BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran-liran filsafat pendidikan dalam praktek
terbentuk melalui dua macam proses. Pertama, berasal dari para filosof
yang membicarakan implikasi sistempemikiran untuk pendidikan. Aliran-aliran
filsafat pendidikan dalam jenis ini biasanya di tentunkan oleh aliran filsafat
yang ada, seperti idealism, prealisme, pragtimatisme, penomenologi, eksistensialisme,
filsafat analitik. Kedua, berasaldari para ahli pendidikan yang bersifat
tentang pendidikan.
Dalam aliran-aliran filsafat pendidikan jenis kedua
ini dibicarakan kerangka teoritis yang
melandasipara ahli pendidikan dalam menangani permasalahan-permaslahan
pendidikan. As Karena aliran-aliran filsafat pendidikan jenis pertama dalam
arti tertentu dan terbatas pada tiga aliran (idealisme, realisme,
pragmatisme) sudah kita bicarakan dalam
bab yang lalu, maka dalam bab ini kita akan membicarakan aliran-aliran filsafat
pendidikan jenis kedua. Berturut-turut akan kita bicarakan aliran
progsessivisme,perenialisme, esenssialisme , dan rekonstruksionalisme.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa saja Aliran-aliran dalam filsafat ?
2. Bagaimana perkembangan aliran-aliran
tersebut ?
C.
Tujuan
1. Agar kita mengetahui aliran-aliran dalam
filsafat
2. Agar kita bisa memahami bagaimana perkembangan filsafat dari masa ke
masa
3. Menambah wawasan kita tentang
aliran-aliran tersebut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
ALIRAN PROGRESSIVISME
1.
Pragmatisme Sebagai Akar Progresivisme
Sebagai falsafah pendidikan,
progresivisme berkembang dari falsafah pragmatism Charles S. Pierce, William
James dan Jhon Dewey. Dalam mendefinisikan pragmatism, Dewey banyak merujuk
pada pemikiran William James dan Charles Sander Pierce, disebutnya:[1]Menurut
William James, Pragmatisme adalah pola berpikir dan sikap tertentu. Pragmatism
juga merupakan teori tentang keadaan ide dan kebenaran. Akhirnya, pragmatism
adalah teori tentang realitas.
Progresivisme muncul di Amerika Serikat
tahun 1870 yang di perkenalkan oleh Francis W. Parker. Para reformis yang
menamakan diri kaum progressive itu menentang system pendidikan tradisional
yang sangat kaku, menuntut disiplin ketat, dan membuat subjekdidik menjadi
pasif. Gerakan pembaharuan yang sudah ada sejak akhir abad 19 mendapatkan angin
baru pada abad ke 20 dengan munculnya filsafat pragmatism filsuf dan pendidik
yang bernama Jhon Dewey berusaha menjalin pendidikan progressive dengan
filsafat pragmatisme. Progressivisme berpandangan bahwa kemampuan intelegensi
manusia merupakan alat untuk hidup ,kesejahteraan ,dan mengembangkan
kepribadian manusia. Menurut penganut aliran ini akhlak manusia bersifat
merdeka ,dapat dikembangkan terus –menerus sepanjang memiliki tingkat
kecerdasan berinteraksi dan mengadopsi berbagai gejala alamiah dan lingkungan
sekitarnya. Manusia akan terus maju ,tumbuh dan berkembang lebih beradab dan
memiliki kebudayaan yang lebih memungkinkan untuk mencapai tujuan utama dalam
hidupnya.[2]
Biasanya aliran progressivisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup liberal
“the liberal road to culture”[3]
yang dimaksud dengan ini ialah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan ,tidak terikat
oleh suatu doktrin tertentu), curious (ingin mengetahui ,ingin
menyelidiki),toleran dan open minded
(mempunyai hati yang terbuka).
2.
Sifat –sifat aliran progressivisme
Sifat – sifat umum aliran progressivisme
dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok,yaitu:
·
sifat
–sifat negatif
·
sifat
–sifat positif
Sifat itu dikatakan negatif dalam arti
bahwa ,progressivisme menolak otoritarisme dan absolutisme dalam segala
bentuk,seperti misalnya terdapat dalam agama ,politik ,etika dan epistemology. Positif
dalam arti ,bahwa progressivisme menaruh
kepercayaan terhadap [4]kekuatan
alamiah dari manusia ,kekuatan –kekuatan
yang diwarisi oleh manusia dari
alam sejak lahir –mans natural
powers.terutama yang dimaksud ialah kekuatan-keutan manusia untuk terus
menerus melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan takhayyul
yang timbul dari lingkungan hidup yang selamanya mengancam.
Istilah filsafat yang biasanya dipakai
untuk menggambarkan pandangan hidup yang demikian di sebut pragmatisme.dalam
lapangan pendidikan lebih lazim dipakai istilah-istilah “instrumentalisme “dan
experimentalisme “ dalam arti terbatas pragmatisme dalam suatu teori
piker.menurut john dewey pragmatism ialah :”the rule of referring all thinking
…….to consequences for final meaning and test”16 untuk mengetahui apakah pikir
benar ,perlu dilihat hasil pikiran itu .jika pikiran itu berhasil ,mempunyai
arti bagi sipemikir ,maka pikiran itu benar.ini berarti pragmatisme ,dipakai
dalam arti yang lebih luas ,mrnurut dewey .akan tetapi lazim juga istilah
pragmatism yaitu meliputi sekelompok keyakinan-keyakinan filsafat mengenai alam
dan manusia.
Progressivisme yakin bahwa manusia
mempunyai kesanggupan–kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya dengan alam.
sanggup meresapi rahasia-rahasia alam ,sanggup mengusai alam .akan tetapi
disamping keyakinan-keyakinan ini ada juga kesangsian.dapatkah manusia
menggunakan kecakapannya dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam,juga dalam ilmu
pengetahuan sosial ? dalam masyarakat manusia? dalam hubungannya dengan sesama
manusia? pragmatisme(dan progressivisme) yakin bahwa manusia mempunyai
kesanggupan itu,akan tetapi apakah dapat belajar bagaimana mempergunakan
kesanggupan itu dalam hal disini timbul sedikit kesangsian .tetapi
meskipundemikian progressivisme tetap bersikap optimis ,tetap percaya bahwa
manusia dapat menguasai seluruh lingkungannya,lingkungan alam dan lingkungan
social.
Maka tugas pendidikan menurut
pragmatisme, ialah meneliti sejelas-jelasnya kesanggupan-kesanggupan manusia
itu dan menguji kesanggupan-kesanggupan itu dalam pekerjaan praktis. Yang di maksud
disini ialah, bahwa manusia hendaknya memperkerjakan ide-ide atau
pikiran-pikirannya. Manusia tidak hendaknya berpikir hanya untuk kesenangan
berpikir saja, manusia hendaknya berpikir untuk berbuat. Pragmatisme menolak
“pure intellectualisme”. Bagi pragmatisme, jiwa dan pikiran manusia di pakai
menghadapi tugas hidup yang maha besar. Pragmatisme menolak pendapat, bahwa
manusia itu tidak berdaya; bahwa manusia hanya dapat menyerah saja kepada
kekuatan-kekuatan dalam lingkungannya. Pragmatisme berpendapat, bahwa
pendidikan adalah alat kebudayaan yang paling baik. Bahwa pendidikan sebagi
alat, manusia dapat menjadi” the masters, not the slaves. Of social as well as
other kinds of natural change.[5]
3.
Perkembangan aliran progressivisme
Meskipun pragmatisme-progressivisme
sebagai aliran pikiran baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke -19,
akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada
zaman yunani purba. Minsalnya Heraclitus( ±544- ±484), Socrates ( 469-399),
Protagoras (480-410), dan Aristoteles mengemukakan pendapat yang dapat
ditangkap sebagai unsure-unsur yang ikut menyebabkan terjadinya sikap jiwa yang
disebut pragmatisme-progressivisme. Heraclitus mengemukakan, bahwa sifat yang
terutama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap di dunia
ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asas perubahan itu sendiri. Socrates
berusaha mempersatukan epistemologi dengan axiologi. Ia mengajarkan bahwa
pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik dapat dipelajari dengan
kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk
melakukan kebajikan (perbuatan yang baik). Ia percaya bahwa manusia sanggup
melakukan yang baik. Protagoras seorang sophis, mengajarkan bahwa kebenaran dan
norma atau nilai (value) tidak bersifat mutlak, melainkan relative, yaitu
bergantung kepada waktu dan tempat. Aristoteles menyarankan moderasi dan
kompromi (jalan tengah bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan.
Dalam asas modern sejak abad ke 16
Francis Bacon, John Locke, dapat disebut sebagai penyumbang-penyumbang pikiran
dalam prosesterjadinya aliran pragmatisme-progressivisme. Francis Bacon
memberikan sumbangan dengan usahanya untuk memperbaiki dan memperhalus motode
experimental (metode ilmiah dalam pengetahuan alam). Locke dengan ajarannya
kebebasan politik.
Dalam abad ke 19 dan ke 20 ini
tokoh-tokoh pragmatisme terutama terdapat di Amerika Serikat. Thomas Jefferson
memberikan sumbangan pada pragmatisme karna kepercayaan mereka akan demokrasi
dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama.
4.
Konsep Dasar Progresivisme
Seperti yang dirumuskan oleh George
F. Kneller prinsip-prinsip dasar progresivisme dapat dirincikan menjadi enam
yaitu:
v Pendidikan harus lebih aktif dan
berkaitan dengan minat anak.
v Belajar melalui pemecahan masalah mesti
menggantikan cara belajar yang menekankan penerimaan bahan jadi.
v Pendidikan harus hidup sendiri dan bukan
hanya suatu persiapan untuk hidup.
v Peranan guru lebih sebagai pendamping
dan penasehat daripada sebagai penentu pokok.
v Sekolah harus mendorong adanya kerjasama
diantara murid-murid dan bukan persaingan.
v Hanya demokrasi memungkinkan dan
mendorong adanya percaturan bebas gagasan dan percaturan macam-macam pribadi
yang merupakan syarat penting untuk pertumbuhan.
B.
ALIRAN ESENSIALISME
Esensialisme barasal dari kata latin ‘essentia’ yang
berarti hal yang pokok / hakiki. Aliran ini merupakan reaksi terhadap
progresivisme yang terlalu menekankan pada metode belajar melalui pemecahan
masalah dan aktivitas sendiri para siswa/mahasiswa untuk mengikuti minat dan
kebutuhan mereka.
Esensialisme muncul pada zaman Renaissans, dengan ciri-ciri
utamanya yang berbeda dengan progressivisme. Bagi esensialisme, pendidikan yang
berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah dan kurang terarah. Karena itu
esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama,sehingga memberikan kestabilan dan arah yang
jelas.
Esensialisme didasari atas pandangan humanism yang
merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada ada keduniawiaan,serba
ilmiah dan materialistic.Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari
paham penganut aliran idealisme dan realisme. Imam Barnadib (1981) menyebutkan
beberapa tokoh utama yang berperang dalam penyebaran aliran esensialisme,yaitu
:
-
Desiderius Erasmus, humannis belanda yang hidup pada ahir
abad 15 dan permulaan abad 16,yang merupakan tokoh pertama yang menolak
pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum
sekolah bersifat humanitistis dan bersifat internasional,sehingga bisa mencakup
lapisan menengah dan aristocrat.
-
Johan Amos Comenius yang hidup diseputar tahun
1592-1670,adalah seorang yang memiliki pandangan realis dan dogmatis .comenius
berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai denan
kehendak tuhan,karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.[6]
-
John Locke ,tokoh dari inggris yang hidup pada
tahun 1632-1704 sebagai pemikir dunia berpendapat bahwa pendidikan hendaknya
selalu dekat dengan situasi dan kondisi .locke mempunyai sekolah kerja untuk
anak-anak miskin.
-
Johann Hendrich Pestalozzi,sebagai seorang tokoh yang berpandangan
naturalistis yang hidup pada tahun 1746-1827. Pestalozzi mempunyai kepercayaan
bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia ,sehingga pada diri manusia
terdaoat kemampun-kemampuan wajarnya.selain itu ia mwmpunyai keyakinan bahwa manusia
juga mempunyai hubungan trasendental langsung dengan tuhan.
-
Johann Friederich Frobel
(1782-1852) sebagai
tokoh yang berpandangan kosmis sintetis dengan keyakinannya bahwa manusia
adalah mahkluk ciptaan tuhan yang merupakan bagian dari alam ini sehingga
manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam .terhadap
pendidikan Frobel memandang anak sebagai mahkluk yang berekspresi kreatif yang
dalam tingkah lakunya akan Nampak adanya kualitas metafisis karena tugas
pendidikan adalah memimpin anak didik kearah kesadaran diri sendiri yang murni
,selaras dengan fitrah kejadiannya.
-
Johan Friederich Herbert yang hidup pada tahun 1776 -1841
,sebagai salah seorang murid Immanuel kant yan berpandangan kritis, Herbert
berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan
kebajikan dari yang mutlak. Tujuan pendidikan oleh Herbert “pengajaran yang
mendidik”.
Tujuan aliran esensialisme adalah
membentuk pribadi bahagia didunia dan
diakhirat .isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan ,kesenian dan segala hal
yang mampu menggerakkan kehendak manusia.
1)
Konsep dasar esensialisme
Terdapat
beberapa prinsip asasiah yang menjadi asumsi dalam aliran esensialisme ,yaitu:
v kegiatan belajar pada dasarnya menuntut
kerja keras dan latihan yang kadang
membosankan.
v Inisiatif pokok dalam pendidikan tidak
terletak pada murid tetapi guru
v Inti proses pendidikan adalah
dikuasainya bahan yang sebelumnya sudah ditetapkan.
v Sekolah harus mempertahankan metode
tradisional yang menekankan disiplin mental
2)
Kritik atas Esensialisme
Sudah
menjadi pemahaman umum bahwa tidak ada sesuatupun yang sempurna.demikian halnya
dengan esensialisme .terdaapat beberapa asumsi yang menjadi titik kritik dari
aliran esensialisme. Pertama terlalu terlalu statis .kritik pertama yang sering
dilontarkan terhadap aliran esensialisme adalah bahwa aliran terlalu statis dan
kurang sesuai dengan situasi zaman yang selalu berubah dengan cepat ini.
Aliran
ini terlalu menekankan pentingnya ilmu-ilmu eksak(fisika.biologi,kimia) dan
kurang begitu menghargai ilmu-ilmu social, seperti sosiologi ,ekonomi.antropologi,
dan sejarah. Kedua kurang merangsang inisiatif intelektual anak didik .Esensialisme
dianggap kurang merangsang inisiatif intelektual anak didik .dalam sisitem
pendidikan esensialisme ,anak didik
tidak berpikir sendiri sejak awal masa
belajar mereka ,melainkan hanya dilatih untuk menerapkan yang sudah ditentukan
dan diatur oleh gurunya .kebiasaan untuk mengikuti saja perintah guru damn
menyerap bahan yang sudah ditetapkan ,cendrung membuat anak didik pasif dan
tidak berlatih mandiri .anak didik tidak terlatih untuk berpikir kritis dan
kreatif yang diperlukan dalam hidup ditengah masyarakat.
C.
ALIRAN PERENNIALISME
Istilah
“perennialisme” berasal dari kata latin “perennis”yang berarti “abadi” atau
“kekal” .aliran filsafat pendidikan yang disebut progressivisme berpendapat
bahwa prinsip-prinsip dasar pendidikan itu bersifat abadi atau tetap tak
berubah sepanjang zaman.aliran ini mendapat dukungan baik dari kaum realis
maupun kaum idealis yang mempertahankan pentingnya prinsip-prinsip dasar
pendidikan yang berlaku mutlak mengatasi batas-batas ruang dan waktu.bagi
mereka realitas sejati itu pada dasarnya [7]tetap
tak berubah .kodrat maanusia pada hakikatnya tetaap ,demikian juga apa yang
disebut kebenaran dan kebaikan.apa yang disebut benar dan baik akan tetap baik.
Entah dimana dan kapan saja .atas dasar prinsip seperti ini,maka pendidikan pun
mesti mengacu pada prinsip ini, maka pendidikan pun mesti mengacu pada
prinsip-prinsip yang bersifat abadi.7
1.
Konsep Dasar Perenialisme[8]
·
Kita
semua itu sama, maka seharusnya pendidikan itu sama untuk semua orang.
·
Manusia
itu bebas, tidak terdeteminasikan.
·
Pendidikan
bertugas menyelaraskan manusia dengan tuntutan kebenaran yang bersifat tetap
dan bukan dengan keadaan dunia yang dewasa ini yang senantiasa berubah.
·
Pendidikan
bukanlah suatu tiruan hidup ditengah masyarakat, tetapi suatu persiapan untuk
hidup ditengah masyarakat.
·
Peserta
didik perlu dididik untuk mengetahui bidang-bidang pokok tertentu yang akan
mengenalkan mereka pada hal-hal yang bersifat tetap.
·
Pendidikan
harus memperkenalkan siswa/mahasiswa dengan apa yang menjadi cita-cita dan
keprihatinan umat manusia pada umumnya sebagaimana terungkap dalam karya-karya
sastra klasik, filsafat, sejarah dan sains.
D.
ALIRAN REKONSTRUKSIONALISME
Nama
rekontruksiolisme berasal dari kata latin ‘recontruktio’ yang berarti ‘penataan
kembali’.rekontruksionalisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menyatakan bahwa
tujuan pokok pendidikan adalah untuk menata kembali msyarakat agar bisa
memenuhi tuntutan perubahan zaman yang terus menerus terjadi.
Pada
dasarnya aliran rekonstruksionalisme adalah sepaham dengan aliran perennialisme
dalam hendak mengatasi krisis kehidupan modern. hanya saja jalan yang
ditempuhnya berbeda dengan apa yang dipakai oleh perennialisme, tetapi sesuai
dengan istilah yang dikandungnya, yaitu berusaha membina suatu consensus yang
paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam
kehidupan manusia.
Untuk mencapai tujuan itu, rekonstruksionalisme
berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat
mengatur tata kehidupan dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya. maka
melalui lembaga dan proses pendidikan, rekontruksionalisme ingin merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita pendidikan yang dimaksud diatas, diperlukan adanya kerja
sama semua bangsa-bangsa .para penganut aliran rekontruksionalisme berkeyakinan
bahwa bangsa –bangsa beryakinan bahwa bangsa-bangsa didunia mempunyai hasrat
yang sama untuk menciptakan satu dunia baru, dengan satu kebudayaan baru
dibawah kedaulatan dunia ,dalam pengawasan mayoritas umat manusia .barang kali
pikiran-pikiran rekontruksionalisme inilah yang kemudian yang menjiwai
pandangan pemuka-pemuka dunia.
Rekonstruksionalisme
timbul sebagai akibat dari pengamatan tokoh-tokoh pendidik terhadap masyarakat
Amerika khususnya dan masyarakat barat pada umumnya, yang menjelang tahun tiga
puluhan menjadi kurang menentu. Untuk mengembalikan pada keadaan semula,
hendaknya pendidikan dapat berperan sebagai instrument rekonstruksi masyarakat.
Artinya bahwa, tujuan pendidikan, kurikulum, metode, peranan guru dan peranan
sekolah sebagai lembaga pendidikan itu hendaknya searah dengan situasi dan
kebutuhan masyarakat.
Konsep Dasar Rekonstruksionalisme
ü Program pembaharuan social perlu segera
dilakukan.
ü Masyarakat baru yang mau dibangun adalah
masyarakat yang sungguh-sungguh demokratis.
ü Guru harus meyakinkan para muridnya akan
pentingnya dan mendesaknya usaha-usaha rekonstruksionalisme.
E.
ALIRAN EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme
biasa dikatakan sebagai salah satu reaksi dari sebagian terbesar reaksi
terhadap peradaban manusia yang hampir punah akibat perang dunia dua. dengan
demikian eksestensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang
bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup
asasi yang dimiiki dan dihadapinya.
Sebagian
aliran filsafat, eksistensialisme berbeda
dengan filsafat eksistensi. Paham eksistensialisme secara radikal menghadapkan
manusia pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat eksisitensi adalah benar-benar
sebagai arti katanya yaitu:”filsafat yang menempatkan cara wujud manusia
sebagai tema sentral”[9]
. Maka disini letak kesulitan merumuskan pengertian eksistensialisme sebagai
aliraan filsafat. bahkan para filosof eksistensialis sendiri tidak memperoleh
perumusan yang sama tentang eksistensialisme itu perdefinisi.
Secara
singkat Kierkegaard memberikan pengertianeksisitensiallisme adalah suatu
penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak ,tidak logis atau tidak ilmiah
.eksistensilisme menolak segala bentuk kemutlakan rasional . dengan demikian
aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman dan situasi
sejarah yang ia alami ,dan tidak mau terikat oleh hal-hal yang sifatnya abstrak
serta spekulatif .baginya ,segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi
,keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk
mencapai keyakinan hidupnya.
Atas
dasar pandangannya itu sikap dikalangan kaum eksistensialisme atau penganut
aliran ini sering kali terlihat aneh atau lepas dari norma-norma umum.
Kebebasan untuk freedom to.adalah lebih banyak menjadi ukuran dalam sikap dan
perbuatannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan aliran-aliran filsafat dari
masa kemasa, memberikan kontribusi yang mendalam mengenai pendidikan. Seperti
yang telah kami paparkan diatas, antara
aliran yang satu dengan aliran yang lainnya memiliki pandangan,
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kami sajikan juga pandangan mengenai
aliran-aliran tersebut dalam hal pendidikan yang mereka telaah dari segi
pendidikan filsafat.
Hal ini bisa dijadikan sebagai pedoman dalam kita mengajarkan pendidikan
dengan lebih baik. Karena dalam aliran-aliran tersebut juga dibahas mengenai
metode kita sebagai guru dalam mengembangkan pembelajaran dikelas dan bagaimana
kita bisa membawa murid dalam memahami pelajaran.
B.
Saran
Semoga apa yang
kami sajikan dalam makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Assegaf,Abd.Rachman.2011.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Saebani
Beni Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan Islam.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Thoib,Ismail.2012.Filsafat Pendidikan Islam.
Mataram:LEPPIM.
Yazdi,
Taqi Misbah.2003. Buku Daras Filsafat
Islam.Bandung:Mizan.
Zuhairini,dkk.2004.Filsafat pendidikan Islam.Jakarta:Bumi
Aksara.
[2]
Beni Ahmad Saebani,M,Si Dkk.Ilmu Ahklak (Bandung
:Pustaka Setia,2010).hlm.245.
[3] Theodore Brameld,The Pattern
Of Educational Philosophy,(The Mac,Milan Company,New York,1956).
[4] Dra. Zuhairini dkk, Filsafat
Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara, 2004) ,hlm. 20-24.
[5] Paul Roubicbek,Existentialism
For And Against,(Cambridge University Press,1996).
[6] [6] Dra
Zuhairini,dkk,(Jakarta:Bumi Aksara, 2004) ,hlm. 20-26.
[7]Prof.dr.Abd. Rachman Assegaf, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2011),hlm. 193.
[8] Drs. Smail Thoib,M.Pd, Filsafat
Pendidikan Islam, (Mataram:LEPPIM,2012),hlm.74-78.
[9] Fuad Hasan, Kita dan Kami,
(Jakarta:Bulan BIntang,1974),hlm.7-8.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar