Senin, 19 Maret 2018

makalah akhlak mahmudah, muruah



A.    PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Akhlak adalah berkaitan dengan akhlaq berasal dari  kata khuluq yang berarti agama, Al-Faruzzabadi berkata, ketahuilah  agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa yangg memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan di atas empat landasan akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan. Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Untuk itu sudah seharusnya kita sebagai mahluk yang sempurna dari mahluk yang lainnya untuk berakhlak yang mulia karena kita diberikan akal pikiran, jangan sampai kita mahluk yang sempurna lebih buruk akhlak nya kita dari mahluk yang lain, kita harus mengikiti jujungan kita nabi muhammad saw, yang paling mulia akhlak nya di seluruh alam ini. Maka, dalam makalah ini kami berusaha untuk menyajikan seluk beluk dan semua asfek yang berkaitan dengan akhlak yang baik dan ahklak yang buruk, dengan harapan bisa di jadiakan sebagai rujukan untuk lebih memahami tentang akhlak itu sendiri yang selanjutnya bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2.    Rumusan Masalah
a.    Apakah pengertian akhlak mahmudah.
b.    Apakah pengertian muru’ah
c.    Apakah pengertian hurri’yah
3.    Tujuan
a.       Menjelaskan pengertian akhlak mahmudah
b.      Memaparkan pengertian muru’ah
c.       Menjelaskan pengertian hurri’yah


B.     PEMBAHASAN
1.      Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah terdiri dari dua kata yakni akhlak dan mahmudah. Pngertian akhlak daya jiwa yang dapat membangkitkan perilaku, kehendak dan perbuatan baik dan buruk, indah dan jelek, yang secara alami dapat diterima melalui pendidikan. Secara kebahasaan kata al-mahmudah digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan yang disukai oleh allah. Dengan demikian mahmudah lebih menunjukkan kepada kebaikan yang bersifat batin dan spritual. Hal ini misal dinyatakan oleh al-Qur’an surah al-isra’ ayat 79:
z`ÏBur È@ø©9$# ô¤fygtFsù ¾ÏmÎ/ \'s#Ïù$tR y7©9 #Ó|¤tã br& y7sWyèö7tƒ y7/u $YB$s)tB #YŠqßJøt¤C ÇÐÒÈ  
Artinya :
dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji. (Qs. al-isra’ ayat 79)
akhlak mahmudah pada prinsipnya merupakan daya jiwa seseorang yang mempengaruhi perbuatannya sehingga sehingga menjadi perilaku utama, benar,cinta kebajikan, suka berbuat baik, sehingga menjadi watak peribadinya dan mudah baginya melakukan sebuah itu tanpa ada paksaan.[1]
2.      Muru’ah
Muruah adalah kata sifat yang di ambil dari kata benda “mar’u” yang berarti manusia atau orang. Muru’ah pada mulanya berarti sifat yang dimiliki oleh manusia. sifat tersebut y ang membedakan manusia dari hewan dan mahluk lain pada umumnya. Istilah ini dipakai dalam agama islam dalam pengertian mengaplikasikan akhlak yang terpuji dalam segala aspek kehidupan serta menjauhkan akhlak yang tercela sehingga seseorang senantiasa hidup sebagai orang yang terhormat dan penuh kewibawaan.[2]
Menurut beberapa tokoh pengertian muru’ah yaitu:
Imam mawardi salah seorang tokoh mazhab syafi’i menurutnya muru’ah adalah: menjaga kepribadian atau akhlak yang paling utama sehingga tidak kel ihatan pada diri seseorang sesuatu yang buruk atau hina.
Mausu’ah fiqh al-qulub muru’ah adalah: mengerjakan segenap akhlak baik dan menjauhi segenap akhlak buruk. Menerapkan semua hal yang akan menghiasi dan memperindah kepribadian, serta meninggalkan semua yang akan mengotori dan menodainya. Definisi ini mengisyaratkan bahwa semua akhlak mulia bisa tertampung didalamnya, sehingga cakupan muru’ah pun menjadi sangat luas.
Abdullah al-Anshari al-harawi tokoh seorang mazhab hambali, mengatakan, orang dikatakan memiliki muru’ah apabila akalnya dapat mengendalikan syahwat. Dari itu, al harawi menyimpulkan bahwa muru’ah ialah mengaplikasikan akhlak yang terpuji dan menjauhi akhlak yang tercela dan hina.  
Ibnu qayim al-jauziah mengatakan bahwa muru’ah berlaku pada perkataan, perbuatan, dan niat setiap orang. Orang yang dapat memelihara perkataan, perbuatan dan niatnya, sehingga senantiasa berjalan sesuai dengan tuntunan agama, disebut orang memiliki muru’ah.
Al-Mawardi memandang bahwa sikap muru’ah merupakan perhiasa peribadi seorang muslim, menjadi bukti keutamaan budi pekerti dan menjadi tanda kemuliannya. Al mawardi melihat ada dua hal yang mendorong terlaksananya sikap muru’ah pada dirinya seorang yaitu:
1)      Orang tersebut memiliki ketinggian cita-cita
2)      Orang tersebut memiliki kemulian jiwa.[3]
a.       Hakikat muru’ah
Hakikat muru’ah adalah jika engkau membenci dua penyeru yang pertama dan memenuhi penyeru ketiga. Kemanusian keperwiraan dan kejantanan terjadi karena mengingkari dua penyeru yang pertama dan memenuhi penyeru yang ketiga. Sebagian salaf berkata allah menciptakan para malaikat yang mempunyai akal dan tidak mempunyai  syahwat, menciptakan hewan yang mempunyai syahwat dan tidak mempunyai akal, dan menciptakan manusia yang didalam dirinya ada akal dan syahwat. Siapa yang akalnya dapat mengalahkan syahwatnya, maka dia termasuk golongan malaikat, dan siapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya, maka dia termasuk golongan binatang. Para puqaha berkata tentang pembatasan muru’ah, maksudnya adalahx pemakian suatu yang membaguskan hamba dan meninggalkan apa yang mengotori dan memperburuk dirinya. Ada pula yang mengatakan bahwa muru’ah adalah menerapkan setiap akhlak yang buruk. Hakikat muru’ah adalah menghindari hal-hal yang rendah dan hina, baik perkataan, perbuatan maupun akhlak.
b.      Macam-macam muru’ah
1)      muru’ah lisan yaitu  berupa perkataan yang manis, baik lembut yang dapat memudahkan untuk meraih hasil.
2)      Muru’ah akhlak yaitu kelapangannya dalam menghadapi orang yang dicintai dan orang yang dibenci.
3)      Muru’ah harta ialah ketepatan penggunanya untuk hal-hal yang terpuji, baik dalam pandangan akal, tradisi maupun syariat.
4)      Muru’ah kedudukan ialah menggunakan kedudukan untuk seorang yang memerlukan.
c.       Dalil-dalil tentang muru’ah
Islam mengajarkan muru’ah kepada setiap pemeluknya, hal ini terlihat dari dalil-dali     l dalam al-Qur’an:
ö@è% $yJ¯RÎ) tP§ym }În/u |·Ïmºuqxÿø9$# $tB tygsß $pk÷]ÏB $tBur z`sÜt/ zNøOM}$#ur zÓøöt7ø9$#ur ÎŽötóÎ/ Èd,yÛø9$# br&ur (#qä.ÎŽô³è@ «!$$Î/ $tB óOs9 öAÍit\ム¾ÏmÎ/ $YZ»sÜù=ß br&ur (#qä9qà)s? n?tã «!$# $tB Ÿw tbqçHs>÷ès? ÇÌÌÈ    
Artinya:
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.(Qs. Surah ala’raf ayat 33).
Ÿwur (#qãZÎgs? Ÿwur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ  
Artinya:
janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.(Qs. Ali imran ayat 139).
$¨Br&ur ô`tB t$%s{ tP$s)tB ¾ÏmÎn/u ygtRur }§øÿ¨Z9$# Ç`tã 3uqolù;$# ÇÍÉÈ   ¨bÎ*sù sp¨Ypgø:$# }Ïd 3urù'yJø9$# ÇÍÊÈ  
Artinya:
 dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (Qs. Annaziat ayat 40-41)[4]

d.      Derajat-derajat muru’ah
a.   Muru’ah terhadap allah SWT.
Yaitu merasa malu terhadap allah swt sehingga seseorang senantiasa berup  aya melakukan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya
b.   Muru’ah terhadap diri sendiri,
yaitu mempertahankan dan melaksanakan akhlak yang mulia menjauhi akhlak yang rendah dan tercela, kendatipun hanya diketahui oleh diri sendiri sehingga hal demikian menjadi milik pribadinya ketika bergaul dalam masyarakat. Misalnya, orang yang tetap menutup auratnya sekalipun mereka ditempat sepi.
c.   Muru’ah terhadap sesama mahluk.
Yaitu senantiasa berakhlak luhur dan menjauhi akhlak yang tercela ditengah khlayak ramai, sanggup menahan diri terhadap sesuatu yang tidak disenangi dan dapat memetik manfaat dari suatu keburukan yang timbul ditengah masyarakat.
e.       Penerapan hak dan kewajiban terhadap sifat muru’ah
Sikap muru’ah tidak terlepas dari penerapan, pemeliharaan hak dan kewajiban, baik berupa hak allah swt (huquq allah), hak manusia (huquq al-ibad), maupun hak bersama antara allah swt dan manusia (huquq al-musytarakah).
1)  Hak Allah Swt.
Berupa hubungan manusia denga allah dalam upaya mengagungkannya dan menegakkan syiarnya, sebagaimana sholat, puasa, haji, zakat, dan amal ma’ruf nahi mungkar ataupun mewujudkan manfaat umum yang dapat dirasakan oleh masyarakat banyak.  Contoh penegakan hukum dan pemeliharaan kesejahteraan umum (masyarakat) pelaksanaan hak-hak allah itu merupakan kewajiban bagi manusia.
2)  Hak manusia.
berupa pemeliharaan kemaslahatan seseorang, baik dalam bentuk umum. Seperti memelihara kesehatan, anak, harta, dan lain-lain. Hak ibu dalam mengasuh anak, hak bapak dalam menjadi wali.
3)  Hak bersama antara allah swt dan manusia.
berupa hak yang di satu sisi dapat di pandang sebagai hak manusia, karena menyangkut pemeliharaan kemaslahatan seseorang (individu). Sebagai contoh : hak Allah SWT di tempatkan pada hak manusia atau sebaliknya . seperti, hak wali memaafkan seseorang dalam hukum qisas ( pembunuhan). Di sini sebenarnya, terdapat hak Allah SWT yaitu terpeliharanya masyarakat dari kejahatan. Tetapi disisi lain terdapat pula hak wali (manusia) yaitu memaafkan orang yang membunuh orang yang berada dibawah perwaliannya. Dalam hal ini, ulama fiqih menetapkan bahwa hak manusia lebih dominan dari pada hak Allah didalam kasus tersebut. Untuk itu seorang wali di beri hak untuk memaafkan orang yang membunuh orang yang berada dibawah perwaliannya. Memelihara hak-hak tersebut sesuai dengan posisinya merupakan kewajiban setiap muslim untuk menegakannya dimanapun dia berada.
f.       Pilar-pilar Muru’ah
Muru’ah itu mempunyai empat pilar, yaitu berhak baik, dermawan, rendah hati, dan tekun beribadah, ‘’ (sunan al-Baihaqi, no 21333). Bila kita renungkan, ternyata keempat pilar tersebut menopang banyak sekali akhlak-akhlak mulia yang lain, sekaligus menyingkirkan akhlak-akhlak buruk.
1)  Memiliki tindak tanduk dan kebiasaan yang baik.
Tanpanya seorang tidak pantas menyandang sifat muru’ah, sebab seluruh bagian yang lain akan kehilangan induk. Karena kebaikan dan keburukan itu selalu menarik  akhlak sejenisnya untuk datang, sebagaimana dikatakan urwah bin az-zubair (ulama’ tabi’in), bila engkau melihat seorang melakukan kebaikan, ketahuilah bahwa kebaikan itu memiliki saudara-saudara pada diri orang tersebut. Bila engkau melihat seorang melakukan keburukan, ketahuilah bahwa keburukan itu mempunyai saudara-saudara pada diri orang tersebut. Karena sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan saudaranya, dan demikian pula keburukan itu menunjukkan  saudaranya, (riwayat abu nu’aim dalam al-hilyah).
2)  Kedermawanan.
sesungguhnya merupakan reflesi dari itsar (mengutamakan orang lain), futuwwah (murah hati), tidak cinta dunia, saling menolong dalam kebajikan dan takwa, mendatangkan kegembiraan kepada  sesama, menurut al-Qur’an manusia sebenarnya cendrung enggan melepaskan haknya kepada orang lain, pelit, dan lebih senang  jika diberi. Sebagaimana firman allah swt.
 ÏNuŽÅØômé&ur Ú[àÿRF{$# £x±9$# 4 bÎ)ur (#qãZÅ¡ósè? (#qà)­Gs?ur  cÎ*sù ©!$# šc%x. $yJÎ/ šcqè=yJ÷ès? #ZŽÎ6yz ÇÊËÑÈ  
Artinya:
manusia itu menurut tabiatnya kikir dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Annisa ayat 128).
Nusyuz: Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. nusyuz dari pihak suami ialah bersikap keras terhadap isterinya; tidak mau menggaulinya dan tidak mau memberikan haknya.Seperti isteri bersedia beberapa haknya dikurangi Asal suaminya mau baik kembali.Maksudnya: tabi'at manusia itu tidak mau melepaskan sebahagian haknya kepada orang lain dengan seikhlas hatinya, Kendatipun demikian jika isteri melepaskan sebahagian hak-haknya, Maka boleh suami menerimanya.
3)  Rendah hati (tawadhu’).
Kita bisa memahami betapa hebatnya akhlak ini dengan merenungkan kisah adam, maliakat, dan iblis sebagaimana yang disebut dalam Al-Qur’an sungguh kesombongan lah yang membuat iblis menolak bersujud kepada adam. Ia merasa lebih baik dan lebih mulia, sehingga tidak mau menghormati adam. Allah pun murka kepada iblis, melaknatnya, dan mengusirnya dari surga. Sebaliknya, dengan rendah hati para malaikat serta merta  bersujud. Ketawadu’an akan menyamai amal-amal shalih, sebagaimana kesombongan pasti memebuahkan aneka dosa dan maksiat. Di balik ketawadhu’an seseorang, ketika sikap ini benar tulus dan bukan topeng palsu, sebenarnya bersemayam banyak akhlak dan adab yang lain, seperti muhasabah (intropeksi diri), gemar berlomba dalam kebaikan, tidak mencari-cari aib orang lain, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda.
4)  Tekun beribadah.
Bagian ini menyiratkan dua hal sekaligus. Pertama, tidak ada keshalihan hakiki yang tidak disertai dengan kedekatan kepada allah, apa lagi tanpa iman. Walaupun seseorang telah menyempurnakan 3 pilar muru’ah yang lain, jika dia malas beribadah, maka kebaikan-kebaikannya rawan tercemari oleh motif-motif yang salah, sehingga sia. Dengan ibadahlah maka hati seseorang akan lebih terjaga.
3. Hurriyah
a.    Pengertian hurriyah
Hurriyah adalah konsep yang memandang semua manusia pada hakekatnya hanyalah hamba allah saja, sama sekali bukan hamba sesama manusia. berakar dari konsep ini, maka manusia dalam pandangan islam mempunyai kemerdekaan dalam memilih profesi, dalam memilih wilayah hidup bahkan dalam menentukan pilihan agama pun tidak dapat dipaksa, sebagai mana firman allah dalam surah Al Baqarah ayat 256.     
Iw on#tø.Î) Îû ÈûïÏe$!$# ( s% tû¨üt6¨? ßô©9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$# 4 `y Jsù ö àÿõ3tƒ ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãƒur «!$$Î/ Ïs)sù y7|¡ôJtGó$# Íouróãèø9$$Î/ 4s+øOâqø9$#  Ÿw tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3 ª!$#ur ììÏÿxœ îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ  

Artinya :
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama isalam: sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada tgaghut dan beriman kepada allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak putus. Dan allah maha mendengar lagi maha mengetahui. ( Qs. Al-Baqarah 156).
Dalam surah yunus ayat ke 99.
öqs9ur uä!$x© y7/u z`tBUy `tB Îû ÇÚöF{$#  öNßg=à2 $·èŠÏHsd 4 |MRr'sùr& çn̍õ3è? }¨$¨Z9$# 4Ó®Lym (#qçRqä3tƒ šúüÏZÏB÷sãB ÇÒÒÈ     
                         Artinya:
dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (Qs.surah yunus ayat 99).
b.    Hakikat hurriyah
Islam sangat menghormati dan memuliakan manusia dengan memberikan kebebasan sepenuhnya  untuk memilih, dalam semua aspek kehidupan tanpa terkecuali. Islam mengharamkan pemaksaan seseorang untuk mengikuti ajarannya meskipun yang disampaikannya adalah kebenaran yang tidak diragukan. Karena pemaksaan merupakan pelanggaran atas kemerdekaan manusia dan kehormatanya, disamping tidak ada gunanya orang tidak gunanya orang mengikuti dengan paksaan.
Ada banyak firman allah swt. Tentang kemerdekaan atau kebebasan seorang manusia dalam menjalani kehidupan ini. Mereka diberikan pilihan sepenuhnya untuk memilih, jalan manakah yang akan meraka tempuh: baik atau buruk, benar atau salah. Diantaranya firman allah swt.
È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ  
Artinya: 
dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. ( Qs. Surah taubah 105).
çm»oY÷ƒyydur ÈûøïyôÚ¨Z9$# ÇÊÉÈ   Ÿxsù zNystFø%$# spt7s)yèø9$# ÇÊÊÈ  
Artinya:
dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
tetapi Di a tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.(Qs. Surah Al-Balad 10-11).
Hakikat kemerdekaan dalam islam adalah terbebasnya manusia dari segala bentuk ketergantungan dan belenggu kepada selain allah SWT. Nilai-nilai seperti ini dikenal dalam islam kemurnian tauhid. Ketika hakikat kemerdekaan adalah tauhid, maka untuk menilai sejauh mana seseorang, masyarakat atau suatu negara telah merdeka, harus dilihat sejauh mana mereka masih diperbudak oleh aturan, norma, adat istiadat yang bukan dari allah, tetapi dari bangsa asing, pemimpin diktator atau oleh hawa nafsu mereka sendiri.
c.    Macam-macam hurriyah
Menurut M. Tholhah hasan kurang lebih ada enam macam konsep kemerdekaan dalam islam yaitu:
1.    Kemerdekaan dalam beragama
2.    Kemerdekaan dalam berumah tangga
3.    Kemerdekaan melindungi islam
4.    Kemerdekaan berfikir dan berbicara
5.    Hak m  emperoleh pekerjaan dan kebebasan memiliki hasil kerjanya
6.    Kemerdekaan berpolitik


















[1] Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhla  k Tasauf: Upaya Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan Ilahi (Jakarta: kalam mulia, 2012), h. 51-52
[2] Kumaidi, Aqidah Akhlak, (cirebon: akik pustaka 2009), h. 99
[3] Komari rasyid, pendidikan agama islam (surabaya: citra pustaka, 2010), h. 122-133
[4] Khalimi, Pembelajaran Aqidah dan Akhlak, (Jakarta: teras, 2002 ), h. 124

Tidak ada komentar:

Posting Komentar