A. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Akhlak
adalah berkaitan dengan akhlaq berasal dari
kata khuluq yang berarti agama, Al-Faruzzabadi berkata, ketahuilah agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang
siapa yangg memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama
diletakkan di atas empat landasan akhlak utama, yaitu kesabaran, memelihara
diri, keberanian, dan keadilan. Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.
Untuk
itu sudah seharusnya kita sebagai mahluk yang sempurna dari mahluk yang lainnya
untuk berakhlak yang mulia karena kita diberikan akal pikiran, jangan sampai
kita mahluk yang sempurna lebih buruk akhlak nya kita dari mahluk yang lain,
kita harus mengikiti jujungan kita nabi muhammad saw, yang paling mulia akhlak
nya di seluruh alam ini. Maka, dalam makalah
ini kami berusaha untuk menyajikan seluk beluk dan semua asfek yang berkaitan
dengan akhlak yang baik dan ahklak yang buruk, dengan harapan bisa di jadiakan
sebagai rujukan untuk lebih memahami tentang akhlak itu sendiri yang
selanjutnya bisa di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Rumusan
Masalah
a. Apakah
pengertian akhlak mahmudah.
b. Apakah
pengertian muru’ah
c. Apakah
pengertian hurri’yah
3. Tujuan
a. Menjelaskan
pengertian akhlak mahmudah
b. Memaparkan
pengertian muru’ah
c. Menjelaskan
pengertian hurri’yah
B. PEMBAHASAN
1. Akhlak
Mahmudah
Akhlak
mahmudah terdiri dari dua kata yakni akhlak dan mahmudah. Pngertian akhlak daya
jiwa yang dapat membangkitkan perilaku, kehendak dan perbuatan baik dan buruk,
indah dan jelek, yang secara alami dapat diterima melalui pendidikan. Secara
kebahasaan kata al-mahmudah digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama
sebagai akibat dari melakukan yang disukai oleh allah. Dengan demikian mahmudah
lebih menunjukkan kepada kebaikan yang bersifat batin dan spritual. Hal ini
misal dinyatakan oleh al-Qur’an surah al-isra’ ayat 79:
z`ÏBur È@ø©9$# ô¤fygtFsù ¾ÏmÎ/ \'s#Ïù$tR y7©9 #Ó|¤tã br& y7sWyèö7t y7/u $YB$s)tB #YqßJøt¤C ÇÐÒÈ
Artinya
:
dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke
tempat yang Terpuji. (Qs. al-isra’ ayat 79)
akhlak mahmudah pada prinsipnya merupakan daya jiwa seseorang yang
mempengaruhi perbuatannya sehingga sehingga menjadi perilaku utama, benar,cinta
kebajikan, suka berbuat baik, sehingga menjadi watak peribadinya dan mudah
baginya melakukan sebuah itu tanpa ada paksaan.[1]
2. Muru’ah
Muruah
adalah kata sifat yang di ambil dari kata benda “mar’u” yang berarti manusia
atau orang. Muru’ah pada mulanya berarti sifat yang dimiliki oleh manusia.
sifat tersebut y ang membedakan manusia dari hewan dan mahluk lain pada
umumnya. Istilah ini dipakai dalam agama islam dalam pengertian mengaplikasikan
akhlak yang terpuji dalam segala aspek kehidupan serta menjauhkan akhlak yang
tercela sehingga seseorang senantiasa hidup sebagai orang yang terhormat dan
penuh kewibawaan.[2]
Menurut beberapa tokoh pengertian
muru’ah yaitu:
Imam mawardi salah
seorang tokoh mazhab syafi’i menurutnya muru’ah adalah: menjaga kepribadian
atau akhlak yang paling utama sehingga tidak kel ihatan pada diri seseorang
sesuatu yang buruk atau hina.
Mausu’ah fiqh al-qulub
muru’ah adalah: mengerjakan segenap akhlak baik dan menjauhi segenap akhlak
buruk. Menerapkan semua hal yang akan menghiasi dan memperindah kepribadian,
serta meninggalkan semua yang akan mengotori dan menodainya. Definisi ini
mengisyaratkan bahwa semua akhlak mulia bisa tertampung didalamnya, sehingga
cakupan muru’ah pun menjadi sangat luas.
Abdullah al-Anshari
al-harawi tokoh seorang mazhab hambali, mengatakan, orang dikatakan memiliki
muru’ah apabila akalnya dapat mengendalikan syahwat. Dari itu, al harawi
menyimpulkan bahwa muru’ah ialah mengaplikasikan akhlak yang terpuji dan
menjauhi akhlak yang tercela dan hina.
Ibnu qayim al-jauziah
mengatakan bahwa muru’ah berlaku pada perkataan, perbuatan, dan niat setiap
orang. Orang yang dapat memelihara perkataan, perbuatan dan niatnya, sehingga
senantiasa berjalan sesuai dengan tuntunan agama, disebut orang memiliki
muru’ah.
Al-Mawardi memandang
bahwa sikap muru’ah merupakan perhiasa peribadi seorang muslim, menjadi bukti
keutamaan budi pekerti dan menjadi tanda kemuliannya. Al mawardi melihat ada
dua hal yang mendorong terlaksananya sikap muru’ah pada dirinya seorang yaitu:
1) Orang
tersebut memiliki ketinggian cita-cita
2) Orang
tersebut memiliki kemulian jiwa.[3]
a. Hakikat
muru’ah
Hakikat
muru’ah adalah jika engkau membenci dua penyeru yang pertama dan memenuhi
penyeru ketiga. Kemanusian keperwiraan dan kejantanan terjadi karena mengingkari
dua penyeru yang pertama dan memenuhi penyeru yang ketiga. Sebagian salaf
berkata allah menciptakan para malaikat yang mempunyai akal dan tidak mempunyai
syahwat, menciptakan hewan yang
mempunyai syahwat dan tidak mempunyai akal, dan menciptakan manusia yang
didalam dirinya ada akal dan syahwat. Siapa yang akalnya dapat mengalahkan
syahwatnya, maka dia termasuk golongan malaikat, dan siapa yang syahwatnya
mengalahkan akalnya, maka dia termasuk golongan binatang. Para puqaha berkata
tentang pembatasan muru’ah, maksudnya adalahx pemakian suatu yang membaguskan
hamba dan meninggalkan apa yang mengotori dan memperburuk dirinya. Ada pula
yang mengatakan bahwa muru’ah adalah menerapkan setiap akhlak yang buruk.
Hakikat muru’ah adalah menghindari hal-hal yang rendah dan hina, baik
perkataan, perbuatan maupun akhlak.
b. Macam-macam
muru’ah
1) muru’ah
lisan yaitu berupa perkataan yang manis,
baik lembut yang dapat memudahkan untuk meraih hasil.
2) Muru’ah
akhlak yaitu kelapangannya dalam menghadapi orang yang dicintai dan orang yang
dibenci.
3) Muru’ah
harta ialah ketepatan penggunanya untuk hal-hal yang terpuji, baik dalam
pandangan akal, tradisi maupun syariat.
4) Muru’ah
kedudukan ialah menggunakan kedudukan untuk seorang yang memerlukan.
c. Dalil-dalil
tentang muru’ah
Islam mengajarkan
muru’ah kepada setiap pemeluknya, hal ini terlihat dari dalil-dali l dalam al-Qur’an:
ö@è% $yJ¯RÎ) tP§ym }În/u |·Ïmºuqxÿø9$# $tB tygsß $pk÷]ÏB $tBur z`sÜt/ zNøOM}$#ur zÓøöt7ø9$#ur ÎötóÎ/ Èd,yÛø9$# br&ur (#qä.Îô³è@ «!$$Î/ $tB óOs9 öAÍit\ã ¾ÏmÎ/ $YZ»sÜù=ß br&ur (#qä9qà)s? n?tã «!$# $tB w
tbqçHs>÷ès? ÇÌÌÈ
Artinya:
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji,
baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia
tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu
yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.(Qs. Surah ala’raf ayat 33).
wur (#qãZÎgs? wur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
Artinya:
janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman.(Qs. Ali imran ayat 139).
$¨Br&ur ô`tB t$%s{ tP$s)tB ¾ÏmÎn/u ygtRur }§øÿ¨Z9$# Ç`tã 3uqolù;$# ÇÍÉÈ ¨bÎ*sù sp¨Ypgø:$# }Ïd 3urù'yJø9$# ÇÍÊÈ
Artinya:
dan Adapun orang-orang yang
takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (Qs. Annaziat ayat 40-41)[4]
d. Derajat-derajat
muru’ah
a. Muru’ah
terhadap allah SWT.
Yaitu merasa malu terhadap
allah swt sehingga seseorang senantiasa berup aya
melakukan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya
b. Muru’ah
terhadap diri sendiri,
yaitu
mempertahankan dan melaksanakan akhlak yang mulia menjauhi akhlak yang rendah
dan tercela, kendatipun hanya diketahui oleh diri sendiri sehingga hal demikian
menjadi milik pribadinya ketika bergaul dalam masyarakat. Misalnya, orang yang
tetap menutup auratnya sekalipun mereka ditempat sepi.
c. Muru’ah
terhadap sesama mahluk.
Yaitu
senantiasa berakhlak luhur dan menjauhi akhlak yang tercela ditengah khlayak
ramai, sanggup menahan diri terhadap sesuatu yang tidak disenangi dan dapat
memetik manfaat dari suatu keburukan yang timbul ditengah masyarakat.
e. Penerapan
hak dan kewajiban terhadap sifat muru’ah
Sikap muru’ah tidak
terlepas dari penerapan, pemeliharaan hak dan kewajiban, baik berupa hak allah
swt (huquq allah), hak manusia (huquq al-ibad), maupun hak bersama antara allah
swt dan manusia (huquq al-musytarakah).
1) Hak
Allah Swt.
Berupa
hubungan manusia denga allah dalam upaya mengagungkannya dan menegakkan
syiarnya, sebagaimana sholat, puasa, haji, zakat, dan amal ma’ruf nahi mungkar
ataupun mewujudkan manfaat umum yang dapat dirasakan oleh masyarakat banyak. Contoh penegakan hukum dan pemeliharaan
kesejahteraan umum (masyarakat) pelaksanaan hak-hak allah itu merupakan
kewajiban bagi manusia.
2) Hak
manusia.
berupa
pemeliharaan kemaslahatan seseorang, baik dalam bentuk umum. Seperti memelihara
kesehatan, anak, harta, dan lain-lain. Hak ibu dalam mengasuh anak, hak bapak
dalam menjadi wali.
3) Hak
bersama antara allah swt dan manusia.
berupa
hak yang di satu sisi dapat di pandang sebagai hak manusia, karena menyangkut
pemeliharaan kemaslahatan seseorang (individu). Sebagai contoh : hak Allah SWT
di tempatkan pada hak manusia atau sebaliknya . seperti, hak wali memaafkan
seseorang dalam hukum qisas ( pembunuhan). Di sini sebenarnya, terdapat hak
Allah SWT yaitu terpeliharanya masyarakat dari kejahatan. Tetapi disisi lain
terdapat pula hak wali (manusia) yaitu memaafkan orang yang membunuh orang yang
berada dibawah perwaliannya. Dalam hal ini, ulama fiqih menetapkan bahwa hak
manusia lebih dominan dari pada hak Allah didalam kasus tersebut. Untuk itu
seorang wali di beri hak untuk memaafkan orang yang membunuh orang yang berada
dibawah perwaliannya. Memelihara hak-hak tersebut sesuai dengan posisinya
merupakan kewajiban setiap muslim untuk menegakannya dimanapun dia berada.
f. Pilar-pilar
Muru’ah
Muru’ah itu mempunyai
empat pilar, yaitu berhak baik, dermawan, rendah hati, dan tekun beribadah, ‘’
(sunan al-Baihaqi, no 21333). Bila kita renungkan, ternyata keempat pilar
tersebut menopang banyak sekali akhlak-akhlak mulia yang lain, sekaligus
menyingkirkan akhlak-akhlak buruk.
1) Memiliki
tindak tanduk dan kebiasaan yang baik.
Tanpanya
seorang tidak pantas menyandang sifat muru’ah, sebab seluruh bagian yang lain
akan kehilangan induk. Karena kebaikan dan keburukan itu selalu menarik akhlak sejenisnya untuk datang, sebagaimana
dikatakan urwah bin az-zubair (ulama’ tabi’in), bila engkau melihat seorang
melakukan kebaikan, ketahuilah bahwa kebaikan itu memiliki saudara-saudara pada
diri orang tersebut. Bila engkau melihat seorang melakukan keburukan,
ketahuilah bahwa keburukan itu mempunyai saudara-saudara pada diri orang
tersebut. Karena sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan saudaranya, dan demikian
pula keburukan itu menunjukkan
saudaranya, (riwayat abu nu’aim dalam al-hilyah).
2) Kedermawanan.
sesungguhnya
merupakan reflesi dari itsar (mengutamakan orang lain), futuwwah (murah hati),
tidak cinta dunia, saling menolong dalam kebajikan dan takwa, mendatangkan
kegembiraan kepada sesama, menurut
al-Qur’an manusia sebenarnya cendrung enggan melepaskan haknya kepada orang
lain, pelit, dan lebih senang jika
diberi. Sebagaimana firman allah swt.
ÏNuÅØômé&ur Ú[àÿRF{$# £x±9$# 4 bÎ)ur (#qãZÅ¡ósè? (#qà)Gs?ur cÎ*sù ©!$# c%x. $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? #ZÎ6yz ÇÊËÑÈ
Artinya:
manusia itu menurut tabiatnya kikir dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan
memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Annisa ayat 128).
Nusyuz:
Yaitu meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti
meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. nusyuz dari pihak suami ialah bersikap
keras terhadap isterinya; tidak mau menggaulinya dan tidak mau memberikan
haknya.Seperti isteri bersedia beberapa haknya dikurangi Asal suaminya mau baik
kembali.Maksudnya: tabi'at manusia itu tidak mau melepaskan sebahagian haknya
kepada orang lain dengan seikhlas hatinya, Kendatipun demikian jika isteri
melepaskan sebahagian hak-haknya, Maka boleh suami menerimanya.
3)
Rendah
hati (tawadhu’).
Kita bisa memahami betapa hebatnya akhlak ini dengan merenungkan kisah
adam, maliakat, dan iblis sebagaimana yang disebut dalam Al-Qur’an sungguh
kesombongan lah yang membuat iblis menolak bersujud kepada adam. Ia merasa
lebih baik dan lebih mulia, sehingga tidak mau menghormati adam. Allah pun
murka kepada iblis, melaknatnya, dan mengusirnya dari surga. Sebaliknya, dengan
rendah hati para malaikat serta merta
bersujud. Ketawadu’an akan menyamai amal-amal shalih, sebagaimana
kesombongan pasti memebuahkan aneka dosa dan maksiat. Di balik ketawadhu’an
seseorang, ketika sikap ini benar tulus dan bukan topeng palsu, sebenarnya
bersemayam banyak akhlak dan adab yang lain, seperti muhasabah (intropeksi
diri), gemar berlomba dalam kebaikan, tidak mencari-cari aib orang lain,
menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda.
4)
Tekun
beribadah.
Bagian ini menyiratkan dua hal sekaligus. Pertama, tidak ada
keshalihan hakiki yang tidak disertai dengan kedekatan kepada allah, apa lagi
tanpa iman. Walaupun seseorang telah menyempurnakan 3 pilar muru’ah yang lain,
jika dia malas beribadah, maka kebaikan-kebaikannya rawan tercemari oleh
motif-motif yang salah, sehingga sia. Dengan ibadahlah maka hati seseorang akan
lebih terjaga.
3. Hurriyah
a.
Pengertian
hurriyah
Hurriyah
adalah konsep yang memandang semua manusia pada hakekatnya hanyalah hamba allah
saja, sama sekali bukan hamba sesama manusia. berakar dari konsep ini, maka
manusia dalam pandangan islam mempunyai kemerdekaan dalam memilih profesi,
dalam memilih wilayah hidup bahkan dalam menentukan pilihan agama pun tidak
dapat dipaksa, sebagai mana firman allah dalam surah Al Baqarah ayat 256.
Iw on#tø.Î) Îû ÈûïÏe$!$# ( s% tû¨üt6¨? ßô©9$# z`ÏB ÄcÓxöø9$# 4 `y Jsù ö àÿõ3t ÏNqäó»©Ü9$$Î/ -ÆÏB÷sãur «!$$Î/ Ïs)sù y7|¡ôJtGó$# Íouróãèø9$$Î/ 4s+øOâqø9$# w
tP$|ÁÏÿR$# $olm; 3 ª!$#ur ììÏÿx îLìÎ=tæ ÇËÎÏÈ
Artinya :
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama isalam: sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang
ingkar kepada tgaghut dan beriman kepada allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak putus. Dan allah maha
mendengar lagi maha mengetahui. ( Qs. Al-Baqarah 156).
Dalam surah yunus ayat ke 99.
öqs9ur uä!$x© y7/u z`tBUy `tB Îû ÇÚöF{$# öNßg=à2 $·èÏHsd 4 |MRr'sùr& çnÌõ3è? }¨$¨Z9$# 4Ó®Lym (#qçRqä3t úüÏZÏB÷sãB ÇÒÒÈ
Artinya:
dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya. (Qs.surah yunus ayat 99).
b.
Hakikat hurriyah
Islam
sangat menghormati dan memuliakan manusia dengan memberikan kebebasan
sepenuhnya untuk memilih, dalam
semua aspek kehidupan tanpa terkecuali. Islam mengharamkan pemaksaan seseorang
untuk mengikuti ajarannya meskipun yang disampaikannya adalah kebenaran yang
tidak diragukan. Karena pemaksaan merupakan pelanggaran atas kemerdekaan
manusia dan kehormatanya, disamping tidak ada gunanya orang tidak gunanya orang
mengikuti dengan paksaan.
Ada
banyak firman allah swt. Tentang kemerdekaan atau kebebasan seorang manusia
dalam menjalani kehidupan ini. Mereka diberikan pilihan sepenuhnya untuk
memilih, jalan manakah yang akan meraka tempuh: baik atau buruk, benar atau
salah. Diantaranya firman allah swt.
È@è%ur (#qè=yJôã$# uz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( cruäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤¶9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
Artinya:
dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. ( Qs. Surah
taubah 105).
çm»oY÷yydur ÈûøïyôÚ¨Z9$# ÇÊÉÈ xsù zNystFø%$# spt7s)yèø9$# ÇÊÊÈ
Artinya:
dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
tetapi
Di a
tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.(Qs. Surah Al-Balad 10-11).
Hakikat kemerdekaan dalam islam adalah terbebasnya manusia dari
segala bentuk ketergantungan dan belenggu kepada selain allah SWT. Nilai-nilai
seperti ini dikenal dalam islam kemurnian tauhid. Ketika hakikat kemerdekaan
adalah tauhid, maka untuk menilai sejauh mana seseorang, masyarakat atau suatu
negara telah merdeka, harus dilihat sejauh mana mereka masih diperbudak oleh
aturan, norma, adat istiadat yang bukan dari allah, tetapi dari bangsa asing,
pemimpin diktator atau oleh hawa nafsu mereka sendiri.
c.
Macam-macam
hurriyah
Menurut M. Tholhah hasan
kurang lebih ada enam macam konsep kemerdekaan dalam islam yaitu:
1.
Kemerdekaan dalam
beragama
2.
Kemerdekaan dalam
berumah tangga
3.
Kemerdekaan
melindungi islam
4.
Kemerdekaan
berfikir dan berbicara
5.
Hak m emperoleh
pekerjaan dan kebebasan memiliki hasil kerjanya
6.
Kemerdekaan
berpolitik
[1] Kasmuri Selamat dan Ihsan Sanusi, Akhla k Tasauf: Upaya
Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan Ilahi (Jakarta: kalam mulia, 2012), h.
51-52
[2] Kumaidi, Aqidah Akhlak, (cirebon:
akik pustaka 2009), h. 99
[3] Komari rasyid, pendidikan agama
islam (surabaya: citra pustaka, 2010), h. 122-133
[4] Khalimi,
Pembelajaran Aqidah dan Akhlak, (Jakarta: teras, 2002 ), h. 124
Tidak ada komentar:
Posting Komentar