Senin, 19 Maret 2018

makalah aliran-aliaran dalam filsafat LENGKAP



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Aliran-liran filsafat pendidikan dalam praktek terbentuk melalui dua macam proses. Pertama, berasal dari para filosof yang membicarakan implikasi sistempemikiran untuk pendidikan. Aliran-aliran filsafat pendidikan dalam jenis ini biasanya di tentunkan oleh aliran filsafat yang ada, seperti idealism, prealisme, pragtimatisme, penomenologi, eksistensialisme, filsafat analitik. Kedua, berasaldari para ahli pendidikan yang bersifat tentang pendidikan.
Dalam aliran-aliran filsafat pendidikan jenis kedua ini dibicarakan kerangka teoritis  yang melandasipara ahli pendidikan dalam menangani permasalahan-permaslahan pendidikan. As Karena aliran-aliran filsafat pendidikan jenis pertama dalam arti tertentu dan terbatas pada tiga aliran (idealisme, realisme, pragmatisme)  sudah kita bicarakan dalam bab yang lalu, maka dalam bab ini kita akan membicarakan aliran-aliran filsafat pendidikan jenis kedua. Berturut-turut akan kita bicarakan aliran progsessivisme,perenialisme, esenssialisme , dan rekonstruksionalisme.
B.     Rumusan Masalah
1.   Apa saja Aliran-aliran dalam filsafat ?
2.   Bagaimana perkembangan aliran-aliran tersebut ?
C.     Tujuan
1.   Agar kita mengetahui aliran-aliran dalam filsafat
2.   Agar kita bisa memahami  bagaimana perkembangan filsafat dari masa ke masa
3.   Menambah wawasan kita tentang aliran-aliran tersebut.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    ALIRAN PROGRESSIVISME
1.   Pragmatisme Sebagai Akar Progresivisme
Sebagai falsafah pendidikan, progresivisme berkembang dari falsafah pragmatism Charles S. Pierce, William James dan Jhon Dewey. Dalam mendefinisikan pragmatism, Dewey banyak merujuk pada pemikiran William James dan Charles Sander Pierce, disebutnya:[1]Menurut William James, Pragmatisme adalah pola berpikir dan sikap tertentu. Pragmatism juga merupakan teori tentang keadaan ide dan kebenaran. Akhirnya, pragmatism adalah teori tentang realitas. 
Progresivisme muncul di Amerika Serikat tahun 1870 yang di perkenalkan oleh Francis W. Parker. Para reformis yang menamakan diri kaum progressive itu menentang system pendidikan tradisional yang sangat kaku, menuntut disiplin ketat, dan membuat subjekdidik menjadi pasif. Gerakan pembaharuan yang sudah ada sejak akhir abad 19 mendapatkan angin baru pada abad ke 20 dengan munculnya filsafat pragmatism filsuf dan pendidik yang bernama Jhon Dewey berusaha menjalin pendidikan progressive dengan filsafat pragmatisme. Progressivisme berpandangan bahwa kemampuan intelegensi manusia merupakan alat untuk hidup ,kesejahteraan ,dan mengembangkan kepribadian manusia. Menurut penganut aliran ini akhlak manusia bersifat merdeka ,dapat dikembangkan terus –menerus sepanjang memiliki tingkat kecerdasan berinteraksi dan mengadopsi berbagai gejala alamiah dan lingkungan sekitarnya. Manusia akan terus maju ,tumbuh dan berkembang lebih beradab dan memiliki kebudayaan yang lebih memungkinkan untuk mencapai tujuan utama dalam hidupnya.[2]
Biasanya aliran progressivisme ini  dihubungkan dengan pandangan hidup liberal “the liberal road to culture”[3] yang dimaksud dengan ini ialah pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan ,tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), curious (ingin mengetahui ,ingin menyelidiki),toleran  dan open minded (mempunyai hati yang terbuka).
2.   Sifat –sifat aliran progressivisme
Sifat – sifat umum aliran progressivisme dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok,yaitu:
·      sifat –sifat negatif
·      sifat –sifat positif
Sifat itu dikatakan negatif dalam arti bahwa ,progressivisme menolak otoritarisme dan absolutisme dalam segala bentuk,seperti misalnya terdapat dalam agama ,politik ,etika dan epistemology. Positif  dalam arti ,bahwa progressivisme menaruh kepercayaan terhadap [4]kekuatan alamiah dari manusia ,kekuatan –kekuatan  yang diwarisi oleh manusia  dari alam sejak lahir –mans natural  powers.terutama yang dimaksud ialah kekuatan-keutan manusia untuk terus menerus  melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan  takhayyul  yang timbul dari lingkungan hidup yang selamanya mengancam.
Istilah filsafat yang biasanya dipakai untuk menggambarkan pandangan hidup yang demikian di sebut pragmatisme.dalam lapangan pendidikan lebih lazim dipakai istilah-istilah “instrumentalisme “dan experimentalisme “ dalam arti terbatas pragmatisme dalam suatu teori piker.menurut john dewey pragmatism ialah :”the rule of referring all thinking …….to consequences for final meaning and test”16 untuk mengetahui apakah pikir benar ,perlu dilihat hasil pikiran itu .jika pikiran itu berhasil ,mempunyai arti bagi sipemikir ,maka pikiran itu benar.ini berarti pragmatisme ,dipakai dalam arti yang lebih luas ,mrnurut dewey .akan tetapi lazim juga istilah pragmatism yaitu meliputi sekelompok keyakinan-keyakinan filsafat mengenai alam dan manusia.
Progressivisme yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan–kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya dengan alam. sanggup meresapi rahasia-rahasia alam ,sanggup mengusai alam .akan tetapi disamping keyakinan-keyakinan ini ada juga kesangsian.dapatkah manusia menggunakan kecakapannya dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam,juga dalam ilmu pengetahuan sosial ? dalam masyarakat manusia? dalam hubungannya dengan sesama manusia? pragmatisme(dan progressivisme) yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan itu,akan tetapi apakah dapat belajar bagaimana mempergunakan kesanggupan itu dalam hal disini timbul sedikit kesangsian .tetapi meskipundemikian progressivisme tetap bersikap optimis ,tetap percaya bahwa manusia dapat menguasai seluruh lingkungannya,lingkungan alam dan lingkungan social.
Maka tugas pendidikan menurut pragmatisme, ialah meneliti sejelas-jelasnya kesanggupan-kesanggupan manusia itu dan menguji kesanggupan-kesanggupan itu dalam pekerjaan praktis. Yang di maksud disini ialah, bahwa manusia hendaknya memperkerjakan ide-ide atau pikiran-pikirannya. Manusia tidak hendaknya berpikir hanya untuk kesenangan berpikir saja, manusia hendaknya berpikir untuk berbuat. Pragmatisme menolak “pure intellectualisme”. Bagi pragmatisme, jiwa dan pikiran manusia di pakai menghadapi tugas hidup yang maha besar. Pragmatisme menolak pendapat, bahwa manusia itu tidak berdaya; bahwa manusia hanya dapat menyerah saja kepada kekuatan-kekuatan dalam lingkungannya. Pragmatisme berpendapat, bahwa pendidikan adalah alat kebudayaan yang paling baik. Bahwa pendidikan sebagi alat, manusia dapat menjadi” the masters, not the slaves. Of social as well as other kinds of natural change.[5]
3.   Perkembangan aliran progressivisme
Meskipun pragmatisme-progressivisme sebagai aliran pikiran baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke -19, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh kebelakang sampai pada zaman yunani purba. Minsalnya Heraclitus( ±544- ±484), Socrates ( 469-399), Protagoras (480-410), dan Aristoteles mengemukakan pendapat yang dapat ditangkap sebagai unsure-unsur yang ikut menyebabkan terjadinya sikap jiwa yang disebut pragmatisme-progressivisme. Heraclitus mengemukakan, bahwa sifat yang terutama dari realita ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap di dunia ini, semuanya berubah-ubah, kecuali asas perubahan itu sendiri. Socrates berusaha mempersatukan epistemologi dengan axiologi. Ia mengajarkan bahwa pengetahuan adalah kunci untuk kebajikan. Yang baik dapat dipelajari dengan kekuatan intelek, dan pengetahuan yang baik menjadi pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan (perbuatan yang baik). Ia percaya bahwa manusia sanggup melakukan yang baik. Protagoras seorang sophis, mengajarkan bahwa kebenaran dan norma atau nilai (value) tidak bersifat mutlak, melainkan relative, yaitu bergantung kepada waktu dan tempat. Aristoteles menyarankan moderasi dan kompromi (jalan tengah bukan jalan ekstrim) dalam kehidupan.
Dalam asas modern sejak abad ke 16 Francis Bacon, John Locke, dapat disebut sebagai penyumbang-penyumbang pikiran dalam prosesterjadinya aliran pragmatisme-progressivisme. Francis Bacon memberikan sumbangan dengan usahanya untuk memperbaiki dan memperhalus motode experimental (metode ilmiah dalam pengetahuan alam). Locke dengan ajarannya kebebasan politik.
Dalam abad ke 19 dan ke 20 ini tokoh-tokoh pragmatisme terutama terdapat di Amerika Serikat. Thomas Jefferson memberikan sumbangan pada pragmatisme karna kepercayaan mereka akan demokrasi dan penolakan terhadap sikap yang dogmatis, terutama dalam agama.

4.   Konsep Dasar Progresivisme
Seperti yang dirumuskan oleh George F. Kneller prinsip-prinsip dasar progresivisme dapat dirincikan menjadi enam yaitu:
v   Pendidikan harus lebih aktif dan berkaitan dengan minat anak.
v   Belajar melalui pemecahan masalah mesti menggantikan cara belajar yang menekankan penerimaan bahan jadi.
v   Pendidikan harus hidup sendiri dan bukan hanya suatu persiapan untuk hidup.
v   Peranan guru lebih sebagai pendamping dan penasehat daripada sebagai penentu pokok.
v   Sekolah harus mendorong adanya kerjasama diantara murid-murid dan bukan persaingan.
v   Hanya demokrasi memungkinkan dan mendorong adanya percaturan bebas gagasan dan percaturan macam-macam pribadi yang merupakan syarat penting untuk pertumbuhan.
B.     ALIRAN ESENSIALISME
Esensialisme barasal dari kata latin ‘essentia’ yang berarti hal yang pokok / hakiki. Aliran ini merupakan reaksi terhadap progresivisme yang terlalu menekankan pada metode belajar melalui pemecahan masalah dan aktivitas sendiri para siswa/mahasiswa untuk mengikuti minat dan kebutuhan mereka. 
Esensialisme muncul pada zaman Renaissans, dengan ciri-ciri utamanya yang berbeda dengan progressivisme. Bagi esensialisme, pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah dan kurang terarah. Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama,sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
Esensialisme didasari atas pandangan humanism yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah pada ada keduniawiaan,serba ilmiah dan materialistic.Selain itu juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham penganut aliran idealisme dan realisme. Imam Barnadib (1981) menyebutkan beberapa tokoh utama yang berperang dalam penyebaran aliran esensialisme,yaitu :
-          Desiderius Erasmus, humannis belanda yang hidup pada ahir abad 15 dan permulaan abad 16,yang merupakan tokoh pertama yang menolak pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanitistis dan bersifat internasional,sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan aristocrat.
-          Johan Amos Comenius yang hidup diseputar tahun 1592-1670,adalah seorang yang memiliki pandangan realis dan dogmatis .comenius berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai denan kehendak tuhan,karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.[6]
-          John Locke ,tokoh dari inggris yang hidup pada tahun 1632-1704 sebagai pemikir dunia berpendapat bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi .locke mempunyai sekolah kerja untuk anak-anak miskin.
-          Johann Hendrich Pestalozzi,sebagai seorang tokoh yang berpandangan naturalistis yang hidup pada tahun 1746-1827. Pestalozzi mempunyai kepercayaan bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia ,sehingga pada diri manusia terdaoat kemampun-kemampuan wajarnya.selain itu ia mwmpunyai keyakinan bahwa manusia juga mempunyai hubungan trasendental langsung dengan tuhan.
-          Johann Friederich Frobel (1782-1852) sebagai tokoh yang berpandangan kosmis sintetis dengan keyakinannya bahwa manusia adalah mahkluk ciptaan tuhan yang merupakan bagian dari alam ini sehingga manusia tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam .terhadap pendidikan Frobel memandang anak sebagai mahkluk yang berekspresi kreatif yang dalam tingkah lakunya akan Nampak adanya kualitas metafisis karena tugas pendidikan adalah memimpin anak didik kearah kesadaran diri sendiri yang murni ,selaras dengan fitrah kejadiannya.
-          Johan Friederich Herbert yang hidup pada tahun 1776 -1841 ,sebagai salah seorang murid Immanuel kant yan berpandangan kritis, Herbert berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang mutlak. Tujuan pendidikan oleh Herbert “pengajaran yang mendidik”.
Tujuan aliran esensialisme adalah membentuk pribadi  bahagia didunia dan diakhirat .isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan ,kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.
1)      Konsep dasar esensialisme
Terdapat beberapa prinsip asasiah yang menjadi asumsi dalam aliran esensialisme ,yaitu:
v  kegiatan belajar pada dasarnya menuntut kerja keras dan latihan yang kadang  membosankan.
v  Inisiatif pokok dalam pendidikan tidak terletak pada murid tetapi guru
v  Inti proses pendidikan adalah dikuasainya bahan yang sebelumnya sudah ditetapkan.
v  Sekolah harus mempertahankan metode tradisional yang menekankan disiplin mental
2)       Kritik atas Esensialisme
Sudah menjadi pemahaman umum bahwa tidak ada sesuatupun yang sempurna.demikian halnya dengan esensialisme .terdaapat beberapa asumsi yang menjadi titik kritik dari aliran esensialisme. Pertama terlalu terlalu statis .kritik pertama yang sering dilontarkan terhadap aliran esensialisme adalah bahwa aliran terlalu statis dan kurang sesuai dengan situasi zaman yang selalu berubah dengan cepat ini.
Aliran ini terlalu menekankan pentingnya ilmu-ilmu eksak(fisika.biologi,kimia) dan kurang begitu menghargai ilmu-ilmu social, seperti sosiologi ,ekonomi.antropologi, dan sejarah. Kedua kurang merangsang inisiatif intelektual anak didik .Esensialisme dianggap kurang merangsang inisiatif intelektual anak didik .dalam sisitem pendidikan  esensialisme ,anak didik tidak berpikir sendiri sejak awal  masa belajar mereka ,melainkan hanya dilatih untuk menerapkan yang sudah ditentukan dan diatur oleh gurunya .kebiasaan untuk mengikuti saja perintah guru damn menyerap bahan yang sudah ditetapkan ,cendrung membuat anak didik pasif dan tidak berlatih mandiri .anak didik tidak terlatih untuk berpikir kritis dan kreatif yang diperlukan dalam hidup ditengah masyarakat.
C.    ALIRAN PERENNIALISME
Istilah “perennialisme” berasal dari kata latin “perennis”yang berarti “abadi” atau “kekal” .aliran filsafat pendidikan yang disebut progressivisme berpendapat bahwa prinsip-prinsip dasar pendidikan itu bersifat abadi atau tetap tak berubah sepanjang zaman.aliran ini mendapat dukungan baik dari kaum realis maupun kaum idealis yang mempertahankan pentingnya prinsip-prinsip dasar pendidikan yang berlaku mutlak mengatasi batas-batas ruang dan waktu.bagi mereka realitas sejati itu pada dasarnya [7]tetap tak berubah .kodrat maanusia pada hakikatnya tetaap ,demikian juga apa yang disebut kebenaran dan kebaikan.apa yang disebut benar dan baik akan tetap baik. Entah dimana dan kapan saja .atas dasar prinsip seperti ini,maka pendidikan pun mesti mengacu pada prinsip ini, maka pendidikan pun mesti mengacu pada prinsip-prinsip yang bersifat abadi.7
1.   Konsep Dasar Perenialisme[8]
·      Kita semua itu sama, maka seharusnya pendidikan itu sama untuk semua orang.
·      Manusia itu bebas, tidak terdeteminasikan.
·      Pendidikan bertugas menyelaraskan manusia dengan tuntutan kebenaran yang bersifat tetap dan bukan dengan keadaan dunia yang dewasa ini yang senantiasa berubah.
·      Pendidikan bukanlah suatu tiruan hidup ditengah masyarakat, tetapi suatu persiapan untuk hidup ditengah masyarakat.
·      Peserta didik perlu dididik untuk mengetahui bidang-bidang pokok tertentu yang akan mengenalkan mereka pada hal-hal yang bersifat tetap.
·      Pendidikan harus memperkenalkan siswa/mahasiswa dengan apa yang menjadi cita-cita dan keprihatinan umat manusia pada umumnya sebagaimana terungkap dalam karya-karya sastra klasik, filsafat, sejarah dan sains. 
D.    ALIRAN REKONSTRUKSIONALISME
Nama rekontruksiolisme berasal dari kata latin ‘recontruktio’ yang berarti ‘penataan kembali’.rekontruksionalisme merupakan mazhab   filsafat pendidikan yang menyatakan bahwa tujuan pokok pendidikan adalah untuk menata kembali msyarakat agar bisa memenuhi tuntutan perubahan zaman yang terus menerus terjadi.
        Pada dasarnya aliran rekonstruksionalisme adalah sepaham dengan aliran perennialisme dalam hendak mengatasi krisis kehidupan modern. hanya saja jalan yang ditempuhnya berbeda dengan apa yang dipakai oleh perennialisme, tetapi sesuai dengan istilah yang dikandungnya, yaitu berusaha membina suatu consensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
      Untuk mencapai tujuan itu, rekonstruksionalisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya. maka melalui lembaga dan proses pendidikan, rekontruksionalisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
      Dalam rangka mewujudkan cita-cita pendidikan  yang dimaksud diatas, diperlukan adanya kerja sama semua bangsa-bangsa .para penganut aliran rekontruksionalisme berkeyakinan bahwa bangsa –bangsa beryakinan bahwa bangsa-bangsa didunia mempunyai hasrat yang sama untuk menciptakan satu dunia baru, dengan satu kebudayaan baru dibawah kedaulatan dunia ,dalam pengawasan mayoritas umat manusia .barang kali pikiran-pikiran rekontruksionalisme inilah yang kemudian yang menjiwai pandangan pemuka-pemuka dunia.
Rekonstruksionalisme timbul sebagai akibat dari pengamatan tokoh-tokoh pendidik terhadap masyarakat Amerika khususnya dan masyarakat barat pada umumnya, yang menjelang tahun tiga puluhan menjadi kurang menentu. Untuk mengembalikan pada keadaan semula, hendaknya pendidikan dapat berperan sebagai instrument rekonstruksi masyarakat. Artinya bahwa, tujuan pendidikan, kurikulum, metode, peranan guru dan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan itu hendaknya searah dengan situasi dan kebutuhan masyarakat.
Konsep Dasar Rekonstruksionalisme
ü  Program pembaharuan social perlu segera dilakukan.
ü  Masyarakat baru yang mau dibangun adalah masyarakat yang sungguh-sungguh demokratis.
ü  Guru harus meyakinkan para muridnya akan pentingnya dan mendesaknya usaha-usaha rekonstruksionalisme.



E.     ALIRAN EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme biasa dikatakan sebagai salah satu reaksi dari sebagian terbesar reaksi terhadap peradaban manusia yang hampir punah akibat perang dunia dua. dengan demikian eksestensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiiki dan dihadapinya.
Sebagian aliran filsafat, eksistensialisme  berbeda dengan filsafat eksistensi. Paham eksistensialisme secara radikal menghadapkan manusia pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat eksisitensi adalah benar-benar sebagai arti katanya yaitu:”filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral”[9] . Maka disini letak kesulitan merumuskan pengertian eksistensialisme sebagai aliraan filsafat. bahkan para filosof eksistensialis sendiri tidak memperoleh perumusan yang sama tentang eksistensialisme itu perdefinisi.
Secara singkat Kierkegaard memberikan pengertianeksisitensiallisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak ,tidak logis atau tidak ilmiah .eksistensilisme menolak segala bentuk kemutlakan rasional . dengan demikian aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman dan situasi sejarah yang ia alami ,dan tidak mau terikat oleh hal-hal yang sifatnya abstrak serta spekulatif .baginya ,segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi ,keyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasan jalan untuk mencapai keyakinan hidupnya.
Atas dasar pandangannya itu sikap dikalangan kaum eksistensialisme atau penganut aliran ini sering kali terlihat aneh atau lepas dari norma-norma umum. Kebebasan untuk freedom to.adalah lebih banyak menjadi ukuran dalam sikap dan perbuatannya.
     


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perkembangan aliran-aliran filsafat dari masa kemasa, memberikan kontribusi yang mendalam mengenai pendidikan. Seperti yang telah kami paparkan diatas, antara  aliran yang satu dengan aliran yang lainnya memiliki pandangan, kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kami sajikan juga pandangan mengenai aliran-aliran tersebut dalam hal pendidikan yang mereka telaah dari segi pendidikan filsafat.
  Hal ini bisa dijadikan sebagai pedoman dalam kita mengajarkan pendidikan dengan lebih baik. Karena dalam aliran-aliran tersebut juga dibahas mengenai metode kita sebagai guru dalam mengembangkan pembelajaran dikelas dan bagaimana kita bisa membawa murid dalam memahami pelajaran. 

B.     Saran
Semoga apa yang kami sajikan dalam makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.  












DAFTAR PUSTAKA

 Assegaf,Abd.Rachman.2011.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Saebani Beni Ahmad. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Thoib,Ismail.2012.Filsafat Pendidikan Islam. Mataram:LEPPIM.
Yazdi, Taqi Misbah.2003. Buku Daras Filsafat Islam.Bandung:Mizan.
Zuhairini,dkk.2004.Filsafat pendidikan Islam.Jakarta:Bumi Aksara.



[1] Jhon Dewey,Essays in Mental Logic, (New York:Dover Publication,Inca;1916),hlm.303.
[2] Beni Ahmad Saebani,M,Si Dkk.Ilmu Ahklak (Bandung :Pustaka Setia,2010).hlm.245.

[3] Theodore Brameld,The Pattern Of Educational Philosophy,(The Mac,Milan Company,New York,1956).
[4] Dra. Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara, 2004) ,hlm. 20-24.
[5] Paul Roubicbek,Existentialism For And Against,(Cambridge University Press,1996).

[6] [6] Dra Zuhairini,dkk,(Jakarta:Bumi Aksara, 2004) ,hlm. 20-26.
[7]Prof.dr.Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2011),hlm. 193.
[8] Drs. Smail Thoib,M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam, (Mataram:LEPPIM,2012),hlm.74-78.
[9] Fuad Hasan, Kita dan Kami, (Jakarta:Bulan BIntang,1974),hlm.7-8.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar