lanjut yang tidak berstamina.
e. Sikap sosial terhadap usia lanjut
           Sikap sosial terhadap usia lanjut yang cenderung menjadi tidak menyenangkan. Oleh karena itu mereka mengangap bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi kelompok sosial dan lebih banyak tidak bermanfaaat daripada sikap yang menyenangkan.
f. Orang usia lanjut mempunyai status kelompok-minoritas.
           Status kelompok minoritas ini terutama terjadi sebagai akibat sikap sosialyang tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut.
g. Menua membutuhkan perubahan peran.
           Orang usia lanjut diharapkan mengurangi peran aktifnya dalam urusan masyarakat dan sosial , juga dalam dunia usaha dan profesionalisme. Dan perubahan peran ini juga hendaknya bukan karena tekanan sosial.
h. Penyesuaian yang buruk.
           Orang usia lanjut cenderung lebih buruk penyesuaian diri dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini disebabkan semakin hilangnya status karena kegiatan sosial didominasi oleh orang-orang yang lebih muda.
i.Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat.
Status kelompok minoritas yang dikenakan pada orang lanjut usia membangkitkan keinginan untuk tetap muda selama mungkin.



B.     ASPEK PERKEMBANGAN INDIVIDU

1.      ASPEK FISIK

Perkembangan Fisik Secara umum, fisik berarti bentuk (postur) atau perawakan. Jadi Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak dalam kandungan hingga ia dewasa atau mencapai tingkat kematangan pertumbuhannya. Proses perubahannnya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi tebal/lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh.
Pertumbuhan sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan (fertilisasi) antara sel telur dengan sel sperma yang kemudian berkembang menjadi embrio. Pertumbuhan fisik sebelum lahir akan dilanjutkan dengan pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang akan menyempurnakan struktur dan fungsi dari dimensi fisik peserta didik. Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain- lain.
 Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Contoh perkembangan fisik yang terjadi pada bayi adalah seperti merangkak, berdiri, berjalan hingga berlari. Orang tua harus mengetahui perkembangan anak-anaknya agar selalu tetap terjaga asupan nutrisinya serta lingkungan keluarga yang mendukung yang membantunya untuk tumbuh dan berkembang.
 Hal itu juga akan membantu perkembangan agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan usia anak. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Sesuai dengan perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima pembelajaran ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik anak itu secara fungsional.

2.   ASPEK KOGNITIF

   Perkembangan Intelektual/Kognitif/Intelegensi Istilah intelek berasal dari perkataan ”itelect” (bahasa inggris) yang berarti : (1).Proses kognitif berfikir, daya menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan; (2).Kemampuan mental atau intelegensi. (CP.Chaplin,1981: 252)
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kognisi peserta didik antara lain:
1.      Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
2.       Intelegensi mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.
3.       Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
4.       Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.
5.       Jenis kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin
6.      Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Perkembangan intelektual / kognitif / intelegensi adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
            kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Dalam Dictionary Of Psychology karya Drever, dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran”.. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif.
 Menurut penelitiannya tahap-tahap perkembangan individu/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget mengemukakan empat tahapan kognitif anak yaitu tahap sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.

3.      ASPEK BAHASA

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu :  Proses jadi matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ- organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata. 2. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.
 Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu kata, masa memberi nama, masa kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk. 1. Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan Dalam masa pertama ini seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak begitu sama persis dengan bunyi aslinya.
 Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata. Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti “ibu” dan lainnya. Masa memberi satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun Dalam masa kedua ini adalah masa dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu? siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai meningkat. Dulu yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga kata hingga lebih sempurna. Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d dua setengah tahun. Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta menggunakan awalan dan akhiran pada kata.
Namun tak jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan caranya sendiri.  Masa kalimat majemuk : dua tahun enam bulan dan seterusnya. Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna, baik berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih sempurna.
 Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan (Semiawan;1989). Meski para ahli mengungkapkan bahwa bahasa itu kompleks, namun pada umumnya perkembangan pada individu  dengan kecepatan luar biasa pada awal masa kanak-kanak. Berangkat dari hasil- hasil penelitian para ahli psikologi perkembangan, perkembangan bahasa adalah kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
 Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan. Pengaruh perkembangan bahasa terhadap keberhasilan belajar salah satunya adalah dapat berinteraksi dengan orang lain untuk saling bertanya, saling mengisi pengetahuan melalui dialog atau percakapan antar sesama. Dengan bahasa individu dapat saling menambah informasi pengetahuan yang belum diketahui. Perkembangan Sosial Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak anak memasuki usia 6 (enam) bulan. Disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan dirinya yaitu ibu atau anggota keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti senyum, marah, tidak senang, terkejut, dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menambahkan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
 Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak, maka semakin kompleks perkembangan sosialnya karena anak semakin membutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pengaruh lingkungan atau perkembangan sosial terhadap prestasi belajar:
 Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.
 Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.
 Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya  Perkembangan kepribadian Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin “persona”, atau topeng yang dipakai orang untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, tetapi psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan luar. Jess Feist &Gregory J. Feist (2009: 86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur dan perkembangan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gardon Allport (1951) dalam Inge Hatugalung (2007: 1) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagi system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003: 136) kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, keceerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan,indra, dll. Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;

4.   ASPEK EMOSI

Perkembangan Emosi Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku (CP.Chaplin, 1982: 163). Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat.
 Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang spesifik. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh.
Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Mengingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan.
2. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri.
3. Memberikan nilai secara objektif.
4. Menghargai hasil karya peserta didik.
 Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi. Pengaruh emosi terhadap perilaku dan perubahan fisik individu : a. Memperkuat semangat bila merasa senang atas suatu keberhasilan. b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa kekecewaan karena suatu kegagalan. c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar apabila individu dalam keadaan gugup. d. Terganggu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

5.      ASPEK MORAL DAN AGAMA

Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak acuhan akan harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Menurut Piaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap.
Tahap pertama disebut tahap realisme moral (moralitas oleh pembatasan). Tahap kedua disebut moralitas otonomi (moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik) Dalam tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai moralnya.
 Di tahap kedua perkembangan moral anak telah terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan masalah.
 Berikut ini beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak:
1.      Imitasi Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak perempuan dan orang lain dirumah, demikian pula anak laki-laki suka meniru perilaku ayah, kakak atau tetangganya yang sering dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya meniru perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak senang,sikap orang tua terhadap agama, politik, hobi, dan lain-lain.
2.       Internalisasi Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut. 3. Introvert dan Ekstrovert Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu berasal berdasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalaman sendiri. Orang- orang yang berkecenderungan introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul. Ekstrovert adalah kencederungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan-keputusan yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
 Kemandirian Kemandirian adalah kemanpuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di kaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
 Ketergantuangan Ketergantungan di tandai dengan perilaku anak yang bersifat kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang sebayanya.
Dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya berlainan dengan anak normal. Bakat Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang sering kali melebihi orang lain.
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988).
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas peserta didik sudah lebih matang. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep- konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.  Perkembangan Kesadaran Beragama Agama mengandung dua unsur: keyakinan dan tata cara.
Keduanya terpisah dan berbeda. Akibatnya, minat terhadap satu unsur tidak dengan sendirinya menjamin minat terhadap unsur lain. Juga tidak berarti bahwa minat terhadap kedua unsur akan sama. Seorang mungkin terutama berminat mematuhi aturan agama tetapi menunjukkan sedikit minat terhadap apa yang sering dianggap sebagai “teologi” atau doktrin atau ajaran agama. Hal sebaliknya mungkin terjadi pada orang lain. Demikian pula terhadap anak-anak. Beberapa anak terutama berminat terhadap kepatuhan kepada agama dan yang lain terhadap ajaran agama. Mana yang lebih menarik perhatian ditentukan sebagian oleh tekanan yang diberikan pada kedua unsur tersebut pada masa awal pendidikan agama dan sebagian oleh apa yang berdasarkan pengalaman, mereka anggap lebih memenuhi kebutuhan mreka. Jadi minat terhadap agama terutama egosentris.

Saat anak bertambah usia dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan anggota kelompok teman sebaya, teman-teman ini akan mempengaruhi minatnya. Contohnya, seorang anak yang mempunyai teman-teman yang berbincang- bincang mengenai agama,dan mematuhi aturan agama akan mempunyai minat yang lebih besar pada agama dari seorang anak yang temannya tidak, atau hampir tidak, menunjukkan minat pada agama dan mempunyai sikap negatif terhadap semua aturan agama. Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

3.      Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.

4.      Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.

5.      Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Adams dan Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya, agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini, serta agama memberikan perlindungan rasa aman. Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang

 




e perkembangan pertama dalam jangka kehidupan manusia dan secara biologis, hidup dimulai pada waktu ini. Periode ini dimulai pada waktu konsepsi, yaitu pembuahan dari ovum oleh sel sperma, dan berakhir pada waktu kelahiran. Masa di dalam kandungan (prenatal) atau masa konsepsi ini sangat penting artinya,karena merupakan awal kehidupan.
Awal kehidupan dalam kandungan, terjadi dalam apa yang disebut proses reproduksi. Proses reproduksi ini sebenarnya bermula dan berintikan pada pertemuan dan pembuahan sel telur wanita oleh sperma laki-laki,yang dalam islam dikenal dengan nama “nutfah”yakni setetes cairan tertentu. Selanjutnya dari bentuk nutfah berubah menjadi “alaqah” yakni segumpal darah atau sesuatu yang bergantung pada dinding rahim. Setelah melalui proses sebagai alaqah kemudian embrio tersebut memasuki tahap perkembangan berikutnya dalam wujud daging yang bergulung-gulung(mudghoh).Selanjutnya pada masa ini Alloh meniupkan ruh dan menghidupkan janin tersebut di dalamrahim ibu. Pada masa ini hubungan janin sangat erat dengan ibunya.
Diakui bahwa mengetahui segala kejadian pada masa prenatal amat esensial untuk dapat mengerti sepenuhnya tentang pola perkembangan yang normal dan untuk menyadari setiap kejadian yang dapat menggangu pola ini. Perkembangan biologis pada manusia dimulai pada saat konsepsi atau pembuahan, yaitu pada pembuahan telur oleh spermatosoma. Bila spermatosoma laki-laki memasuki dinding telur (ovum) wanita, terjadilah konsepsi.
Ciri-ciri periode pranatal
a.       Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya, duturunkan sekali untuk selamanya.
b.      Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya bahkan sampai menggangu pola perkembangan yang akan datang.
c.       Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan mempengaruhinya, sama halnya dengan sifat bawaan.
d.      Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode pranatal dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu.
e.       Periode prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun psikologis.
f.       Periode prenatal merupakan saat dimana orang-orang yang berkepentingan membentuk sikap-sikap pada diri individu yang baru diciptakan.

periode pertama dan paling penting dari semua periode. Periode ini dimulai pada saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran (270-280 hari atau 9 bulan). Ciri penting periode ini, yaitu:
1.      Pembawaan lahir. Pembawaan lahir yang berfungsi sebagai dasar bagi selanjutnya, ditentukan pada masa ini.
2.      Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pertumbuhan dan perkembangan yang  proporsional lebih cepat terjadi pada waktu ini daripada waktu lainnya sepanjang hidup.
3.      Kondisi dari lingkungan pralahir. Kondisi tubuh ibu yang baik mempertinggi potensi bawaan sedangkan kondisi yang buruk dapat menghambat perkembangan atau mengganggu pola perkembangan selanjutnya.
4.      Sikap orang-orang yang berarti. Sikap orang yang berarti dalam kehidupan anak (khususnya anggota keluarga) mempunyai pengaruh nyata terhadap anak tersebut selama tahun awal pembentukan kehidupan. Kalau sikap bersifat emosional, maka dapat mengganggu keseimbangan ibu (mother’s homeostasis) dan menggangu kondisi tubuh ibu yang sangat penting bagi perkembangan normal individu yang baru terbentuk.
2. Masa Bayi
Masa bayi merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan oranglain, atau masa yang menuntut kesabaran orangtua. Secara psikologis, masa bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi. Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan mungkin berubah secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa diantaranya relatif menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi pada saat kelahiran dan pada mudah atau sulitnya penyesuaian antara bayi dan orangtua.
Pada masa bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini memberikan petunjuk bahwa bayi menginginkan sesuatu. Hal itu dikarenakan pada masa ini, bayi belum bisa berbicara, dan tangisan sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia kehendaki. Namun, jika tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan gastrointestinal, muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan perasaan kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian bayi.
Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Perkembangan yang pesat dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan penguatan otot memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi,  bayi yang berkembang lambat akan mengalami kesulitan  pada saat ia mencapai awal masa kanak-kanak.
Pada perkembangan fisik, beberapa  bayi memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup  umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.
Masa bayi adalah masa pembentukan pola-pola psikologis fundamental untuk makan dan buang air. Meskipun pembentukan kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir masa bayi. Pada pola makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya ketidaksukaan bayi terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai lima bulan. Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan makanan yang agak keras.
Pola buang air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara usia 15 sampai 16 bulan. Dalam hal buang air besar, sesekali bayi mengalami permasalahan ataupun penyimpangan, khusunya ketika bayi lelah, sakit.
Ciri penting masa bayi, yaitu:
1. Dasar yang sesungguhnya
2. Pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat
3. Berkurangnya ketergantungan
4. Meningkatnya individualitas
5. Permulaan sosialisasi
6. Permulaan berkembangnya penggolongan peran seks
Permulaan kreativitas
Masa kanak-kanak dimulai setelah masa melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun samapai saat anak matang secara seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. Setelah anak matang secara seksual, maka ia disebut remaja.
Masa Kanak-Kanak Awal
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan saat dimana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
 Ciri-ciri Awal Masa Kanak-Kanak
Salah satu cirri tertentu masa bayi merupakan ciri khas yang membedakan dengan periode-periode lain dalam rentngan kehidupan, demikian pula halnya dengan ciri tertentu dari periode awal masa kanak-kanak.
1.   Sebutan yang Digunakan Orang Tua
2.   Sebutan yang Digunakan Para Pendidik
3.   Sebutan yang Digunaka Para Ahli Psikilogi
Tugas Dalam Perkembangan Awal Masa Kanak-Kanak
Meskipun dasar dari tugas dalam perkembangan yang diharapkan sudah dikusai anak sebelum mereka masuk sekolah diletakkan selama masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaitu dalam periode awal masa kanak-kanak yang relative singkat.
  Perkembangan Fisik
Pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi.
 Kebiasaan Fisiologis
Dalam watu masa kanak-kanak, kebiasaan fisikologis yang dasarnya sudah diletakkan pada masa bayi menjadi semakin baik.

3. Awal Masa Kanak-kanak
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung padaorang lain. Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi menjadi dua periode, yakni periode awal yang berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya anak yang matang secara seksual.
   Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering terjadi di awal masa kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil. Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan  dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu.
Pada perkembangan fisik,  pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak sebesar seperti pada masa bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan sebagian karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan dan tidak disukai.
 Dalam perkembangan berkomunikasi, biasanya anak-anak mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak terjalin baik.
Di akhir masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung dari usia enam tahun sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai terdorong untuk memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni dengan memperbaiki ucapan yang salah serta memperbaiki tata bahasa. Anak dapat berbicara mengenai apa saja, tetapi pokok pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya menjadi pengalaman sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri, biasanya terjadi dalam bentuk bualan. Anak membual tentang segala hal yang berhubungan dengann diri sendiri seperti kehebatannya dalam keterampilan dan berprestasi. Dan pada masa ini, biasanya anak lebih suka mengkritik dan menertawakan orang. Pada saat menyampaikan kritikan, anak lebih sering mengungkapkan dalam bentuk  makian atau hal lain yang bersifat merendahkan. Karena sebenarnya anak lebih banyak menonjolkan kelebihan dan kurang berani menunjukkan kelemahan dirinya sendiri.
1. Sebagian besar orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai :
a.    Usia yang mengundang  masalah atau usia sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua, umumnya mengenai perawatan fisik bayi.
b.   Usia mainan karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainan.
c.    Sebutan yang digunakan para pendidik
2. Para pendidik  menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah yang merupakan masa persiapan anak baik secara fisik maupun mental untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai bersekolah.
a.    Sebutan yang digunakan para ahli psikologi
3. Berdasarkan ciri-ciri yang menonjol dalam pekembangan awal masa kanak-kanak sebutan yang digunakan adalah :
a.    Usia kelompok, dimana anak belajar dasar-dasar perilaku sosial untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu.
b.   Usia menjelajah karena anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, perasaannya, dan bagaimana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
c.    Usia kreatif. Anak lebih menunjukan kreativitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain.
4.  Akhir Masa Anak-anak
Label yang digunakan para pendidik
1.      Usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu.
2.      Periode kritis dalam dorongan berprestasi. Masa dimana anak membentuk untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.
Label yang digunakan ahli psikologi
a.    Usia berkelompok. Masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya.
b.   Usia penyesuaian diri. Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.


5. Masa Puber atau Pra remaja
a.    Periode tumpang tindih karena kedudukan remaja berada di antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
b.   Periode yang singkat, berlangsung sekitar 2-4 tahun. Anak yang mengalami puber selama dua tahun atau kurang dianggap cepat matang, sedangkan anak yang mengalami puber 3-4 tahun dianggap lambat matang.
c.    Dibagi dalam 3 tahap : tahap prapuber (bukan lagi seorang anak tetapi juga belum remaja), tahap puber (kematangan seksual muncul: haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki), dan tahap pascapuber (ciri-ciri seks sekunder misalnya kumis, jakun, suara yang berat, otot-otot yang kuat pada anak laki-laki ; atau panggul yang besar, payudara, suara yang lembut pada anak perempuan, sudah berkembang dan organ-organ seks berfungsi secara matang).
d.   Pertumbuhan dan perubahan yang pesat. Pertumbuhan dan perubahan yang pesat meliputi perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, sikap terhadap seks dan lawan jenis. Perubahan ini sering menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman, serta menimbulkan perilaku yang kurang baik.
e.    Fase negatif, fase dimana individu mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Pada fase ini perilaku remaja mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku.
6. Masa Remaja
Istilah adolescense atau remaja berasal dari kata latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescense mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan. Tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang atau takut. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
Pada masa ini, remaja lebih banyak bersikap negatif atau sikap menolak. Biasanya terhadap segala sesuatu, remaja bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju. Remaja sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya dan sering melamun tidak menentu dan kadang berputus asa.
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan phikis yang selalu mendatangkan konflik pada diri remaja, sehingga banyak remaja yang gamang melewati masa remajanya. Orangtua, guru dan masyarakat perlu memahami permasalahan remaja sehingga dapat membantu mereka menemukan solusi melewati masa remaja dengan sukses.
       Permasalahan yang sering dialami pada perkembangan remaja biasanya mencakup budi pekerti remaja, dimana remaja terlibat dalam perbuatan/akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:
a.       Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian besar remaja mengalami kemunduran kepercayaan terhadap Allah, hal ini ditandai dengan semakin beraninya remaja melanggar larangan Allah secara terang-terangan seperti tidak shalat, tidak puasa dan lain-lain. Rendahnya keimanan remaja menjadi penyebab permasalahan akhlak remaja lainnya seperti seks bebas, merokok, penyalahgunaan narkotika, pencurian dan lain-lain.
b.      Menurunnya Pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian remaja mengalami penurunan pengalaman agama dibandingkan pada masa anak-anak. Mereka mungkin sudah terbias atau pernah shalat pada masa anak-anak kemudian tidak melaksanakan shalat pada masa remaja. Sebagian remaja bahkan marah ketika diingatkan untuk melaksanakan ibadah dengan alasan malas, bosan dan sebagainya.
c.       Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasioanl (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narloba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, dimana 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun.
d.      Seks Bebas
Adikusuma dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap Seks Bebas di Kota Negara Bali menemukan 88,33% responden mengatakan  ingin melakukann seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66% menyatakan cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah hubungan seks. Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN melaporkan bahwa 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21% diantaranya melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa pergaulan remaja di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
e.       Merokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan  yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, walaupun merokok dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok dan orang-orang yang ada disekitarnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang meroko adalah untuk mendapatkkan pengakuan (anticioatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma permissivek beliefs/fasilitative).
f.       Bolos Sekolah
Para remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor kesayangannya, untuk jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura lainnya.
Akibat yang ditimbulkan dari berbagai permasalahan dalam perkembangan sikap remaja ialah:[1]
1. Terkena HIV.AIDS
2. Mencuri, menodong, mencopet dan sejenisnya
3. Bunuh diri
4. Berkelahi dengan teman atau antar sekolah
5. Kebut-kebutan
6. Mengguurkan kandungan
7. Berbohong

a.    Periode yang penting. Ada beberapa periode yang dianggap lebih penting daripada beberapa periode lainnya karena berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang di anggap penting karena berakibat jangka panjang.
b.   Periode peralihan. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
c.      Periode perubahan. Perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.
d.    Usia bermasalah. Masalah remaja sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan yang disebabkan oleh : pertama, selama kanak-kanak  masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orangtua atau guru sehingga menjadi remaja yang tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang lain.
e.     Mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting, kemudian lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal.
f.     Usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g.    Masa yang tidak realistik. Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
h.   Ambang masa dewasa. Remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, seperti merokok,minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang ,dan sebagainya.
7.     Masa Dewasa Awal
Masa dewasa ini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu diharapkan dapat memainkan peran baru, mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru.
Ciri-ciri pada masa dewasa dini adalah :
a.       Masa pengaturan. Jika anak laki-laki dan anak perempuan mencapai usia dewasa berarti sudah saatnya untuk menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b.      Usia reproduktif. Menjadi orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Bagi orang yang telah mempunyai anak pada awal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun akhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan masa reproduksi. Sebaliknya orang yang baru mempunyai anak pada usia tiga puluhan, maka baginya hanya dasawarsa terakhir dari usia dini yang merupakan usia reproduksi.
c.       Masa bermasalah. Masalah pada masa dewasa dini yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuaian diri dalam kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan
d.      Ketegangan emosional. Ketegangan emosi umumnya nampak dalam bentuk keresahan, yaitu kekhawatiran mereka dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah.
e.       Keterasingan sosial. Masuknya seseorang dalam pola kehidupan orang dewasa, membuat hubungan dengan teman-teman kelompok masa remaja renggang serta berkurangnya keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah. Hal tersebut menyebabkan seseorang mengalami keterpencilan sosial atau Erikson menyebutnya sebagai “krisis keterasingan”
f.       Masa komitmen. Pada masa ini seseorang menjadi dewasa mandiri yang dapat menentukan pola hidu baru, memikul tanggungjawab baru,dan membuat komitmen baru yang nantinya menjadi landasan di kemudian hari.
g.      Masa ketergantungan. Meskipun telah mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, namun banyak orang muda yang masih bergantung pada orang tua, lembaga pendidikan , atau pemerintah yang membiayai pendidikan (beasiswa).
h.      Perubahan nilai. Perubahan itu di sebabkan oleh:
i.        Jika orang muda dewasa ingin diterima sebagai anggota kelompok orang dewasa mereka harus menerima nilai-nilai kelompok teman sebaya
j.        Kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku juga dalam penampilan.
k.      Penyesuaian diri dengan cara hidup baru. Pada masa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan dan peran orang tua.
l.        Masa kreatif. Hal ini disebabkan karena sebagai orang yang telah dewasa ia tidak terikat lagi oleh peraturan dari orang tua maupun guru, sehingga mereka bebas berbuat apa saja yang mereka inginkan. Bentuk kreativitas tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan, dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya.




9. Masa Dewasa Paruh baya
a.       Periode yang sangat ditakuti
b.      Penyebabnya adalah banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia dewasa madya.
c.       Masa  transisi
d.      Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru.
e.       Masa stres
f.       penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang brubah khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik dan psikologis seseorang menimbulkan stres.
a.       Usia yang berbahaya
g.      Sebutan usia yang berbahaya ini brasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kemudaan yang berakhir  sebelum memesuki usia lanjut.
a.       Usia canggung
h.      pria dan wanita  berusia madya bukan muda lagi tetepi bukan juga tua. Mereka merasa bahwa keberadaan mereka tidak dianggap, oleh karena itu orang yang berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain.
a.       Masa berprestasi
i.        apabila orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat untuk berhasil, maka akan mencapai puncaknya pada usia ini.
a.       Masa evaluasi
j.        masa mengevaluasi prestasi pada usia madya  berdasasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain khususnya anggota keluarga dan teman.
a.       Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
k.      Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan, 1) aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani. 2) standar ganda terlihat dari cara pria dan wanita menyatakan sikap terhadap usia tua.
a.       Masa sepi
l.        Masa ketika anak-anak tidak lama tinggal bersama orang tuanya.
a.       Masa jenuh
m.    Hampir semua pria dan wanita mengalami kejenuhan pada masa akhir 30-an dan 40-an.



10.  Masa Lanjut Usia
a. Periode kemunduran
           Kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap atau dikenal sebagai “senescence” yaitu masa proses menjadi tua. Istilah keuzuran (senility) digunakan untuk periode masa lanjut usia apabila kemunduran fisik sudah terjadi dan terjadi disorganisasi mental.
b. Perbedaan individual  pada efek menua
           Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan , sosioekonomi dan latar belakang pendidikan , serta pola hidup yang berbeda.
c. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
           Orang yang cenderung menilai tua dengan dua kriteria yaitu dalam penampilan dan kegiatan fisik yaitu apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya.
d.Stereotip orang lanjut usia
           Stereotipe dan kepercayaan tradisional mengenai orang lanjut usia timbul dari empat sumber utama yaitu  1) cerita rakyat dan dongeng cenderung melukiskan usia lanjut sebagai usia yang tidak menyenangkan. 2) Orang usia lanjut sering diberi tanda dan diartikan tidak menyenangkan oleh media masa. 3) Berbagai humor dan canda menyangkut aspek negatif orang yang berusia lanjut sebagian besar lebih menekankan sikap ketololan sebagai orang tua daripada kebijakan. 4) keadaan fisik usia lanjut yang tidak berstamina.
e. Sikap sosial terhadap usia lanjut
           Sikap sosial terhadap usia lanjut yang cenderung menjadi tidak menyenangkan. Oleh karena itu mereka mengangap bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi kelompok sosial dan lebih banyak tidak bermanfaaat daripada sikap yang menyenangkan.
f. Orang usia lanjut mempunyai status kelompok-minoritas.
           Status kelompok minoritas ini terutama terjadi sebagai akibat sikap sosialyang tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut.
g. Menua membutuhkan perubahan peran.
           Orang usia lanjut diharapkan mengurangi peran aktifnya dalam urusan masyarakat dan sosial , juga dalam dunia usaha dan profesionalisme. Dan perubahan peran ini juga hendaknya bukan karena tekanan sosial.
h. Penyesuaian yang buruk.
           Orang usia lanjut cenderung lebih buruk penyesuaian diri dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini disebabkan semakin hilangnya status karena kegiatan sosial didominasi oleh orang-orang yang lebih muda.
i.Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat.
Status kelompok minoritas yang dikenakan pada orang lanjut usia membangkitkan keinginan untuk tetap muda selama mungkin.



B.     ASPEK PERKEMBANGAN INDIVIDU

1.      ASPEK FISIK

Perkembangan Fisik Secara umum, fisik berarti bentuk (postur) atau perawakan. Jadi Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak dalam kandungan hingga ia dewasa atau mencapai tingkat kematangan pertumbuhannya. Proses perubahannnya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi tebal/lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh.
Pertumbuhan sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan (fertilisasi) antara sel telur dengan sel sperma yang kemudian berkembang menjadi embrio. Pertumbuhan fisik sebelum lahir akan dilanjutkan dengan pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang akan menyempurnakan struktur dan fungsi dari dimensi fisik peserta didik. Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain- lain.
 Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Contoh perkembangan fisik yang terjadi pada bayi adalah seperti merangkak, berdiri, berjalan hingga berlari. Orang tua harus mengetahui perkembangan anak-anaknya agar selalu tetap terjaga asupan nutrisinya serta lingkungan keluarga yang mendukung yang membantunya untuk tumbuh dan berkembang.
 Hal itu juga akan membantu perkembangan agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan usia anak. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Sesuai dengan perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima pembelajaran ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik anak itu secara fungsional.

2.   ASPEK KOGNITIF

   Perkembangan Intelektual/Kognitif/Intelegensi Istilah intelek berasal dari perkataan ”itelect” (bahasa inggris) yang berarti : (1).Proses kognitif berfikir, daya menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan; (2).Kemampuan mental atau intelegensi. (CP.Chaplin,1981: 252)
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kognisi peserta didik antara lain:
1.      Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
2.       Intelegensi mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.
3.       Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
4.       Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.
5.       Jenis kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin
6.      Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Perkembangan intelektual / kognitif / intelegensi adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
            kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Dalam Dictionary Of Psychology karya Drever, dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran”.. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif.
 Menurut penelitiannya tahap-tahap perkembangan individu/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget mengemukakan empat tahapan kognitif anak yaitu tahap sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.

3.      ASPEK BAHASA

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu :  Proses jadi matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ- organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata. 2. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.
 Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu kata, masa memberi nama, masa kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk. 1. Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan Dalam masa pertama ini seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak begitu sama persis dengan bunyi aslinya.
 Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata. Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti “ibu” dan lainnya. Masa memberi satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun Dalam masa kedua ini adalah masa dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu? siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai meningkat. Dulu yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga kata hingga lebih sempurna. Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d dua setengah tahun. Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta menggunakan awalan dan akhiran pada kata.
Namun tak jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan caranya sendiri.  Masa kalimat majemuk : dua tahun enam bulan dan seterusnya. Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna, baik berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih sempurna.
 Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan (Semiawan;1989). Meski para ahli mengungkapkan bahwa bahasa itu kompleks, namun pada umumnya perkembangan pada individu  dengan kecepatan luar biasa pada awal masa kanak-kanak. Berangkat dari hasil- hasil penelitian para ahli psikologi perkembangan, perkembangan bahasa adalah kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
 Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan. Pengaruh perkembangan bahasa terhadap keberhasilan belajar salah satunya adalah dapat berinteraksi dengan orang lain untuk saling bertanya, saling mengisi pengetahuan melalui dialog atau percakapan antar sesama. Dengan bahasa individu dapat saling menambah informasi pengetahuan yang belum diketahui. Perkembangan Sosial Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak anak memasuki usia 6 (enam) bulan. Disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan dirinya yaitu ibu atau anggota keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti senyum, marah, tidak senang, terkejut, dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menambahkan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
 Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak, maka semakin kompleks perkembangan sosialnya karena anak semakin membutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pengaruh lingkungan atau perkembangan sosial terhadap prestasi belajar:
 Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.
 Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.
 Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya  Perkembangan kepribadian Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin “persona”, atau topeng yang dipakai orang untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, tetapi psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan luar. Jess Feist &Gregory J. Feist (2009: 86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur dan perkembangan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gardon Allport (1951) dalam Inge Hatugalung (2007: 1) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagi system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003: 136) kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, keceerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan,indra, dll. Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;

4.   ASPEK EMOSI

Perkembangan Emosi Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku (CP.Chaplin, 1982: 163). Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat.
 Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang spesifik. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh.
Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Mengingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan.
2. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri.
3. Memberikan nilai secara objektif.
4. Menghargai hasil karya peserta didik.
 Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi. Pengaruh emosi terhadap perilaku dan perubahan fisik individu : a. Memperkuat semangat bila merasa senang atas suatu keberhasilan. b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa kekecewaan karena suatu kegagalan. c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar apabila individu dalam keadaan gugup. d. Terganggu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

5.      ASPEK MORAL DAN AGAMA

Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak acuhan akan harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Menurut Piaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap.
Tahap pertama disebut tahap realisme moral (moralitas oleh pembatasan). Tahap kedua disebut moralitas otonomi (moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik) Dalam tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai moralnya.
 Di tahap kedua perkembangan moral anak telah terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan masalah.
 Berikut ini beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak:
1.      Imitasi Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak perempuan dan orang lain dirumah, demikian pula anak laki-laki suka meniru perilaku ayah, kakak atau tetangganya yang sering dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya meniru perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak senang,sikap orang tua terhadap agama, politik, hobi, dan lain-lain.
2.       Internalisasi Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut. 3. Introvert dan Ekstrovert Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu berasal berdasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalaman sendiri. Orang- orang yang berkecenderungan introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul. Ekstrovert adalah kencederungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan-keputusan yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
 Kemandirian Kemandirian adalah kemanpuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di kaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
 Ketergantuangan Ketergantungan di tandai dengan perilaku anak yang bersifat kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang sebayanya.
Dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya berlainan dengan anak normal. Bakat Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang sering kali melebihi orang lain.
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988).
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas peserta didik sudah lebih matang. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep- konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.  Perkembangan Kesadaran Beragama Agama mengandung dua unsur: keyakinan dan tata cara.
Keduanya terpisah dan berbeda. Akibatnya, minat terhadap satu unsur tidak dengan sendirinya menjamin minat terhadap unsur lain. Juga tidak berarti bahwa minat terhadap kedua unsur akan sama. Seorang mungkin terutama berminat mematuhi aturan agama tetapi menunjukkan sedikit minat terhadap apa yang sering dianggap sebagai “teologi” atau doktrin atau ajaran agama. Hal sebaliknya mungkin terjadi pada orang lain. Demikian pula terhadap anak-anak. Beberapa anak terutama berminat terhadap kepatuhan kepada agama dan yang lain terhadap ajaran agama. Mana yang lebih menarik perhatian ditentukan sebagian oleh tekanan yang diberikan pada kedua unsur tersebut pada masa awal pendidikan agama dan sebagian oleh apa yang berdasarkan pengalaman, mereka anggap lebih memenuhi kebutuhan mreka. Jadi minat terhadap agama terutama egosentris.

Saat anak bertambah usia dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan anggota kelompok teman sebaya, teman-teman ini akan mempengaruhi minatnya. Contohnya, seorang anak yang mempunyai teman-teman yang berbincang- bincang mengenai agama,dan mematuhi aturan agama akan mempunyai minat yang lebih besar pada agama dari seorang anak yang temannya tidak, atau hampir tidak, menunjukkan minat pada agama dan mempunyai sikap negatif terhadap semua aturan agama. Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

3.      Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.

4.      Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.

5.      Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Adams dan Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya, agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini, serta agama memberikan perlindungan rasa aman. Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang

 






A.    KAREKTERISTIK PERKEMBANGAN

1.   Masa Pranatal
Masa Prenatal adalah periode perkembangan pertama dalam jangka kehidupan manusia dan secara biologis, hidup dimulai pada waktu ini. Periode ini dimulai pada waktu konsepsi, yaitu pembuahan dari ovum oleh sel sperma, dan berakhir pada waktu kelahiran. Masa di dalam kandungan (prenatal) atau masa konsepsi ini sangat penting artinya,karena merupakan awal kehidupan.
Awal kehidupan dalam kandungan, terjadi dalam apa yang disebut proses reproduksi. Proses reproduksi ini sebenarnya bermula dan berintikan pada pertemuan dan pembuahan sel telur wanita oleh sperma laki-laki,yang dalam islam dikenal dengan nama “nutfah”yakni setetes cairan tertentu. Selanjutnya dari bentuk nutfah berubah menjadi “alaqah” yakni segumpal darah atau sesuatu yang bergantung pada dinding rahim. Setelah melalui proses sebagai alaqah kemudian embrio tersebut memasuki tahap perkembangan berikutnya dalam wujud daging yang bergulung-gulung(mudghoh).Selanjutnya pada masa ini Alloh meniupkan ruh dan menghidupkan janin tersebut di dalamrahim ibu. Pada masa ini hubungan janin sangat erat dengan ibunya.
Diakui bahwa mengetahui segala kejadian pada masa prenatal amat esensial untuk dapat mengerti sepenuhnya tentang pola perkembangan yang normal dan untuk menyadari setiap kejadian yang dapat menggangu pola ini. Perkembangan biologis pada manusia dimulai pada saat konsepsi atau pembuahan, yaitu pada pembuahan telur oleh spermatosoma. Bila spermatosoma laki-laki memasuki dinding telur (ovum) wanita, terjadilah konsepsi.
Ciri-ciri periode pranatal
a.       Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya, duturunkan sekali untuk selamanya.
b.      Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya bahkan sampai menggangu pola perkembangan yang akan datang.
c.       Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan mempengaruhinya, sama halnya dengan sifat bawaan.
d.      Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode pranatal dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu.
e.       Periode prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun psikologis.
f.       Periode prenatal merupakan saat dimana orang-orang yang berkepentingan membentuk sikap-sikap pada diri individu yang baru diciptakan.

periode pertama dan paling penting dari semua periode. Periode ini dimulai pada saat pembuahan dan berakhir pada kelahiran (270-280 hari atau 9 bulan). Ciri penting periode ini, yaitu:
1.      Pembawaan lahir. Pembawaan lahir yang berfungsi sebagai dasar bagi selanjutnya, ditentukan pada masa ini.
2.      Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Pertumbuhan dan perkembangan yang  proporsional lebih cepat terjadi pada waktu ini daripada waktu lainnya sepanjang hidup.
3.      Kondisi dari lingkungan pralahir. Kondisi tubuh ibu yang baik mempertinggi potensi bawaan sedangkan kondisi yang buruk dapat menghambat perkembangan atau mengganggu pola perkembangan selanjutnya.
4.      Sikap orang-orang yang berarti. Sikap orang yang berarti dalam kehidupan anak (khususnya anggota keluarga) mempunyai pengaruh nyata terhadap anak tersebut selama tahun awal pembentukan kehidupan. Kalau sikap bersifat emosional, maka dapat mengganggu keseimbangan ibu (mother’s homeostasis) dan menggangu kondisi tubuh ibu yang sangat penting bagi perkembangan normal individu yang baru terbentuk.
2. Masa Bayi
Masa bayi merupakan masa ketergantungan, masa ketidakberdayaan dan masa membutuhkan oranglain, atau masa yang menuntut kesabaran orangtua. Secara psikologis, masa bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi. Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan mungkin berubah secara radikal setelah bayi dilahirkan, tetapi beberapa diantaranya relatif menetap atau semakin kuat tergantung pada kondisi pada saat kelahiran dan pada mudah atau sulitnya penyesuaian antara bayi dan orangtua.
Pada masa bayi kerap diiringi dengan tangisan, dimana tangisan ini memberikan petunjuk bahwa bayi menginginkan sesuatu. Hal itu dikarenakan pada masa ini, bayi belum bisa berbicara, dan tangisan sebagai isyarat baginya terhadap sesuatu yang ia kehendaki. Namun, jika tangisan bayi berlebihan dapat mengakibatkan gangguan gastrointestinal, muntah-muntah dan ketegangan saraf serta dapat menimbulkan perasaan kurang aman yang dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian bayi.
Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Dengan cepatnya pertumbuhan ini, perubahan tidak hanya terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan. Perkembangan yang pesat dimulai dari susunan saraf, pengerasan tulang dan penguatan otot memungkinkan bayi menguasai tugas-tugas perkembangan masa bayi,  bayi yang berkembang lambat akan mengalami kesulitan  pada saat ia mencapai awal masa kanak-kanak.
Pada perkembangan fisik, beberapa  bayi memulai kehidupan dengan badan yang lebih kecil dan perkembangan yang kurang normal. Mungkin ini disebabkan karena belum cukup  umur atau kondisi fisik yang buruk akibat ibu kekurangan gizi, mengalami tekanan atau kondisi kurang baik lainnya selama periode pranatal. Akibatnya, bayi itu cenderung tertinggal dari teman-teman sebayanya dalam tahun-tahun di masa bayi.
Masa bayi adalah masa pembentukan pola-pola psikologis fundamental untuk makan dan buang air. Meskipun pembentukan kebiasaan tersebut mungkin tidak selesai pada akhir masa bayi. Pada pola makan bayi, permasalahan yang timbul biasanya ketidaksukaan bayi terhadap makanan cair yang terbiasa pada usia empat sampai lima bulan. Sehingga cukup sulit bagi bayi untuk menyesuaikan diri dengan makanan yang agak keras.
Pola buang air, pengendalian buang air besar rata-rata mulai dari usia enam bulan, sedangkan pengendalian buang air kecil mulai antara usia 15 sampai 16 bulan. Dalam hal buang air besar, sesekali bayi mengalami permasalahan ataupun penyimpangan, khusunya ketika bayi lelah, sakit.
Ciri penting masa bayi, yaitu:
1. Dasar yang sesungguhnya
2. Pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat
3. Berkurangnya ketergantungan
4. Meningkatnya individualitas
5. Permulaan sosialisasi
6. Permulaan berkembangnya penggolongan peran seks
Permulaan kreativitas
Masa kanak-kanak dimulai setelah masa melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun samapai saat anak matang secara seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. Setelah anak matang secara seksual, maka ia disebut remaja.
Masa Kanak-Kanak Awal
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan saat dimana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
 Ciri-ciri Awal Masa Kanak-Kanak
Salah satu cirri tertentu masa bayi merupakan ciri khas yang membedakan dengan periode-periode lain dalam rentngan kehidupan, demikian pula halnya dengan ciri tertentu dari periode awal masa kanak-kanak.
1.   Sebutan yang Digunakan Orang Tua
2.   Sebutan yang Digunakan Para Pendidik
3.   Sebutan yang Digunaka Para Ahli Psikilogi
Tugas Dalam Perkembangan Awal Masa Kanak-Kanak
Meskipun dasar dari tugas dalam perkembangan yang diharapkan sudah dikusai anak sebelum mereka masuk sekolah diletakkan selama masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaitu dalam periode awal masa kanak-kanak yang relative singkat.
  Perkembangan Fisik
Pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi.
 Kebiasaan Fisiologis
Dalam watu masa kanak-kanak, kebiasaan fisikologis yang dasarnya sudah diletakkan pada masa bayi menjadi semakin baik.

3. Awal Masa Kanak-kanak
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat dimana individu relatif tidak berdaya dan tergantung padaorang lain. Pada saat ini, secara luas diketahui bahwa masa kanak-kanak harus dibagi lagi menjadi dua periode, yakni periode awal yang berlangsung dari umur dua sampai enam tahun dan periode akhir dari enam sampai tiba saatnya anak yang matang secara seksual.
   Masa bayi sering membawa masalah bagi orangtua dan umumnya berkisar pada masalah perawatan fisik bayi. Dengan datangnya masa kanak-kanak, sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah perawatan fisik masa bayi. Masalah perilaku itu sering terjadi di awal masa kanak-kanak dikarenakan anak-anak muda sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang berhasil. Anak yang lebih muda seringkali bandel, keras kepala, melawan  dan marah tanpa alasan serta merasa cemburu.
Pada perkembangan fisik,  pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi. Nafsu makan kanak-kanak tidak sebesar seperti pada masa bayi. Hal ini disebabkan karena tingkat pertumbuhan telah menurun dan sebagian karena sekarang ia telah mengembangkan jenis makanan yang disukai dan dan tidak disukai.
 Dalam perkembangan berkomunikasi, biasanya anak-anak mengalami masalah, dimana mutu pembicaraan anak yang buruk/isi pembicaraan anak bersifat merendahkan dan ketidakberhasilan anak-anak untuk mendengarkan lebih banyak menyebabkan kegagalan untuk mengerti. Sehingga pembicaraan mereka tidak terjalin baik.
Di akhir masa kanak-kanak (late childbood) berlangsung dari usia enam tahun sampai saatnya individu menjadi matang secara seksual.
Di masa akhir kanak-kanak ini, dalam kemajuan berbicara, ia mulai terdorong untuk memperbaiki kemampuannya dalam berbicara, yakni dengan memperbaiki ucapan yang salah serta memperbaiki tata bahasa. Anak dapat berbicara mengenai apa saja, tetapi pokok pembicaraan yang digemari bila bercakap-cakap dengan temannya menjadi pengalaman sendiri. Namun kalau anak berbicara tentang dirinya sendiri, biasanya terjadi dalam bentuk bualan. Anak membual tentang segala hal yang berhubungan dengann diri sendiri seperti kehebatannya dalam keterampilan dan berprestasi. Dan pada masa ini, biasanya anak lebih suka mengkritik dan menertawakan orang. Pada saat menyampaikan kritikan, anak lebih sering mengungkapkan dalam bentuk  makian atau hal lain yang bersifat merendahkan. Karena sebenarnya anak lebih banyak menonjolkan kelebihan dan kurang berani menunjukkan kelemahan dirinya sendiri.
1. Sebagian besar orang tua menganggap awal masa kanak-kanak sebagai :
a.    Usia yang mengundang  masalah atau usia sulit. Masa bayi sering membawa masalah bagi orang tua, umumnya mengenai perawatan fisik bayi.
b.   Usia mainan karena anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainan.
c.    Sebutan yang digunakan para pendidik
2. Para pendidik  menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah yang merupakan masa persiapan anak baik secara fisik maupun mental untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai bersekolah.
a.    Sebutan yang digunakan para ahli psikologi
3. Berdasarkan ciri-ciri yang menonjol dalam pekembangan awal masa kanak-kanak sebutan yang digunakan adalah :
a.    Usia kelompok, dimana anak belajar dasar-dasar perilaku sosial untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu.
b.   Usia menjelajah karena anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana mekanismenya, perasaannya, dan bagaimana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
c.    Usia kreatif. Anak lebih menunjukan kreativitas dalam bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan masa-masa lain.
4.  Akhir Masa Anak-anak
Label yang digunakan para pendidik
1.      Usia sekolah dasar. Anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan penting tertentu.
2.      Periode kritis dalam dorongan berprestasi. Masa dimana anak membentuk untuk mencapai sukses, tidak sukses atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa.
Label yang digunakan ahli psikologi
a.    Usia berkelompok. Masa dimana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima teman sebaya sebagai anggota kelompok terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman-temannya.
b.   Usia penyesuaian diri. Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok.


5. Masa Puber atau Pra remaja
a.    Periode tumpang tindih karena kedudukan remaja berada di antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja.
b.   Periode yang singkat, berlangsung sekitar 2-4 tahun. Anak yang mengalami puber selama dua tahun atau kurang dianggap cepat matang, sedangkan anak yang mengalami puber 3-4 tahun dianggap lambat matang.
c.    Dibagi dalam 3 tahap : tahap prapuber (bukan lagi seorang anak tetapi juga belum remaja), tahap puber (kematangan seksual muncul: haid pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki), dan tahap pascapuber (ciri-ciri seks sekunder misalnya kumis, jakun, suara yang berat, otot-otot yang kuat pada anak laki-laki ; atau panggul yang besar, payudara, suara yang lembut pada anak perempuan, sudah berkembang dan organ-organ seks berfungsi secara matang).
d.   Pertumbuhan dan perubahan yang pesat. Pertumbuhan dan perubahan yang pesat meliputi perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, sikap terhadap seks dan lawan jenis. Perubahan ini sering menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman, serta menimbulkan perilaku yang kurang baik.
e.    Fase negatif, fase dimana individu mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang. Pada fase ini perilaku remaja mendadak menjadi sulit diduga dan seringkali agak melawan norma sosial yang berlaku.
6. Masa Remaja
Istilah adolescense atau remaja berasal dari kata latin “adolescere” (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescense mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kedua setelah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan. Tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang atau takut. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
Pada masa ini, remaja lebih banyak bersikap negatif atau sikap menolak. Biasanya terhadap segala sesuatu, remaja bersikap serba ragu, tidak pasti, tidak senang, tidak setuju. Remaja sering murung, sedih tetapi ia sendiri tidak mengerti apa sebabnya dan sering melamun tidak menentu dan kadang berputus asa.
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik dan phikis yang selalu mendatangkan konflik pada diri remaja, sehingga banyak remaja yang gamang melewati masa remajanya. Orangtua, guru dan masyarakat perlu memahami permasalahan remaja sehingga dapat membantu mereka menemukan solusi melewati masa remaja dengan sukses.
       Permasalahan yang sering dialami pada perkembangan remaja biasanya mencakup budi pekerti remaja, dimana remaja terlibat dalam perbuatan/akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari, meliputi:
a.       Rendahnya Keimanan Remaja terhadap Allah
Sebagian besar remaja mengalami kemunduran kepercayaan terhadap Allah, hal ini ditandai dengan semakin beraninya remaja melanggar larangan Allah secara terang-terangan seperti tidak shalat, tidak puasa dan lain-lain. Rendahnya keimanan remaja menjadi penyebab permasalahan akhlak remaja lainnya seperti seks bebas, merokok, penyalahgunaan narkotika, pencurian dan lain-lain.
b.      Menurunnya Pelaksanaan ibadah pada remaja
Sebagian remaja mengalami penurunan pengalaman agama dibandingkan pada masa anak-anak. Mereka mungkin sudah terbias atau pernah shalat pada masa anak-anak kemudian tidak melaksanakan shalat pada masa remaja. Sebagian remaja bahkan marah ketika diingatkan untuk melaksanakan ibadah dengan alasan malas, bosan dan sebagainya.
c.       Penyalahgunaan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasioanl (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan Narloba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang, dimana 70% diantaranya berusia antara 15-19 tahun.
d.      Seks Bebas
Adikusuma dalam penelitiannya tentang Sikap Remaja terhadap Seks Bebas di Kota Negara Bali menemukan 88,33% responden mengatakan  ingin melakukann seks bebas tetapi takut resiko dan 26,66% menyatakan cara terbaik memenuhi keinginan seksual adalah hubungan seks. Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN melaporkan bahwa 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21% diantaranya melakukan aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa pergaulan remaja di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
e.       Merokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan  yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, walaupun merokok dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok dan orang-orang yang ada disekitarnya. Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang meroko adalah untuk mendapatkkan pengakuan (anticioatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma permissivek beliefs/fasilitative).
f.       Bolos Sekolah
Para remaja bolos sekolah untuk menonton konser artis/aktor kesayangannya, untuk jalan-jalan di mall atau untuk kegiatan hura-hura lainnya.
Akibat yang ditimbulkan dari berbagai permasalahan dalam perkembangan sikap remaja ialah:[1]
1. Terkena HIV.AIDS
2. Mencuri, menodong, mencopet dan sejenisnya
3. Bunuh diri
4. Berkelahi dengan teman atau antar sekolah
5. Kebut-kebutan
6. Mengguurkan kandungan
7. Berbohong

a.    Periode yang penting. Ada beberapa periode yang dianggap lebih penting daripada beberapa periode lainnya karena berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang di anggap penting karena berakibat jangka panjang.
b.   Periode peralihan. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
c.      Periode perubahan. Perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat.
d.    Usia bermasalah. Masalah remaja sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan yang disebabkan oleh : pertama, selama kanak-kanak  masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh orangtua atau guru sehingga menjadi remaja yang tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang lain.
e.     Mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih penting, kemudian lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal.
f.     Usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g.    Masa yang tidak realistik. Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
h.   Ambang masa dewasa. Remaja mulai bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa, seperti merokok,minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang ,dan sebagainya.
7.     Masa Dewasa Awal
Masa dewasa ini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu diharapkan dapat memainkan peran baru, mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru.
Ciri-ciri pada masa dewasa dini adalah :
a.       Masa pengaturan. Jika anak laki-laki dan anak perempuan mencapai usia dewasa berarti sudah saatnya untuk menerima tanggungjawab sebagai orang dewasa.
b.      Usia reproduktif. Menjadi orang tua merupakan salah satu peran yang paling penting dalam hidup orang dewasa. Bagi orang yang telah mempunyai anak pada awal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun akhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini merupakan masa reproduksi. Sebaliknya orang yang baru mempunyai anak pada usia tiga puluhan, maka baginya hanya dasawarsa terakhir dari usia dini yang merupakan usia reproduksi.
c.       Masa bermasalah. Masalah pada masa dewasa dini yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuaian diri dalam kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua, dan pekerjaan
d.      Ketegangan emosional. Ketegangan emosi umumnya nampak dalam bentuk keresahan, yaitu kekhawatiran mereka dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah.
e.       Keterasingan sosial. Masuknya seseorang dalam pola kehidupan orang dewasa, membuat hubungan dengan teman-teman kelompok masa remaja renggang serta berkurangnya keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah. Hal tersebut menyebabkan seseorang mengalami keterpencilan sosial atau Erikson menyebutnya sebagai “krisis keterasingan”
f.       Masa komitmen. Pada masa ini seseorang menjadi dewasa mandiri yang dapat menentukan pola hidu baru, memikul tanggungjawab baru,dan membuat komitmen baru yang nantinya menjadi landasan di kemudian hari.
g.      Masa ketergantungan. Meskipun telah mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, namun banyak orang muda yang masih bergantung pada orang tua, lembaga pendidikan , atau pemerintah yang membiayai pendidikan (beasiswa).
h.      Perubahan nilai. Perubahan itu di sebabkan oleh:
i.        Jika orang muda dewasa ingin diterima sebagai anggota kelompok orang dewasa mereka harus menerima nilai-nilai kelompok teman sebaya
j.        Kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai-nilai konvensional dalam hal keyakinan-keyakinan dan perilaku juga dalam penampilan.
k.      Penyesuaian diri dengan cara hidup baru. Pada masa ini gaya-gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan dan peran orang tua.
l.        Masa kreatif. Hal ini disebabkan karena sebagai orang yang telah dewasa ia tidak terikat lagi oleh peraturan dari orang tua maupun guru, sehingga mereka bebas berbuat apa saja yang mereka inginkan. Bentuk kreativitas tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan, dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya.




9. Masa Dewasa Paruh baya
a.       Periode yang sangat ditakuti
b.      Penyebabnya adalah banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia dewasa madya.
c.       Masa  transisi
d.      Transisi senantiasa berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru.
e.       Masa stres
f.       penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang brubah khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik dan psikologis seseorang menimbulkan stres.
a.       Usia yang berbahaya
g.      Sebutan usia yang berbahaya ini brasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kemudaan yang berakhir  sebelum memesuki usia lanjut.
a.       Usia canggung
h.      pria dan wanita  berusia madya bukan muda lagi tetepi bukan juga tua. Mereka merasa bahwa keberadaan mereka tidak dianggap, oleh karena itu orang yang berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain.
a.       Masa berprestasi
i.        apabila orang berusia madya mempunyai kemauan yang kuat untuk berhasil, maka akan mencapai puncaknya pada usia ini.
a.       Masa evaluasi
j.        masa mengevaluasi prestasi pada usia madya  berdasasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain khususnya anggota keluarga dan teman.
a.       Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
k.      Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan, 1) aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani. 2) standar ganda terlihat dari cara pria dan wanita menyatakan sikap terhadap usia tua.
a.       Masa sepi
l.        Masa ketika anak-anak tidak lama tinggal bersama orang tuanya.
a.       Masa jenuh
m.    Hampir semua pria dan wanita mengalami kejenuhan pada masa akhir 30-an dan 40-an.



10.  Masa Lanjut Usia
a. Periode kemunduran
           Kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap atau dikenal sebagai “senescence” yaitu masa proses menjadi tua. Istilah keuzuran (senility) digunakan untuk periode masa lanjut usia apabila kemunduran fisik sudah terjadi dan terjadi disorganisasi mental.
b. Perbedaan individual  pada efek menua
           Orang menjadi tua secara berbeda karena mempunyai sifat bawaan , sosioekonomi dan latar belakang pendidikan , serta pola hidup yang berbeda.
c. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
           Orang yang cenderung menilai tua dengan dua kriteria yaitu dalam penampilan dan kegiatan fisik yaitu apa yang dapat dan tidak dapat dilakukannya.
d.Stereotip orang lanjut usia
           Stereotipe dan kepercayaan tradisional mengenai orang lanjut usia timbul dari empat sumber utama yaitu  1) cerita rakyat dan dongeng cenderung melukiskan usia lanjut sebagai usia yang tidak menyenangkan. 2) Orang usia lanjut sering diberi tanda dan diartikan tidak menyenangkan oleh media masa. 3) Berbagai humor dan canda menyangkut aspek negatif orang yang berusia lanjut sebagian besar lebih menekankan sikap ketololan sebagai orang tua daripada kebijakan. 4) keadaan fisik usia lanjut yang tidak berstamina.
e. Sikap sosial terhadap usia lanjut
           Sikap sosial terhadap usia lanjut yang cenderung menjadi tidak menyenangkan. Oleh karena itu mereka mengangap bahwa mereka tidak lagi bermanfaat bagi kelompok sosial dan lebih banyak tidak bermanfaaat daripada sikap yang menyenangkan.
f. Orang usia lanjut mempunyai status kelompok-minoritas.
           Status kelompok minoritas ini terutama terjadi sebagai akibat sikap sosialyang tidak menyenangkan terhadap orang usia lanjut.
g. Menua membutuhkan perubahan peran.
           Orang usia lanjut diharapkan mengurangi peran aktifnya dalam urusan masyarakat dan sosial , juga dalam dunia usaha dan profesionalisme. Dan perubahan peran ini juga hendaknya bukan karena tekanan sosial.
h. Penyesuaian yang buruk.
           Orang usia lanjut cenderung lebih buruk penyesuaian diri dibandingkan orang yang lebih muda. Hal ini disebabkan semakin hilangnya status karena kegiatan sosial didominasi oleh orang-orang yang lebih muda.
i.Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat.
Status kelompok minoritas yang dikenakan pada orang lanjut usia membangkitkan keinginan untuk tetap muda selama mungkin.



B.     ASPEK PERKEMBANGAN INDIVIDU

1.      ASPEK FISIK

Perkembangan Fisik Secara umum, fisik berarti bentuk (postur) atau perawakan. Jadi Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak dalam kandungan hingga ia dewasa atau mencapai tingkat kematangan pertumbuhannya. Proses perubahannnya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi tebal/lebar (pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh.
Pertumbuhan sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan (fertilisasi) antara sel telur dengan sel sperma yang kemudian berkembang menjadi embrio. Pertumbuhan fisik sebelum lahir akan dilanjutkan dengan pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang akan menyempurnakan struktur dan fungsi dari dimensi fisik peserta didik. Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain- lain.
 Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Contoh perkembangan fisik yang terjadi pada bayi adalah seperti merangkak, berdiri, berjalan hingga berlari. Orang tua harus mengetahui perkembangan anak-anaknya agar selalu tetap terjaga asupan nutrisinya serta lingkungan keluarga yang mendukung yang membantunya untuk tumbuh dan berkembang.
 Hal itu juga akan membantu perkembangan agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan usia anak. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Sesuai dengan perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk menerima pembelajaran ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi perkembangan motorik anak itu secara fungsional.

2.   ASPEK KOGNITIF

   Perkembangan Intelektual/Kognitif/Intelegensi Istilah intelek berasal dari perkataan ”itelect” (bahasa inggris) yang berarti : (1).Proses kognitif berfikir, daya menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan; (2).Kemampuan mental atau intelegensi. (CP.Chaplin,1981: 252)
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kognisi peserta didik antara lain:
1.      Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
2.       Intelegensi mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.
3.       Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
4.       Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.
5.       Jenis kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin
6.      Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Perkembangan intelektual / kognitif / intelegensi adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
            kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Dalam Dictionary Of Psychology karya Drever, dijelaskan bahwa “kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran”.. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif.
 Menurut penelitiannya tahap-tahap perkembangan individu/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil. Piaget mengemukakan empat tahapan kognitif anak yaitu tahap sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.

3.      ASPEK BAHASA

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu :  Proses jadi matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ- organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata. 2. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya.
 Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak Perkembangan bahasa seorang anak menurut Clara dan William Stern, ilmuan bangsa Jerman, dibagi dalam empat masa, yaitu: masa kalimat satu kata, masa memberi nama, masa kalimat tunggal dan masa kalimat majemuk. 1. Kalimat satu kata: satu tahun s.d satu tahun enam bulan Dalam masa pertama ini seorang anak mulai mengeluarkan suara-suara raban yakni permainan dengan tenggorokan, mulut dan bibir supaya selaput suara menjadi lebih lembut. Selain itu di masa ini seorang anak sudah dapat menirukan suara-suara walaupun tidak begitu sama persis dengan bunyi aslinya.
 Di masa ini juga mulai terbentuknya satu kata. Anak sudah mulai bisa mengucapkan kata seperti “ibu” dan lainnya. Masa memberi satu nama: satu setengah tahun s.d dua tahun Dalam masa kedua ini adalah masa dimana mulai timbul suatu dorongan dalam diri seorang anak untuk mengetahui banyak hal. Inilah yang menyebabkan anak akan sering bertanya apa ini? apa itu? siapa ini? dan lainnya. Dan di masa ini kemampuan anak merangkai kata mulai meningkat. Dulu yang hanya bisa satu kata, bertambah menjadi dua kata, tiga kata hingga lebih sempurna. Masa kalimat tunggal: dua tahun s.d dua setengah tahun. Dalam masa ketiga ini terdapat usaha anak untuk dapat berbahasa dengan lebih baik dan sempurna. Anak mulai bisa menggunakan kalimat tunggal serta menggunakan awalan dan akhiran pada kata.
Namun tak jarang anak membuat kata-kata baru yang lucu didengar dengan menggunakan caranya sendiri.  Masa kalimat majemuk : dua tahun enam bulan dan seterusnya. Di tahap ini seorang anak sudah dapat mengucapkan kalimat yang lebih panjang dan sempurna, baik berupa kalimat majemuk dan berupa pertanyaan, sehingga susunan bahasanya terdengar lebih sempurna.
 Perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan mengagumkan (Semiawan;1989). Meski para ahli mengungkapkan bahwa bahasa itu kompleks, namun pada umumnya perkembangan pada individu  dengan kecepatan luar biasa pada awal masa kanak-kanak. Berangkat dari hasil- hasil penelitian para ahli psikologi perkembangan, perkembangan bahasa adalah kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal, dan etika pengucapannya dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umur kronologisnya.
 Perbandingan antara umur kronologis dengan kemampuan berbahasa individu menunjukkan perkembangan bahasa individu yang bersangkutan. Pengaruh perkembangan bahasa terhadap keberhasilan belajar salah satunya adalah dapat berinteraksi dengan orang lain untuk saling bertanya, saling mengisi pengetahuan melalui dialog atau percakapan antar sesama. Dengan bahasa individu dapat saling menambah informasi pengetahuan yang belum diketahui. Perkembangan Sosial Syamsu Yusuf (2007) menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak anak memasuki usia 6 (enam) bulan. Disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan dirinya yaitu ibu atau anggota keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti senyum, marah, tidak senang, terkejut, dan kasih sayang. Sunarto dan Hartono (1999) menambahkan bahwa hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana.
 Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat kompleks. Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak, maka semakin kompleks perkembangan sosialnya karena anak semakin membutuhkan untuk berinteraksi dengan orang lain. Pengaruh lingkungan atau perkembangan sosial terhadap prestasi belajar:
 Teman bergaul berpengaruh sangat besar bagi anak-anak. Maka kewajiban orang tua adalah mengawasi dan memberi pengertian untuk mengurangi pergaulan yang dapat memberikan dampak negatif bagi anak tersebut.
 Lingkungan tetangga dapat memberi motivasi bagi anak untuk belajar apabila terdiri dari pelajar, mahasiswa, dokter. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan tetangga adalah orang yang tidak sekolah, menganggur, akan sangat berpengaruh bagi anak.
 Aktivitas dalam masyarakat juga dapat berpengaruh dalam belajar anak. Peran orang tua disini adalah memberikan pengarahan kepada anak agar kegiatan diluar belajar dapat diikuti tanpa melupakan tugas belajarnya  Perkembangan kepribadian Istilah kepribadian berasal dari bahasa Latin “persona”, atau topeng yang dipakai orang untuk menampilkan dirinya pada dunia luar, tetapi psikologi memandang kepribadian lebih dari sekedar penampilan luar. Jess Feist &Gregory J. Feist (2009: 86) mengatakan bahwa ”Kepribadian mencakup sistem fisik dan psikologis meliputi perilaku yang terlihat dan pikiran yang tidak terlihat, serta tidak hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk dan proses serta struktur dan perkembangan”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Gardon Allport (1951) dalam Inge Hatugalung (2007: 1) bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagi system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2003: 136) kepribadian merupakan keterpaduan antara aspek-aspek kepribadian, yaitu aspek psikis seperti aku, keceerdasan, bakat, sikap, motif, minat, kemampuan, moral, dan aspek jasmaniah seperti postur tubuh, tinggi dan berat badan,indra, dll. Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik;

4.   ASPEK EMOSI

Perkembangan Emosi Emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku (CP.Chaplin, 1982: 163). Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat.
 Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir. Meskipun demikian, pada saat bayi lahir, bayi tidak memperlihatkan reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai keadaan emosional yang spesifik. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh.
Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan emosional anak. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Mengingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan.
2. Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri.
3. Memberikan nilai secara objektif.
4. Menghargai hasil karya peserta didik.
 Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya.
Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi. Pengaruh emosi terhadap perilaku dan perubahan fisik individu : a. Memperkuat semangat bila merasa senang atas suatu keberhasilan. b. Melemahkan semangat apabila timbul rasa kekecewaan karena suatu kegagalan. c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar apabila individu dalam keadaan gugup. d. Terganggu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

5.      ASPEK MORAL DAN AGAMA

Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. perilaku demikian tidak disebabkan oleh ketidak acuhan akan harapan sosial, melainkan ketidak setujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri. Menurut Piaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahap.
Tahap pertama disebut tahap realisme moral (moralitas oleh pembatasan). Tahap kedua disebut moralitas otonomi (moralitas oleh kerja sama atau hubungan timbal balik) Dalam tahap yang pertama ini seorang anak menilai tindakan sebagai benar atau salah atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motifasi dibelakangnya. Moral anak otomatis mengikuti peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan cendrung menganggap orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Yang paling penting menurut Piaget bahwa anak menilai suatu perbuatan benar atau salah berdasarkan hukuman bukan pada nilai moralnya.
 Di tahap kedua perkembangan moral anak telah terbentuk sehingga dia dapat mempertimbangkan semua cara yang mungkin untuk memecahkan masalah tertentu. Anak mulai dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat mempertimbangkan berbagai faktor untuk memecahkan masalah.
 Berikut ini beberapa proses pembentukan perilaku moral dan sikap anak:
1.      Imitasi Pada umunya anak mulai mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku orang lain yang ada di sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak perempuan dan orang lain dirumah, demikian pula anak laki-laki suka meniru perilaku ayah, kakak atau tetangganya yang sering dijumpai di sekitarnya. Sering kali anak tidak hanya meniru perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang atau tidak senang,sikap orang tua terhadap agama, politik, hobi, dan lain-lain.
2.       Internalisasi Internalisasi adalah suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak) karena pengaruh sosial yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut. 3. Introvert dan Ekstrovert Introvert adalah kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu berasal berdasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalaman sendiri. Orang- orang yang berkecenderungan introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul. Ekstrovert adalah kencederungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan-keputusan yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya.
 Kemandirian Kemandirian adalah kemanpuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam bentuk material maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di kaitkan dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
 Ketergantuangan Ketergantungan di tandai dengan perilaku anak yang bersifat kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai dengan anak lain yang sebayanya.
Dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya berlainan dengan anak normal. Bakat Bakat merupakan potensi dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang tersebut dapat mencapai sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang sering kali melebihi orang lain.
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yaitu mulai mampu berpikir abstrak dan mampu memecahkan masala-masalah yang bersifat hipotetis maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka (Gunarsa,1988). Perkembangan pemikiran moral dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggap sebagai suatu yang bernilai, walau belum mampu mempertanggung jawabkannya secara pribadi (Monks, 1988).
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas peserta didik sudah lebih matang. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep- konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.  Perkembangan Kesadaran Beragama Agama mengandung dua unsur: keyakinan dan tata cara.
Keduanya terpisah dan berbeda. Akibatnya, minat terhadap satu unsur tidak dengan sendirinya menjamin minat terhadap unsur lain. Juga tidak berarti bahwa minat terhadap kedua unsur akan sama. Seorang mungkin terutama berminat mematuhi aturan agama tetapi menunjukkan sedikit minat terhadap apa yang sering dianggap sebagai “teologi” atau doktrin atau ajaran agama. Hal sebaliknya mungkin terjadi pada orang lain. Demikian pula terhadap anak-anak. Beberapa anak terutama berminat terhadap kepatuhan kepada agama dan yang lain terhadap ajaran agama. Mana yang lebih menarik perhatian ditentukan sebagian oleh tekanan yang diberikan pada kedua unsur tersebut pada masa awal pendidikan agama dan sebagian oleh apa yang berdasarkan pengalaman, mereka anggap lebih memenuhi kebutuhan mreka. Jadi minat terhadap agama terutama egosentris.

Saat anak bertambah usia dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan anggota kelompok teman sebaya, teman-teman ini akan mempengaruhi minatnya. Contohnya, seorang anak yang mempunyai teman-teman yang berbincang- bincang mengenai agama,dan mematuhi aturan agama akan mempunyai minat yang lebih besar pada agama dari seorang anak yang temannya tidak, atau hampir tidak, menunjukkan minat pada agama dan mempunyai sikap negatif terhadap semua aturan agama. Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

3.      Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.

4.      Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.

5.      Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Adams dan Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya, agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia ini, serta agama memberikan perlindungan rasa aman. Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang

 




1 komentar:

  1. Harrah's Resort Casino - Mapyro
    Find Harrah's 태백 출장마사지 Resort Casino, Las Vegas, NV, 이천 출장마사지 United States, ratings, photos, prices, 화성 출장안마 expert advice, traveler reviews and 제주도 출장샵 tips, and more information from 속초 출장마사지

    BalasHapus