Minggu, 05 November 2017

DESAIN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks, dan melibatkan berbagai factor yang saling terkait. Oleh karena itu dalam proses pengembangan kurikulum tersebut, tidak hanya menuntut keterampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus pula di pahami berbagai factor yang mempengaruhinya.
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa paduan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat di demonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang di pelajarinya. Penerapan kurikulum berbasis kompetensi memungkinkan para guru menilai hasil belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang di pelajari . Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria penguasaan kompetensi yang akan di jadikan sebagai standar penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi tertentu .
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan tingkat pengembangan kurikulum berbasis KBK ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan pendekatan dalam pengembangan kurikulum?
3.      Apa saja prinsip-prinsip pengembangan KBK ?
4.      Bagaimanakah struktur pengembangan KBK?

C.    Tujuan
1.      Dapat memahami tingkat pengembangan kurikulum berbasis KBK ?
2.      Dapat memahami pendekatan dalam pengembangan kurikulum?
3.      Dapat memahami prinsip-prinsip pengembangan KBK ?
4.      Dapat memahami struktur pengembangan KBK?
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tingkat Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) seperti pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat ,yaitu tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang studi, dan tingkat satuan bahasan (modul).
1.      Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Pada tingkat ini pengembangan kurikulum di bahas dalam lingkup Nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, baik secara vertical maupun horizontal dalam rangka merealisasikan tujuan pendidikan Nasional.
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang di selenggarakan di sekolah melalui kegiatan pembelajaran secara berjenjang dan berkesinambungan, Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang di selenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan pembelajaran yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan, termasuk pendidikan keluarga (UUSPN).
Secara vertical berkaitan dengan kontinuitas pengembangan kurikulum antara berbagai jenjang pendidikan ( pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi). Sedangkan secara horizontal berkaitan dengan keselarasan antar berbagai jenis pendidikan dalam berbagai jenjang. Jenis pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luarbiasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional.
Dalam kaitannya dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), pengembangan kurikulum tingkat nasional di lakukan dalam rangka mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah.
2.         Pengembangan Kurikulum Tingkat Lembaga
Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan. Kegiatan yang di lakukan pada tahap ini antara lain:
a.       Mengembangkan kompetensi lulusan, dan merumuskan tujuan–tujuan pendidikan pada berbagai jenis lembaga pendidikan.
b.      Berdasarkan kompetensi dan tujuan di atas selanjutnya dikembangkan bidang studi-bidang studi yang akan di berikan untuk merealisasikan tujuan tersebut .
c.       Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga- tenaga kependidikan (guru dan non guru) sesuai dengan kualifikasi yang diperlukan.
d.      Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang di perlukan untuk memberi kemudahan belajar.
3.         Pengembangan Kurikulum Tingkat BidangStudi (Penyusunan silabus)
Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang studi pada berbagai jenis Lembaga pendidikan. Kegiatan yang di lakukan antara lain:
a.       Mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan setiap bidang studi.
b.      Mengembangkan kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan (keterampilan) ,nilai dan sikap.
c.       Mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokkannya sesuai dengan skope dan skuensi.
d.      Mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria pencapaiannya.
Penyusunan silabus mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi dan perangkat komponen-komponennya yang di susun oleh pusat kurikulum, Badan penelitiantian dan pengembangan, departemen pendidikan nasional. Sekolah yang mempuyai kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhanya setelah mendapat persetujuan dari Dinas Pendidikan setempat (provinsi, kabupaten/kota). Dinas pendidikan setempat dapat mengkoordinasikan sekolah-sekolah yang belum mempuyai kemampuan mandiri untuk menyusun silabus.
Penyusunan silabus dapat di lakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan di daerah setempat seperti tokoh masyarakat, instansi pemerintah, instansi swasta termasuk perusahaan dan industri, atau perguruan tinggi. Bantuan dan bimbingan teknis untuk penyusunan silabus sepanjang diperlukan dapat diberikan oleh pusat kurikulum.
4.         Pengembangan kurikulum tingkat satuan bahasan (modul)
Berdasarkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi dan diurutkan sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiap bidang studi, selanjutnya di kembangkan program-program pembelajaran. dalam KBK program pembelajaran yang di kembangkan adalah modul, sehingga kegiatan perkembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan mengembangkan paket-paket modul.
B.     Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Pendekatan pengembangan kurikulum menggambarkan posisi holistic atau metaorientasi, meliputi landasan, domain, dan prinsip teoritis serta prinsip praktis dari kurikulum. Pendekatan kurikulum juga menyatakan pandangan tentang pengembangan dan desain kurikulum peraan guru, peserta didik dan ahli kurikulum dalam merencanakan kurikulum, tujuan kurikulum dan isu-isu yang perlu dibahas.
  Pendekatan dalam pengembangan kurikulum mempunyai arti yang sangat luas. Hal tersebut bisa berarti penyusunan kurikulum baru (curriculum constructur), bisa juga penyempurnaan terhadap kurikulum yang sedang berlaku ( curriculum improvement ) Di satu sisi pengembangan kurikulum berkaitan dengan penyusunan seluruh dimensi kurikulum mulai dari landasan, struktur dan penataan mata pelajaran, ruang lingkup (scope) dan urutan materi pembelajaran (sekuence), garis-garis besar  program pembelajaran sampai pengembangan pedoman pelaksanaan (macro curriculum). Di sisi lain pengembangan kurikulum berkaitan dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang telah disusun oleh pusat ke dalam program dan persiapan pembelajaran yang lebih khusus (micro curriculum). Kegiatan yang terakhir ini biasanya dikerjakan oleh guru di sekolah, seperti penyusunan program tahunan, semester, bulanan, pokok bahasan atau modul. 
Kurikulum juga bisa berarti kurikulum tertulis (written curriculum) atau dokumen kurikulum yang merupakan kurikulum potensial (potencial curriculum) dan juga bisa berarti kurikulum nyata, yaitu kurikulum yang benar-benar di laksanakan dalam kegiatan pembelajaran (actual curriculum), atau sering juga disebut implementasi kurikulum (curriculum implementation). Dalam hal ini, syaodih (200) mengemukakan pendekatan pengembangan kurikulum berdasarkan sistem pengelolaan, dan berdasarkan focus sasaran .
1.      Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Sistem Pengelolaan
Dilihat dari pengelolaannya pengembangan kurikulum di bedakan antara sistem pengelolaan yang terpusat (sentralisasi), dan tersebar (desentralisasi) . Kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun 1968 dan 1975 bersifat sentralisasi, hanya ada satu kurikulum untuk satu jenis pendidikan di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat nasional, seragam, di kembangkan oleh tim pusat, guru-guru hanya berperan sebagai pelaksana di sekolah. Yakni menjabarkan rencana tahunan, caturwulan dan satuan pelajaran tiap pelajaran. Dalam kurikulum 1984 telah ada muatan local yang disisipkan pada berbagai bidang studi yang sesuai, dan hal ini lebih diintensifkan lagi pelaksanaanya dalam kurikulum 1994. Dalam kurikulum 1994 muatan local tidak lagi disisipkan pada setiap bidang studi, tapi mengguakan pendekatan monolitik berupa bidang studi, baik bidang studi wajib maupun pilihan. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah, kemungkinan muatan lokalnya akan lebih besar, modelnya lebih beragam dan sistemnya tidak berpusat lagi, sehingga pengelolaannya menjadi desentralisasi. Model kurikulum akan beragam sesuai dengan tujuan, fungsi, dan isi program pendidikan. Pengembangan kurikulum menjadi lebih berbasis daerah atau kewilayahan. Kurikulum yang demikian ada yang menyebutnya kurikulum berbasis masyarakat, ada juga yang menyebutnya kurikulum berbasis sekolah.
2.      Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Fokus Sasaran
Berdasarkan focus sasaran, pengembangan kurikulum di bedakan antara pendekatan yang mengutamakan penguasaan ilmu pengetahuan, penguasaan kemampuan standar, penguasaan kompetensi, pembentukan pribadi, dan penguasaan kemampuan memecahkan masalah sosial kemasyarakatan.
Pendekatan penguasaan ilmu pengetahuan, merupakan model pengembangan kurikulum yang menekankan pada isi atau materi, berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi yang diambil dari bidang-bidang ilmu pengetahuan..
Pendekatan kemampuan standar, menekankan pada penguasaan kemampuan potensial yang dimiliki peserta didik sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pendekatan pembentukan pribadi, menekankan pada pengembangan atau pembentukan aspek-aspek keperibadian secara utuh, baik pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Dalam pelaksanaannya para pengembang kurikulum ini banyak memberikan perhatian terhadap aspek-aspek-aspek sosial-emosional.
Pendekatan pemecahan masalah kemasyarakatan, diarahkan pada terciptanya masyarakat yang lebih baik. Pengembangan kurikulumnya menekankan pada pengembangan kemampuan memecahkan masalah-masalah penting dan mendesak yang ada di masyarakat, baik masyarakat yang ada di sekitar maupun yang lebih jauh . pendekatan ini banyak digunakan dalam pendidikan luar sekolah. Pendekatan kompetensi, merupakan model pengembangan kurikulum yang menekankan pada pemahaman, kemampuan, atau kompetensi tertentu di sekolah, yang berkaitan dengan pekerjaan yang ada di masyarakat .
3.      Pendekatan Kompetensi
Pendekatan kompetensi merupakan pendekatan pengembangan kurikulum yang memfokuskan pada penguasaan kompetensi tertentu berdasarkan tahap-tahap perkembangan peserta didik. Peserta didik berada dalam proses perkembangan yang berkelanjutan dari seluruh aspek kepribadian, sebagai pemekaran terhadap potensi-potensi bawaan sesuai dengan kesempatan belajar yang ada dan diberikan oleh lingkungan. Setiap tahap perkembangan memiliki sejumlah potensi bawaan yang dapat dikembangkan, tetapi pemekarannya sangat tergantug pada kesempatan yang ada dan kondisi lingkungannya. Pendidikan merupakan lingkungan utama yang memberikan kesempatan dan dukungan bagi perkembangan potensi-potensi peserta didik.
4.      Keterkaitan KBK dengan pendekatan lain
Keterkaitan kurikulum berbasis kompetensi dengan pendekatan kemampuan standar, adalah bahwa keduanya sama-sama menekankan pada kemampuan, hanya berbeda jenis kemampuannya. Dalam pendekatan kompetensi, kemampuan yang di kembangkan adalah kemampuan yang mengarah pada pekerjaan, sedangkan dalam pendekatan kemampuan standar pada kemampuan umum. Pendekatan kemampuan standar dapat dipandang sebagai bagian dari pendekatan kopeteensi, atau sebaliknya pendekatan kemampuan standar mencakup kompetensi umum dan kompetensi kerja.
 Kurikulum berbasis kompetensi terkait dengan pendekatan pengembangan pribadi, karena standar kompetensi yang di kembangkan berkenan dengan pribadi peserta didik, seperti kompetensi intelektual, sosial dan komunikasi, penguasaan nilai-nilai, dan keterampilan-keterampilan. Bedanya, dalam kurikulum berbasis kompetensi lebih difokuskan pada kompetensi potensial yang esensial, sedang pengembangan pribadi lebih menekankan keutuhan perkembangan kemampuan-kemampuan tersebut.
 Kurikulum berbasis kompetensi terkait dengan pendekatan ilmu pengetahuan, karena kompetensi yang dikembangkan, seperti kompetensi inntelektua, dan sosial berkaitan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan, seperti IPA, IPS, Matematika, Bahasa, Olahraga, keterampilan, dan kesenian. Perbedaannya, kurikulum berbasis kompetensi lebih menekankan pada kemampuan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan. Di sisi lain, pendekatan ilmu pengetahuan lebih menekankan pada hasil belajar, namun tidak mengabaikan kompetensi dari pengetahuan tersebut.
5.      Keunggulan KBK
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) mempunyai beberapa keunggulan di bandingkan dengan model-model lainnya.
a.       Pertama pendekatan ini bersifat alamiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakikat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar berlangsug seara aamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan standar kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan (transfer knowledge).
b.      Kedua, kurikulum berbasis kompetensi boleh jadi mendasari  pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi
c.       Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.
C.     Prinsip-prinsip Pengembangan KBK
Sesuai dengan kondisi Negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembagan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) perlu memperhatikan dan mepertimbangkan prinsip-prinsip : (1) keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur; (2) penguatan itegritas nasional, (3) keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestetika; (4) kesamaan memperoleh kesempatan; (5) abad pengetahuan dan teknologi informasi; (6) pengembangan keterampilan hidup; (7) belajar sepanjang hayat; (8) berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif; dan (9) pendekatan menyeluruh dan kemitraan (Depdikbud, 2002).
1.      Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur
Keimanan, nilai-nilai, dan budi pekerti luhur yang dianut dan dijunjung tinggi masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap dan arti kehidupannya. Oleh karena itu, hal tersebut perlu digali, dipahami, dan diamalkan oleh peserta didik melalui pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
2.      Penguatan integritas Nasional
Pengembangan KBK harus memperhatikan penguatan integritas nasional melalui pendidikan yang memberikan pemahaman tentang masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuan peradaban dalam tatanan kehidupan duia yang multikultur dan multi bahasa.
3.      Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestika
Pengembangan KBK perlu memperhatikan keseimbangan pengalamn belajar peserta didik antara etika, logika, estetika, dan kinestetika.
4.      Kesamaan Memperoleh Kesempatan
Pengembangan KBK harus menyediakan tempat yang membedayakan semua peserta didik untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap perlu diutamakan dalam pengembangan kurikulum. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung  secara ekonomi dan sosial, yang memerlukan bantuan khusus, berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya.
5.      Abad pengetahuan dan tekologi informasi
Kurikulum perlu mengembangkan kemampuan berpikir dan belajar dengan mengakses, memilih, dan meilai pengetahuan untuk mengatasi situasi yang cepat dan berubah dan penuh ketidakpastian, yang merupakan kompetensi penting dalam menghadapi abad ilmu pengetahuan dan teknologi informasi.
6.      Pengembangan keterampilan untuk hidup
Pengembangan KBK perlu memasukkan unsur keterampilan untuk hidup agar peserta didik memiliki keterampilann, sikap, dan perilaku adaptif, kooperatif dan kompetitif dalam menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif. Kurikulum juga perlu mengintegrasikan unsur-unsur penting yang menunjang kemampuan untuk bertahan hidup.
7.      Belajar Sepanjang Hayat
Pendidikan berlangsung sepanjang hidup manusia untuk mengembangkan, mennambah kesadaran, dan selalu belajar memahami dunia yang selalu berubah dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan kemampuan belajar sepanjang hayat, yang dapat dilakukan melalui pendidikan formal dan non-formal, serta pendidikan alternatif yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.

8.      Berpusat pada Anak dengan Penilaian yang Berkelanjutan dan Komperhensif
Pengembangan KBK harus berupaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri agar mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya. Penilaian berkelanjutan dan komperhensif menjadi sangat penting dalam rangka pencapaian upaya tersebut.
9.      Pendekatan Menyeluruh dan kemitraan
Pengembangan KBK harus mempertimbangkan semua pengalaman belajar yang dirancang secara berkesinambungan mulai dari TK dan RA sampai dengan kelas XII. Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar harus berfokus pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Keberhasilan pencapaian pengalaman belajar menuntut kemitraan dan tanggung jawab bersama dari peserta didik, guru, sekolah, orangtua, perguruan tinggi, dunia usaha, dan industry serta masyarakat pada umumnya.
D.    Pengembangan struktur KBK
1.      Identifikasi Kompetensi
Identifikasi kompetensi, subkompetensi, dan tujuan khusus perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan, agar hasil yang dirumuskan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dicapai peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa penyusunan asumsi-asumsi yag spesifik harus dilakukan sebelum mengidentifikasi tujuan dan kompetensi.
Identikasi Kompetensi ada delapan sumber, yaitu :
a.       Daftar yang ada
Daftar yang ada berisi sejumlah daftar sasaran dan kompetensi penting. Banyak buku teks kurikulum saat ini tidak hanya mengidentifikasi pokok bahasan tatapi juga pernyataan tentang tujuan khusus. Sebelum diterima sebagai suatu yang bernilai, kompetensi dan tujuan perlu dibandingkan terlebih dahulu dengan asumsi-asumsi yang telah dibuat dengan menyelidiki asumsi-asumsi program sesuai dengan tujuan program yang hendak dicapai.
b.      Penjabaran bidang studi
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi harus memasukkan pengujian ulang terhadap tujuan dan asumsi-asumsi program yang ada. Meskipun demikian, apapun hasilnya, keunggulan program yang sedang berjalan tidak akan diabaikan.
c.       Penjabaran mata pelajaran
Proses penjabaran mata pelajaran akan meningkatkan mutu kompetesi yang diidentifikasi. Hal tersebut meliputi : intuksi yag diperoyeksikan sesuai dengan kompetensi dan sasaran yang ditambahkan ke dalam rangkaian kompetensi dan sasaran, dan  beberapa bentuk teknik menentukan sasaran dan kompetensi yang diajukan oleh para guru.
d.      Analisis Taksonomi
Taksonomi ini meliputi :
a)         Kompetensi kognitif, yaitu pengetahuan, pemahaman dan kesadaran yang spesifik;
b)         Kompetesi afektif, yaitu nilai, sikap, interes, dan apresiasi yang saling berhubungan;
c)         Kompetensi kinerja, yaitu perilaku yang didemonstrasikan yang merupakan persyaratannya;
d)        Kompeteensi konseuensi atau hasil, yaitu kemampuan yang menghasilkan perubahan lain dan didemonstrasikan yang yang merupakan persyaratannya; dan
e)         Kompetensi eksploratori atau kspresif, yaitu pengalama yag bermanfaat. Khusus bagi calon guru kompetensi tersebut diharapkan dapat diperoleh dari berbagai pengalaman selama mengikuti pendidikan.
e.       Masukan dari profesi
Sumber masukan lain untuk KBK adalah keanggotaan profesi yang berpengaruh. Di sekolah masukan dari profesi merupakan : (a) informasi obyektif tentang kompetensi-kompetensi praktisi yang baru memulai pengalaman profesionalna; (b) informasi praktis yang diperlukan professional; dan (c) proyeksi informasi untuk masa depan profesi.
f.       Membangun teori
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, teori dianggap sebagai alat dalam menyusun program, dan kompetensi-kompetensi kemudian dispesifikasikan dari teori. Pendekatan ini menghidarkan kita dari masalah dalam pengembangan program pendidikan professional.
g.      Masukan peserta didik dan masyarakat
Masukan dari peserta didik dimaksudkan unntuk mendapatkan perspektif mengenai kompetensi professional yang ada dilingkungannya. Dalam hal ini, peserta didik dan masyarakat memiliki kewenangan professional utuk menyusun persfektif kompetensi professional.
h.      Analisis tugas
Pengembangan program pembelajaran yang berkaitan dengan suatu pekerjaan tertentu, menuntut pengidentifikasian pekerjaa melaui analisis tugas. Analisis tugas dilakukan untuk megetahui tugas-tugas yang diperlukan dalam suatu pekerjaan yang peru diajarkan kepada peserta didik.
2.         Struktur Kurikulum
Struktur kuikulum berbasis kompetensi telah dikembangkan oleh Depdiknas mencakup Taman Kanak-Kanak dan Raudatul Athfal, Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, serta sekolah Menengah struktur kurikulum tersebut masih digodok oleh Pemerintah, dan menunggu masukan dari berbagai pihak. Struktur kurikulum berbasis kompetensi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut (Depdiknas, 2002)
Stuktur kurikulum untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah memuat jumlah dan jenis mata pelajaran seta alokasi waktu sebagai berikut.
Ketentuan utuk kelas I dan II
1)      Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 miggu dan jam sekolah efektif per miggu miimal 17 jam 30 menit (1050 menit)
2)      Alokasi waktu yag disediakan untuk kelas awal adalah 27 jam pelajaran per minggu.
3)      Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit.
4)      Pendekatan tematik digunakan dalam kegiatan pembelajaran utuk menciptakan pembelajaran lebih bermakna dan pengelolaan waktunya ditetapkan sekolah.
5)      Pemilihan tema-tema untuk kegiatan pembelajaran dilakukan seara bervariasi.
6)      Mata pelajaran Bahasa Indonesia menekankan pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan menulis permulaan.
7)      Mata pelajaran matematika menekankan pada aspek kemampuan berhitung.
8)      Mata pelajaran kesenian menekankan pada music dan menyanyi dengan menggunakan alat yang sesuai.
9)      Mata pelajaran keterampilan menekankan pada kemapuan menggambar, menganyam, membuat mozaik, dan membuat model.
10)  Pendidikan jasmani menekankan pada kegiatan olahraga sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
11)  Alokasi waktu sebanyak 27 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan komposisi : (a) 20% utuk Agama dan kewarganegaraan, (b) 50% untuk membaca dan menulis permulaan serta berhitung, dan (c) 30% unntuk sains, pengetahuan Sosial, kesenian, keterampilan, dan pendidikan jasmani.
Ketentuan untuk kelas III, IV, V dan VI
1)       Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah 34 minggu dan jam sekolah efektif per miggu minimal 23 jam (1380 menit).
2)      Alokasi waktu yang disediakan 31 jam pelajaran per minggu.
3)      Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 40 menit.
4)      Sekolah dapat mengalokasikan waku untuk melaksanakan kegiatan sekolah seprti kunjungan perpustakaan, olahraga, bakti sosial dan ejenisnya.
5)      Mulai dari kelas III meggunakan pendekatan mata pelajara tunggal sesuai dengan jenis mata pelajaran dalam stuktur kurikulum.
6)      Mata pelajaran Bahasa Indonesia menekankan pada peningkatan kemampuan berkomunikasi lisan dan tulis.
7)      Mata pelajaran Matematika menekankan pada aspek kemampuan berhitung.
8)      Mata pelajaran Sains menekankan pada aspek kerja, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep Sains.
9)      Mata pelajaran pengetahun Sosial menekankan pada aspek keterampilan sosial dan peguasaan konsep pegetahuan sosial.
10)  Mata pelajaran kesenian menekankan pada music dan menyanyi dengan menggunaan alat yang sesuai.
11)  Mata pelajaran keterampilan menekankan pada kemapuan menggambar, menganyam, membuat mozaik, dan membuat model.
12)  Pendidikan jasmani menekankan pada kegiatan olahraga sesuai dengan kebutuhan dan alat pendukungnya.
13)   Mata pelajaran Bahasa Inggris diberikan mulai kelas IV sesuai dengan kemampuan. Bahasa Inggris diarahkan pada pengembangan minat belajar bahasa asing dan bukan merupakan mata pelajaran prasyarat.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) seperti pengembangan kurikulum pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat ,yaitu tingkat nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang studi, dan tingkat satuan bahasan (modul).
Pendekatan pengembangan kurikulum menggambarkan posisi holistic atau metaorientasi, meliputi landasan, domain, dan prinsip teoritis serta prinsip praktis dari kurikulum. Pendekatan kurikulum juga menyatakan pandangan tentang pengembangan dan desain kurikulum peraan guru, peerta didik dan ahli kurikulum dalam merencanakan kurikulum, tujuan kurikulum dan isu-isu yang perlu dibahas.
prinsip-prinsip KBK : (1) keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur; (2) penguatan itegritas nasional, (3) keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestetika; (4) kesamaan memperoleh kesempatan; (5) abad pengetahuan dan teknologi informasi; (6) pengembangan keterampilan hidup; (7) belajar sepanjang hayat; (8) berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif; dan (9) pendekatan menyeluruh dan kemitraan (Depdikbud, 2002).
Pengembangan struktur KBK antara lain : identifikasi kompetensi dan struktur kurikulum.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar