BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan kurikulum merupakan
suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai factor yang saling terkait.
Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum tersebut, tidak hanya menuntut
keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen
kurikulum, tetapi harus pula di pahami berbagai factor yang mempengaruhinya.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa paduan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang dapat di demonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap
konsep yang di pelajarinya. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan
para guru menilai hasil belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap
apa yang di pelajari . Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria
penguasaan kompetensi yang akan di jadikan sebagai standar penilaian hasil belajar,
sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap
sejumlah kompetensi tertentu .
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan tingkat
pengembangan kurikulum berbasis KBK ?
2. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan
dalam pengembangan kurikulum?
3. Apa saja prinsip-prinsip pengembangan
KBK ?
4. Bagaimanakah struktur pengembangan KBK?
C.
Tujuan
1. Dapat memahami tingkat pengembangan
kurikulum berbasis KBK ?
2. Dapat memahami pendekatan dalam
pengembangan kurikulum?
3. Dapat memahami prinsip-prinsip pengembangan
KBK ?
4. Dapat memahami struktur pengembangan
KBK?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tingkat Pengembangan kurikulum
Pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) seperti pengembangan kurikulum pada umumnya
terdiri dari beberapa tingkat ,yaitu tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat
bidang studi, dan tingkat satuan bahasan (modul).
1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Pada
tingkat ini pengembangan kurikulum di bahas dalam lingkup Nasional, meliputi jalur
pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara vertical maupun horizontal
dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan Nasional.
Jalur
pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang di selenggarakan di sekolah melalui
kegiatan pembelajaran secara berjenjang dan berkesinambungan, Sedangkan jalur pendidikan
luar sekolah merupakan pendidikan yang di selenggarakan di luar sekolah melalui
kegiatan pembelajaran yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan, termasuk
pendidikan keluarga (UUSPN).
Secara
vertical berkaitan dengan kontinuitas pengembangan kurikulum antara berbagai jenjang
pendidikan ( pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi). Sedangkan secara
horizontal berkaitan dengan keselarasan antar berbagai jenis pendidikan dalam berbagai
jenjang. Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luarbiasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.
Dalam
kaitannya dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), pengembangan kurikulum tingkat
nasional di lakukan dalam rangka mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing
jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.
2.
Pengembangan
Kurikulum Tingkat Lembaga
Pada
tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis lembaga pendidikan
pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan. Kegiatan yang di lakukan pada tahap
ini antara lain:
a. Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan
tujuan–tujuan pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan.
b. Berdasarkan kompetensi dan tujuan di
atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang studi yang akan di berikan untuk
merealisasikan tujuan tersebut .
c. Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-
tenaga kependidikan (guru dan non guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.
d. Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran
yang di perlukan untuk memberi kemudahan belajar.
3.
Pengembangan
Kurikulum Tingkat BidangStudi (Penyusunan silabus)
Pada
tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang studi pada berbagai
jenis Lembaga pendidikan. Kegiatan yang di lakukan antara lain:
a. Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis
kompetensi dan tujuan setiap bidang studi.
b. Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok
bahasan, serta mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman,
kemampuan (keterampilan) ,nilai dan sikap.
c. Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokkannya
sesuai dengan skope dan skuensi.
d. Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi
serta kriteria pencapaiannya.
Penyusunan
silabus mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi dan perangkat komponen-komponennya
yang di susun oleh pusat kurikulum, Badan penelitiantian dan pengembangan,
departemen pendidikan nasional. Sekolah yang mempuyai kemampuan mandiri dapat
menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhanya setelah mendapat
persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat (provinsi, kabupaten/kota). Dinas
pendidikan setempat dapat mengkoordinasikan sekolah-sekolah yang belum mempuyai
kemampuan mandiri untuk menyusun silabus.
Penyusunan
silabus dapat di lakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan
di daerah setempat seperti tokoh masyarakat, instansi pemerintah, instansi
swasta termasuk perusahaan dan industri, atau perguruan tinggi. Bantuan dan
bimbingan teknis untuk penyusunan silabus sepanjang diperlukan dapat diberikan
oleh pusat kurikulum.
4.
Pengembangan
kurikulum tingkat satuan bahasan (modul)
Berdasarkan
kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi dan diurutkan sesuai dengan tingkat
pencapaiannya pada setiap bidang studi, selanjutnya di kembangkan
program-program pembelajaran. dalam KBK program pembelajaran yang di kembangkan
adalah modul, sehingga kegiatan perkembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun
dan mengembangkan paket-paket modul.
B. Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Pendekatan
pengembangan kurikulum menggambarkan posisi holistic atau metaorientasi, meliputi
landasan, domain, dan prinsip teoritis serta prinsip praktis dari kurikulum.
Pendekatan kurikulum juga menyatakan pandangan tentang pengembangan dan desain
kurikulum peraan guru, peserta didik dan ahli kurikulum dalam merencanakan
kurikulum, tujuan kurikulum dan isu-isu yang perlu dibahas.
Pendekatan
dalam pengembangan kurikulum mempunyai arti yang sangat luas. Hal tersebut bisa
berarti penyusunan kurikulum baru (curriculum
constructur), bisa juga penyempurnaan terhadap kurikulum yang sedang berlaku
( curriculum improvement ) Di satu sisi
pengembangan kurikulum berkaitan dengan penyusunan seluruh dimensi kurikulum mulai
dari landasan, struktur dan penataan mata pelajaran, ruang lingkup (scope) dan
urutan materi pembelajaran (sekuence), garis-garis besar program pembelajaran sampai pengembangan pedoman
pelaksanaan (macro curriculum). Di sisi lain pengembangan kurikulum berkaitan
dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang telah disusun oleh pusat ke dalam
program dan persiapan pembelajaran yang lebih khusus (micro curriculum).
Kegiatan yang terakhir ini biasanya dikerjakan oleh guru di sekolah, seperti
penyusunan program tahunan, semester, bulanan, pokok bahasan atau modul.
Kurikulum
juga bisa berarti kurikulum tertulis (written
curriculum) atau dokumen kurikulum yang merupakan kurikulum potensial (potencial curriculum) dan juga bisa berarti
kurikulum nyata, yaitu kurikulum yang benar-benar di laksanakan dalam kegiatan
pembelajaran (actual curriculum), atau sering juga disebut implementasi
kurikulum (curriculum implementation). Dalam hal ini, syaodih (200) mengemukakan
pendekatan pengembangan kurikulum berdasarkan sistem pengelolaan, dan berdasarkan
focus sasaran .
1. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan
Sistem Pengelolaan
Dilihat dari pengelolaannya pengembangan
kurikulum di bedakan antara sistem pengelolaan yang terpusat (sentralisasi), dan
tersebar (desentralisasi) . Kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun 1968
dan 1975 bersifat sentralisasi, hanya ada satu kurikulum untuk satu jenis pendidikan
di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat nasional, seragam, di kembangkan oleh
tim pusat, guru-guru hanya berperan sebagai pelaksana di sekolah. Yakni
menjabarkan rencana tahunan, caturwulan dan satuan pelajaran tiap pelajaran.
Dalam kurikulum 1984 telah ada muatan local yang disisipkan pada berbagai
bidang studi yang sesuai, dan hal ini lebih diintensifkan lagi pelaksanaanya
dalam kurikulum 1994. Dalam kurikulum 1994 muatan local tidak lagi disisipkan
pada setiap bidang studi, tapi mengguakan pendekatan monolitik berupa bidang
studi, baik bidang studi wajib maupun pilihan. Dengan adanya kebijakan otonomi
daerah, kemungkinan muatan lokalnya akan lebih besar, modelnya lebih beragam
dan sistemnya tidak berpusat lagi, sehingga pengelolaannya menjadi
desentralisasi. Model kurikulum akan beragam sesuai dengan tujuan, fungsi, dan isi
program pendidikan. Pengembangan kurikulum menjadi lebih berbasis daerah atau
kewilayahan. Kurikulum yang demikian ada yang menyebutnya kurikulum berbasis
masyarakat, ada juga yang menyebutnya kurikulum berbasis sekolah.
2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan
Fokus Sasaran
Berdasarkan focus sasaran, pengembangan kurikulum
di bedakan antara pendekatan yang mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan,
penguasaan kemampuan standar, penguasaan kompetensi, pembentukan pribadi, dan penguasaan
kemampuan memecahkan masalah sosial kemasyarakatan.
Pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan, merupakan
model pengembangan kurikulum yang menekankan pada isi atau materi, berupa
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang diambil
dari bidang-bidang ilmu pengetahuan..
Pendekatan kemampuan standar, menekankan
pada penguasaan kemampuan potensial yang dimiliki peserta didik sesuai dengan tahap-tahap
perkembangannya. Pendekatan pembentukan pribadi, menekankan pada pengembangan
atau pembentukan aspek-aspek keperibadian secara utuh, baik pengetahuan, keterampilan,
maupun nilai dan sikap. Dalam pelaksanaannya para pengembang kurikulum ini
banyak memberikan perhatian terhadap aspek-aspek-aspek sosial-emosional.
Pendekatan pemecahan masalah
kemasyarakatan, diarahkan pada terciptanya masyarakat yang lebih baik. Pengembangan
kurikulumnya menekankan pada pengembangan kemampuan memecahkan masalah-masalah
penting dan mendesak yang ada di masyarakat, baik masyarakat yang ada di
sekitar maupun yang lebih jauh . pendekatan ini banyak digunakan dalam
pendidikan luar sekolah. Pendekatan kompetensi, merupakan model pengembangan kurikulum
yang menekankan pada pemahaman, kemampuan, atau kompetensi tertentu di sekolah,
yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat .
3. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan kompetensi merupakan pendekatan
pengembangan kurikulum yang memfokuskan pada penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan
tahap-tahap perkembangan peserta didik. Peserta didik berada dalam proses
perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran
terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan
diberikan oleh lingkungan. Setiap tahap perkembangan memiliki sejumlah potensi
bawaan yang dapat dikembangkan, tetapi pemekarannya sangat tergantug pada
kesempatan yang ada dan kondisi lingkungannya. Pendidikan merupakan lingkungan utama
yang memberikan kesempatan dan dukungan bagi perkembangan potensi-potensi peserta
didik.
4. Keterkaitan KBK dengan pendekatan lain
Keterkaitan kurikulum berbasis kompetensi
dengan pendekatan kemampuan standar, adalah bahwa keduanya sama-sama menekankan
pada kemampuan, hanya berbeda jenis kemampuannya. Dalam pendekatan kompetensi, kemampuan
yang di kembangkan adalah kemampuan yang mengarah pada pekerjaan, sedangkan dalam
pendekatan kemampuan standar pada kemampuan umum. Pendekatan kemampuan standar
dapat dipandang sebagai bagian dari pendekatan kopeteensi, atau sebaliknya
pendekatan kemampuan standar mencakup kompetensi umum dan kompetensi kerja.
Kurikulum
berbasis kompetensi terkait dengan pendekatan pengembangan pribadi, karena standar
kompetensi yang di kembangkan berkenan dengan pribadi peserta didik, seperti kompetensi
intelektual, sosial dan komunikasi, penguasaan nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan.
Bedanya, dalam kurikulum berbasis kompetensi lebih difokuskan pada kompetensi
potensial yang esensial, sedang pengembangan pribadi lebih menekankan keutuhan perkembangan
kemampuan-kemampuan tersebut.
Kurikulum
berbasis kompetensi terkait dengan pendekatan ilmu pengetahuan, karena
kompetensi yang dikembangkan, seperti kompetensi inntelektua, dan sosial
berkaitan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan, seperti IPA, IPS, Matematika,
Bahasa, Olahraga, keterampilan, dan kesenian. Perbedaannya, kurikulum berbasis kompetensi
lebih menekankan pada kemampuan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
pekerjaan. Di sisi lain, pendekatan ilmu pengetahuan lebih menekankan pada hasil
belajar, namun tidak mengabaikan kompetensi dari pengetahuan tersebut.
5. Keunggulan KBK
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) mempunyai beberapa keunggulan di bandingkan dengan model-model lainnya.
a. Pertama pendekatan ini bersifat alamiah
(kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakikat peserta didik
untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.
Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar berlangsug seara aamiah
dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu,
bukan transfer pengetahuan (transfer knowledge).
b. Kedua, kurikulum berbasis kompetensi
boleh jadi mendasari pengembangan
kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu
dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara
optimal berdasarkan standar kompetensi
c. Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata
pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan
kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
C. Prinsip-prinsip Pengembangan KBK
Sesuai
dengan kondisi Negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta
perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembagan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) perlu memperhatikan dan mepertimbangkan
prinsip-prinsip : (1) keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur; (2) penguatan
itegritas nasional, (3) keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestetika;
(4) kesamaan memperoleh kesempatan; (5) abad pengetahuan dan teknologi
informasi; (6) pengembangan keterampilan hidup; (7) belajar sepanjang hayat;
(8) berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif;
dan (9) pendekatan menyeluruh dan kemitraan (Depdikbud, 2002).
1. Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur
Keimanan,
nilai-nilai, dan budi pekerti luhur yang dianut dan dijunjung tinggi masyarakat
sangat berpengaruh terhadap sikap dan arti kehidupannya. Oleh karena itu, hal
tersebut perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh peserta didik melalui
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
2. Penguatan integritas Nasional
Pengembangan
KBK harus memperhatikan penguatan integritas nasional melalui pendidikan yang
memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuan
peradaban dalam tatanan kehidupan duia yang multikultur dan multi bahasa.
3. Keseimbangan Etika, Logika, Estetika,
dan Kinestika
Pengembangan
KBK perlu memperhatikan keseimbangan pengalamn belajar peserta didik antara
etika, logika, estetika, dan kinestetika.
4. Kesamaan Memperoleh Kesempatan
Pengembangan
KBK harus menyediakan tempat yang membedayakan semua peserta didik untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap perlu diutamakan dalam
pengembangan kurikulum. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok seperti
kelompok yang kurang beruntung secara
ekonomi dan sosial, yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul berhak
menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
5. Abad pengetahuan dan tekologi informasi
Kurikulum
perlu mengembangkan kemampuan berpikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan
meilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat dan berubah dan penuh
ketidakpastian, yang merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi.
6. Pengembangan keterampilan untuk hidup
Pengembangan
KBK perlu memasukkan unsur keterampilan untuk hidup agar peserta didik memiliki
keterampilann, sikap, dan perilaku adaptif, kooperatif dan kompetitif dalam
menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif.
Kurikulum juga perlu mengintegrasikan unsur-unsur penting yang menunjang
kemampuan untuk bertahan hidup.
7. Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan
berlangsung sepanjang hidup manusia untuk mengembangkan, mennambah kesadaran,
dan selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah dalam berbagai bidang.
Oleh karena itu, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan
kemampuan belajar sepanjang hayat, yang dapat dilakukan melalui pendidikan
formal dan non-formal, serta pendidikan alternatif yang diselenggarakan baik
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.
8. Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang
Berkelanjutan dan Komperhensif
Pengembangan
KBK harus berupaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, dan
menilai diri sendiri agar mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya.
Penilaian berkelanjutan dan komperhensif menjadi sangat penting dalam rangka
pencapaian upaya tersebut.
9. Pendekatan Menyeluruh dan kemitraan
Pengembangan
KBK harus mempertimbangkan semua pengalaman belajar yang dirancang secara
berkesinambungan mulai dari TK dan RA sampai dengan kelas XII. Pendekatan yang
digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar harus berfokus pada
kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin
ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan
tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekolah, orangtua, perguruan
tinggi, dunia usaha, dan industry serta masyarakat pada umumnya.
D. Pengembangan struktur KBK
1. Identifikasi Kompetensi
Identifikasi
kompetensi, subkompetensi, dan tujuan khusus perlu dilakukan melalui berbagai
pendekatan, agar hasil yang dirumuskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan
dicapai peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa penyusunan asumsi-asumsi yag
spesifik harus dilakukan sebelum mengidentifikasi tujuan dan kompetensi.
Identikasi
Kompetensi ada delapan sumber, yaitu :
a. Daftar yang ada
Daftar
yang ada berisi sejumlah daftar sasaran dan kompetensi penting. Banyak buku
teks kurikulum saat ini tidak hanya mengidentifikasi pokok bahasan tatapi juga
pernyataan tentang tujuan khusus. Sebelum diterima sebagai suatu yang bernilai,
kompetensi dan tujuan perlu dibandingkan terlebih dahulu dengan asumsi-asumsi
yang telah dibuat dengan menyelidiki asumsi-asumsi program sesuai dengan tujuan
program yang hendak dicapai.
b. Penjabaran bidang studi
Pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi harus memasukkan pengujian ulang terhadap tujuan
dan asumsi-asumsi program yang ada. Meskipun demikian, apapun hasilnya,
keunggulan program yang sedang berjalan tidak akan diabaikan.
c. Penjabaran mata pelajaran
Proses
penjabaran mata pelajaran akan meningkatkan mutu kompetesi yang diidentifikasi.
Hal tersebut meliputi : intuksi yag diperoyeksikan sesuai dengan kompetensi dan
sasaran yang ditambahkan ke dalam rangkaian kompetensi dan sasaran, dan beberapa bentuk teknik menentukan sasaran dan
kompetensi yang diajukan oleh para guru.
d. Analisis Taksonomi
Taksonomi
ini meliputi :
a)
Kompetensi
kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman dan kesadaran yang spesifik;
b)
Kompetesi
afektif, yaitu nilai, sikap, interes, dan apresiasi yang saling berhubungan;
c)
Kompetensi
kinerja, yaitu perilaku yang didemonstrasikan yang merupakan persyaratannya;
d)
Kompeteensi
konseuensi atau hasil, yaitu kemampuan yang menghasilkan perubahan lain dan
didemonstrasikan yang yang merupakan persyaratannya; dan
e)
Kompetensi
eksploratori atau kspresif, yaitu pengalama yag bermanfaat. Khusus bagi calon
guru kompetensi tersebut diharapkan dapat diperoleh dari berbagai pengalaman
selama mengikuti pendidikan.
e. Masukan dari profesi
Sumber
masukan lain untuk KBK adalah keanggotaan profesi yang berpengaruh. Di sekolah
masukan dari profesi merupakan : (a) informasi obyektif tentang
kompetensi-kompetensi praktisi yang baru memulai pengalaman profesionalna; (b)
informasi praktis yang diperlukan professional; dan (c) proyeksi informasi
untuk masa depan profesi.
f. Membangun teori
Dalam
kurikulum berbasis kompetensi, teori dianggap sebagai alat dalam menyusun
program, dan kompetensi-kompetensi kemudian dispesifikasikan dari teori.
Pendekatan ini menghidarkan kita dari masalah dalam pengembangan program
pendidikan professional.
g. Masukan peserta didik dan masyarakat
Masukan
dari peserta didik dimaksudkan unntuk mendapatkan perspektif mengenai
kompetensi professional yang ada dilingkungannya. Dalam hal ini, peserta didik
dan masyarakat memiliki kewenangan professional utuk menyusun persfektif kompetensi
professional.
h. Analisis tugas
Pengembangan
program pembelajaran yang berkaitan dengan suatu pekerjaan tertentu, menuntut
pengidentifikasian pekerjaa melaui analisis tugas. Analisis tugas dilakukan
untuk megetahui tugas-tugas yang diperlukan dalam suatu pekerjaan yang peru
diajarkan kepada peserta didik.
2.
Struktur
Kurikulum
Struktur
kuikulum berbasis kompetensi telah dikembangkan oleh Depdiknas mencakup Taman
Kanak-Kanak dan Raudatul Athfal, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, serta
sekolah Menengah struktur kurikulum tersebut masih digodok oleh Pemerintah, dan
menunggu masukan dari berbagai pihak. Struktur kurikulum berbasis kompetensi
tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut (Depdiknas, 2002)
Stuktur
kurikulum untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah memuat jumlah dan jenis
mata pelajaran seta alokasi waktu sebagai berikut.
Ketentuan
utuk kelas I dan II
1) Minggu efektif dalam satu tahun
pelajaran (2 semester) adalah 34 miggu dan jam sekolah efektif per miggu miimal
17 jam 30 menit (1050 menit)
2) Alokasi waktu yag disediakan untuk kelas
awal adalah 27 jam pelajaran per minggu.
3) Satu jam pelajaran tatap muka
dilaksanakan selama 35 menit.
4) Pendekatan tematik digunakan dalam
kegiatan pembelajaran utuk menciptakan pembelajaran lebih bermakna dan
pengelolaan waktunya ditetapkan sekolah.
5) Pemilihan tema-tema untuk kegiatan
pembelajaran dilakukan seara bervariasi.
6) Mata pelajaran Bahasa Indonesia
menekankan pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan.
7) Mata pelajaran matematika menekankan
pada aspek kemampuan berhitung.
8) Mata pelajaran kesenian menekankan pada
music dan menyanyi dengan menggunakan alat yang sesuai.
9) Mata pelajaran keterampilan menekankan
pada kemapuan menggambar, menganyam, membuat mozaik, dan membuat model.
10) Pendidikan jasmani menekankan pada
kegiatan olahraga sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
11) Alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran
pada dasarnya dapat diatur dengan komposisi : (a) 20% utuk Agama dan
kewarganegaraan, (b) 50% untuk membaca dan menulis permulaan serta berhitung,
dan (c) 30% unntuk sains, pengetahuan Sosial, kesenian, keterampilan, dan
pendidikan jasmani.
Ketentuan untuk
kelas III, IV, V dan VI
1) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2
semester) adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per miggu minimal 23 jam
(1380 menit).
2) Alokasi waktu yang disediakan 31 jam
pelajaran per minggu.
3) Satu jam pelajaran tatap muka
dilaksanakan selama 40 menit.
4) Sekolah dapat mengalokasikan waku untuk
melaksanakan kegiatan sekolah seprti kunjungan perpustakaan, olahraga, bakti
sosial dan ejenisnya.
5) Mulai dari kelas III meggunakan
pendekatan mata pelajara tunggal sesuai dengan jenis mata pelajaran dalam
stuktur kurikulum.
6) Mata pelajaran Bahasa Indonesia
menekankan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis.
7) Mata pelajaran Matematika menekankan
pada aspek kemampuan berhitung.
8) Mata pelajaran Sains menekankan pada
aspek kerja, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep Sains.
9) Mata pelajaran pengetahun Sosial
menekankan pada aspek keterampilan sosial dan peguasaan konsep pegetahuan
sosial.
10) Mata pelajaran kesenian menekankan pada
music dan menyanyi dengan menggunaan alat yang sesuai.
11) Mata pelajaran keterampilan menekankan
pada kemapuan menggambar, menganyam, membuat mozaik, dan membuat model.
12) Pendidikan jasmani menekankan pada
kegiatan olahraga sesuai dengan kebutuhan dan alat pendukungnya.
13) Mata
pelajaran Bahasa Inggris diberikan mulai kelas IV sesuai dengan kemampuan.
Bahasa Inggris diarahkan pada pengembangan minat belajar bahasa asing dan bukan
merupakan mata pelajaran prasyarat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi (KBK) seperti pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari
beberapa tingkat ,yaitu tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang
studi, dan tingkat satuan bahasan (modul).
Pendekatan pengembangan kurikulum
menggambarkan posisi holistic atau metaorientasi, meliputi landasan, domain,
dan prinsip teoritis serta prinsip praktis dari kurikulum. Pendekatan kurikulum
juga menyatakan pandangan tentang pengembangan dan desain kurikulum peraan
guru, peerta didik dan ahli kurikulum dalam merencanakan kurikulum, tujuan
kurikulum dan isu-isu yang perlu dibahas.
prinsip-prinsip KBK : (1) keimanan,
nilai, dan budi pekerti luhur; (2) penguatan itegritas nasional, (3)
keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestetika; (4) kesamaan memperoleh
kesempatan; (5) abad pengetahuan dan teknologi informasi; (6) pengembangan
keterampilan hidup; (7) belajar sepanjang hayat; (8) berpusat pada anak dengan
penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif; dan (9) pendekatan menyeluruh
dan kemitraan (Depdikbud, 2002).
Pengembangan struktur KBK antara lain :
identifikasi kompetensi dan struktur kurikulum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar